Eva Murlida
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

pengaruh kosentrasi tepung biji alpukat terhadap tingkat kesukaan kerupuk Farah kamilia Lukman; eva murlida; santi noviasari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.524 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.19068

Abstract

Abtrak. Biji alpukat merupakan limbah yang masih memiliki kandungan gizi. Biji alpukat dapat diolah menjadi tepung dan digunakan sebagai pensubtitusi sebagian dari tepung terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pengolahan kerupuk biji alpukat dan untuk mengetahui tingkat kesukaan kerupuk dengan penambahan tepung biji alpukat yang berbeda yaitu T1 = 30%, T2 = 40%, dan T3 = 50%. Analisis dilakukan setelah proses penggorengan, yaitu uji organoleptik hedonik (warna, aroma, tekstur, rasa). Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah dengan penambahan tepung biji alpukat sebesar 40% (T2), dengan nilai kesukaan warna 3.39, nilai kesukaan aroma 3,45 dan nilai kesukaan rasa 2,95.The Effect Of Avocodo Seed Flour Concentration On The Level Of Favorite KerupukAbstract. Avocado seeds are waste that still contains nutrients. Avocado seeds can be processed into flour and used as a partial substitute for wheat flour. This study aims to study the process of processing avocado seed crackers and to determine the level of preference for crackers with the addition of different avocado seed flour, namely T1 = 30%, T2 = 40%, and T3 = 50%. The analysis carried out after the frying process was hedonic organoleptic tests (color, aroma, texture, taste). The best treatment in this study was the addition of avocado seed flour by 40% (T2), with color preference value 3.39, aroma preference value 3.45 and taste preference value 2.95.
Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu dan Karagenan pada Pembuatan Bakso Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Lutfi Alvian; Eva Murlida; Syarifah Rohaya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.432 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i4.5481

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ampas tahu dan karagenan pada pembuatan bakso jamur merang terhadap mutu bakso jamur merang yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi tepung ampas tahu (T) yang terdiri atas tiga taraf yaitu T1 = 6%, T2= 9%, T3 = 12%. Faktor kedua adalah konsentrasi karagenan (B) terdiri atas dua taraf yaitu B1= 3%, B2= 6%. Kombinasi penelitian dalam penelitian ini adalah 3 x 2 = 6 kombinasi perlakuan dengan menggunakan tiga (3) kali ulangan, sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Berdasarkan penelitian, diperoleh nilai rata-rata hasil analisis bakso jamur merang yaitu: kadar air 75,75%, kadar abu 2,90%. Uji organoleptik secara hedonik diperoleh nilai rata-rata pada warna 3,37 (biasa), aroma 2,86 ( biasa), tekstur 2,86 (biasa) dan rasa 2,96 (biasa). Uji gigit (kekenyalan) diperoleh nilai rata-rata 5,71 (dapat diterima, kenyal). Analisis kadar protein dan kadar serat kasar yang dianalisis hanya 6 sampel berdasarkan perlakuan terbaik dengan metode rangking dari kadar air, kadar abu, organoleptik, dan uji gigit (kekenyalan). Analisis kadar protein diperoleh nilai rata-rata 17,39%  dan kadar serat kasar diperoleh nilai rata-rata 4,14%. Abstract. This research was aimed to determine the effect of addition of tofu and carrageenan dregs flour on the manufacture of mushroom meatballs on the quality of mushroom meatballs produced. This research used Factorial Random Design (RAL) which was consisted of two factors. The first factor was the concentration of dregs flour tofu (T) consisting of three levels, namely T1 = 6%, T2 = 9%, T3 = 12%. The second factor was the concentration of carrageenan (B) consists of two levels, namely B1 = 3%, B2 = 6%. The combination of the research in this study was 3 x 2 = 6 treatment combinations using three (3) replications, so that 18 experimental units were obtained. Based on the research, the average value of meatballs mushroom analysis results were water content 75.75%, ash content 2.90%. The organoleptic test hedonic obtained the average value on the color 3.37 (netral), aroma 2.86 (netral), texture 2.86 (netral) and taste 2.96 (netral). The test of bite (elasticity) was obtained by mean value 5,71 (acceptable, chewy). Protein content and crude fiber content were analyzed by only 6 the best treatment based on water content, ash content organoleptic and test of bite (elasticity). Analysis of protein content was obtained by mean value 17.39% and the mean of crude fiber content was 4.14%
Pengaruh Rasio Kulit Buah Kopi dan Air serta Konsentrasi Gula terhadap Mutu Sirup Kulit Buah Kopi Desi Laila Sari; Eva Murlida; Yuliani Aisyah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.832 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.11065

