Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KONSEP SIMBOLISME BUDAYA DALAM PEANCANGAN KAWASAN WISATA CAKAT RAYA KABUPATEN TULANG BAWANG priswanto, sigit; Marlina, Endy
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 4, No 1 (2020): Purwarupa Vol 4 No 1 Maret 2020
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7190.548 KB)

Abstract

ABSTRAK. Aspek pariwisata yang perlu dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang untuk menjadikan sebuah ikon daerah Tulang Bawang yaitu proses pengenalan kebudayaan serta proses pelestarian budaya lokal kepada pendatang. Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsep dalam pengembangan pariwisata di Tulang Bawang mennggunaka konsep simbolisme budaya. Penerapan desain simbolisme dalam bangunan mengacu pada bentukan simbolis kebudayaan fisik dari rumah adat tradisional Tulang Bawang, seperti pilar kayu dan ukiran khas Tulang Bawang. Atap menjulang diterapkan sebagai symbol dari keagungan Tuhan yang erasal dari rumah adat Sumatera Barat. Bangunan panggung symbol darikedudukan dan keselarasan alam dari rumah adat Sumatera Utara. Sedangkan bukaan lebar merupakan adaptasi dari rumah Jawa simbol darikeselarasan alam sekitar. Kata kunci : Kawasan wisata, Tulang Bawang, simbolisme budaya. ABSTRACT. Aspects of tourism that need to be developed in Tulang Bawang Regency to make an icon of the Tulang Bawang area are the process of introducing culture and the process of preserving local culture to migrants. To meet these objectives, the concept of developing tourism in Tulang Bawang uses the concept of cultural symbolism. The application of symbolism design in buildings refers to the symbolic formations of physical culture from traditional Tulang Bawang traditional houses, such as wooden pillars and Tulang Bawang carvings. The towering roof is applied as a symbol of the majesty of God from the traditional house of West Sumatra. The stage building is a symbol of the position and harmony of nature of the North Sumatra traditional house. While the wide opening is an adaptation of the Javanese house symbol of harmony of the natural surroundings. Keywords: Tourist area, Tulang Bawang, cultural symbolism.
Cilandak Barat Park and Ride dengan Pendekatan Biophilic Architecture Gusti mergauni; Endy Marlina
Jurnal Arsitektur GRID Vol 3, No 1 (2021): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v3i1.428

Abstract

Kebutuhan transportasi kini menjadi hal penting bagi masyarakat kota. Transportasi semakin meningkat karena transportasi merupakan sarana penting untuk memeperlancar perekonomian masyarakat. Semakin berkembangnya perekonomian pemilik kendaraan pribadi juga semakin meningkat hal ini menyebabkan kemacetan kendaraan di pusat kota, pemerintah  merespon hal ini dan memfasilitasi transportasi umum wilayah tertentu dibeberapa titik untuk mengurangi kemacetan di pusat kota. Solusi untuk memaksimalkan transportasi massal berupa Mass Rapid Transit (MRT), Transjakarta, dan taksi dilakukan dengan pembangunan Park and Ride, sehingga fasilitas penunjang transportasi massal di stasiun MRT Fatmawati, Cilandak Barat dapat lebih maksimal, dengan adanya fasilitas Park and Ride ini pengguna dapat lebih nyaman menitipkan kendaraannya dan melanjutkan dengan transportasi massal tanpa harus mengalami kemaetan di tengah kota.            Dalam merancang Park and Ride perlu adanya beberapa data yang diperlukan dan metode pendekatan khusus dalam merancang. Pendekatan yang digunakan pada perancangan konsep ialah pendekatan Biophilic Architecture. Pendekatan ini dipilih karena kesibukan orang bekerja yang kurang dalam berinteraksi pada alam sekitar. Metode ini diterapkan agar dapat mengurangi stress karena elemen alam yang mampu hadir ditengah padatnya kegiatan. Metode Rational Approach juga diterapkan untuk memaksimalkan dan menekankan analisis permasalahan seara sistematis sehingga permasalahn dapat teridentifikasi seara rinci dan terselesaikan dengan baik. Untuk  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam merancang Park and Ride yaitu metode kualitatif dan kuantitaif.            Dari hasil metode dan pengumpulan data tersebut didapatkan hasil karakteristik gedung Park and Ride yang menerapkan pendekatan Biophilic Architecture yaitu terdapat lubang cahaya untuk memasukkan unsur alami seperti cahaya dan air hujan kedalam bangunan dan dilapisi kaca yang menggunakan struktur baja, selain itu bangunan ini juga menerapkan konsep water harvesting dimana pengelolaan air hujan dimaksimalkan dalam bangunan ini. Selain fungsi bagian lubang cahaya yang berbentuk corong  ini juga menjadi nilai estetika pada bangunan.Kata kunci: Biophilic1; Park and Ride2; Transportasi3.
RUKUN: KEARIFAN LOKAL JAWA YANG MEMBIMBING PEMULIHAN MASYARAKAT PASCA GEMPA 2006 Endy Marlina
Sosiohumaniora Vol 12, No 3 (2010): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2010
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.949 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v12i3.11555

Abstract

Gempa yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya pada bulan Mei 2006 yang lalu berakibat pada tumbuhnya Pasar Merdeka, salah satu wadah kegiatan ekonomi rakyat di Kabupaten Gunungkidul, DIY, sebagai alternatif wadah kegiatan ekonomi masyarakat Gunungkidul, menggantikan sementara Pasar Wonosari yang mengalami kerusakan. Tumbuh, berubah, dan berkembangnya ruang ekonomi rakyat ini menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui hal-hal apakah yang mendasari pemanfaatan ruang ekonomi rakyat tersebut. Studi ini dilakukan dengan metoda fenomenologi yang menekankan pada realitas keseluruhan untuk mengungkapkan makna transenden dibalik realitas yang tertangkap secara visual. Studi ini menemukan ‘prinsip rukun’ - pandangan dan tata nilai lokal masyarakat Wonosari dalam merespon ruang ekonomi di Pasar Merdeka yang didasarkan pada budaya Jawa. Prinsip rukun ini menjadi dasar konsep sosio kultural, sosio ekonomi, dan sosio politis dalam tata kehidupan masyarakat yang diimplementasikan secara fisik dalam sosio spatial. Temuan ini menggambarkan pengertian ruang sebagai space yang erat kaitannya dengan realitas fisik dan ruang sebagai place yang erat kaitannya dengan realitas psikologis, yang terbukti mampu membimbing masyarakat untuk cepat bangkit pasca bencana Gempa DIY, Mei 2006.
Strategi Redesain Pasar Besar Kota Batu sebagai pendukung Pariwisata Di Kota Batu Mega Noviana