Abstract

Abstrak.  Kopi merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang biasa dikonsumsi dalam bentuk minuman. Saat ini kopi sudah menjadi bagian dari kebiasaan dan budaya masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Ada banyak jenis kopi yang beredar di pasaran, akan tetapi yang umum adalah kopi Arabika, Robusta dan Liberica. Salah satu permasalahan utama dan terbesar dalam proses pengolahan buah kopi menjadi biji adalah penanganan limbah buah kopi baik limbah padat (kulit kopi) maupun limbah cair (air cucian kopi dan lendir kulit buah kopi). Kulit buah kopi mengandung air, serta, gula, tanin, mineral, lemak, senyawa volatil dan senyawa lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk  mengetahui pengaruh rasio kulit buah kopi dan air serta konsentrasi gula yang digunakan terhadap mutu sirup kulit buah kopi yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah rasio kulit kopi dan air (R), yang terdiri atas 3 taraf 1:1 (R1), 1:1,5 (R2) dan 1:2 (R3). Faktor kedua adalah konsentrasi gula (K), yang terdiri atas 3 taraf yaitu 9100% (K1), 10025% (K2) dan 11050% (K3)[L1] . Kombinasi perlakuan adalah 3 x 3 = 9. Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Analisis yang dilakukan terhadap sirup kulit buah kopi meliputi analisis viskositas, pH, total asam, organoleptik (hedonik) dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kulit buah kopi dan air  berpengaruh nyata terhadap aroma sirup kulit buah kopi. Adapun konsentrasi gula berpengaruh sangat nyata terhadap pH sirup kulit buah kopi. Interaksi antara rasio kulit buah kopi dan air serta konsentrasi gula berpengaruh sangat nyata terhadap total asam dan warna sirup kulit buah kopi. Ekstrak sari buah jamblang yang dihasilkan memiliki viskositas berkisar dari 5,50 cP-82,50 cP; pH berkisar dari 1-5,6 ; total asam berkisar 0,16%-0,45%.; hedonik warna berkisar dari 2,79-3,37 (tidak suka - netral); hedonik aroma berkisar dari 2,44-3,32 (tidak suka - netral); hedonik rasa berkisar dari 3,16-3,63 (netral); hedonik kekentalan berkisar dari 2,68 – 3,72 (tidak suka - netral) dan aktivitas antioksidan berkisar dari 0,30-0,32%. Abstract. Coffee is one of the plantations that are usually consumed in the form of drinks. Currently coffee has become part of the habits and culture of the community both in rural and urban areas. There are many types of coffee on the market, but the common ones are Arabica, Robusta and Liberica coffee. One of the main and biggest problems in processing coffee fruit into seeds is handling coffee fruit waste both solid waste (coffee skin) and liquid waste (coffee washing water and coffee fruit skin mucus). The skin of coffee fruit contains water, as well as sugar, tannins, minerals, fats, volatile compounds and other compounds. This study was conducted to determine the effect of the ratio of coffee and water rind and the concentration of sugar used to the quality of coffee fruit skin syrup produced. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) with a Factorial pattern consisting of two factors. The first factor is the ratio of coffee skin and water (R), which consists of 3 levels 1: 1 (R1), 1: 1.5 (R2) and 1: 2 (R3). The second factor is the concentration of sugar (K), which consists of 3 levels namely 90% (K1), 100% (K2) and 110% (K3). The treatment combination is 3 x 3 = 9. Each treatment is repeated 3 times to obtain 27 experimental units. Analysis carried out on coffee fruit skin syrup included analysis of viscosity, pH, total acid, organoleptic (hedonic) and antioxidant activity. The results showed that the ratio of coffee and water rind significantly affected the aroma of coffee fruit skin syrup. The concentration of sugar has a very significant effect on the pH of coffee fruit skin syrup. The interaction between the ratio of coffee fruit skin and water and sugar concentration had a very significant effect on the total acidity and color of coffee fruit skin syrup. The resulting jamblang fruit extract has viscosity ranging from 5.50 cP-82.50 cP; pH ranges from 1-5.6; total acid ranged from 0.16% -0.45%; hedonic colors range from 2.79-3.37 (dislike - neutral); hedonic scents range from 2.44-3.32 (dislike - neutral); hedonic taste ranges from 3.16-3.63 (neutral); hedonic viscosity ranges from 2.68 - 3.72 (dislike - neutral) and antioxidant activity ranges from 0.30-0.32%.
Studi Pembuatan Roti Tawar Menggunakan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Termodifikasi Aufa Rifqa Shatia; Eva Murlida; Syarifah Rohaya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.036 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.20098

Abstract

Abstrak. Kandungan gizi labu kuning cukup lengkap sehingga labu kuning dapat dijadikan sumber gizi yang sangat potensial untuk dikembangkan di masyarakat. Labu kuning dapat diolah menjadi tepung labu kuning, salah satu produk olahan dari tepung labu kuning ini adalah roti tawar. Roti tawar merupakan produk pangan yang mudah dibuat dan praktis. Tepung labu kuning yang dimodifikasi dengan metode hidrolisis asam, memiliki keunggulan yaitu biaya murah, memiliki metode yang relatif mudah, dan waktu yang singkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakteristik roti tawar dengan menggunakan tepung labu kuning yang dimodifikasi dengan asam asetat (cuka). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang tersusun atas 2 faktor. Faktor 1 adalah perbandingan tepung labu kuning modifikasi dengan tepung terigu (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu T1= (10% : 90%), T2= (20% : 80%) dan T3= (30% : 70%). Faktor 2 adalah waktu proofing (P) yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1= (30 menit), P2= (60 menit), dan P3= (90 menit). Hasil terbaik diperoleh pada perbandingan tepung labu kuning termodifikasi dan tepung terigu 10%:90% dengan volume pengembangan yaitu 14,60%, warna 3,90 dan aroma 3,37 sedangkan kadar lemak dengan perbandingan 30%:70% yaitu 5,57. Porositas dengan waktu proofing yang terbaik 90 menit yaitu 18,11, sedangkan untuk kadar air dengan waktu proofing 60 menit yaitu 35,54. Penggunaan tepung labu kuning termodifikasi asam asetat yang disubstitusi sebanyak 10% menghasilkan roti tawar dengan karakteristik yang baik.Study Of Bread using Modified Yellow Flour (Cucurbita moschata)Abstract. The nutritional content of pumpkin is quite complete so that pumpkin can be used as a potential source of nutrition to be developed in the community. One of the processed products from pumpkin flour is white bread. Bread is a product that is easy to make and practical. Pumpkin flour modified by the acid hydrolysis method has the advantages of low cost, relatively easy method, and short time. This study aims to improve the characteristics of white bread by using pumpkin flour modified with acetic acid. This study used a factorial Completely Randomized Design (CRD) composed of 2 factors. Factor 1 is the ratio of modified pumpkin flour to wheat flour (T) which consists of 3 levels, namely T1 = (10% : 90%), T2 = (20% : 80%) and T3 = (30% : 70%). Factor 2 is proofing time (P) which consists of 3 levels, namely P1 = (30 minutes), P2 = (60 minutes), and P3 = (90 minutes). The best results were obtained in the ratio of modified pumpkin flour and wheat flour 10%: 90% with a volume expansion of 14.60%, color 3.90 and aroma 3.37 while the fat content with a ratio of 30%: 70% was 5.57. Porosity with the best proofing time of 90 minutes is 18.11, while the water content with a proofing time of 60 minutes is 35.54. The use of acetic acid modified pumpkin flour which is substituted as much as 10% produces white bread with good characteristics.
Analisis Mutu Gula Merah Berbahan Dasar Tebu (Saccharum officinarum) Di Kabupaten Aceh Tengah Mardan Syahputra; Irfan Irfan; Eva Murlida
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.727 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i1.2003

Abstract

Abstrak. Tanaman tebu menjadi komoditas perkebunan terbesar kedua yang terdapat di Kabupaten Aceh Tengah. Tanaman tebu diolah secara tradisional oleh masyarakat menjadi gula merah. Hal ini mengakibatkan beragamnya mutu yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mutu dari gula merah tebu yang dihasilkan oleh industri gula merah tebu di Kabupaten Aceh Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal kadar air, semua produk gula merah memenuhi Mutu SNI, dengan rincian sebanyak 33,3% Mutu I dan 67,7% Mutu II, dalam hal bahan tak larut air, sebanyak 33,3% produk gula merah memenuhi Mutu II, sedangkan 67,7% lainnya belum memenuhi SNI; dalam hal kadar abu, sebanyak 25% produk gula merah memenuhi standar mutu SNI, sedangkan 75% lainnya belum memenuhi SNI; dalam hal glukosa, sebanyak 50% produk gula merah memenuhi Mutu I dan 16,6% Mutu II, sedangkan 33,3% lainnya belum memenuhi SNI; dalam hal sukrosa, sebanyak 8,3% produk gula merah memenuhi Mutu I, sedangkan 91,7% lainnya belum memenuhi SNI;  dan Berdasarkan uji hedonik, sebanyak 58,3% produk gula merah disukai panelis dalam hal warna, 75% dalam hal aroma, 83,3% dalam hal rasa, dan 58,7% dalam hal tekstur. Secara keseluruhan, 33,3% produk gula merah tebu di Kabupaten Aceh Tengah telah memenuhi SNI, sedangkan 66,7% lainnya belum memenuhi SNI.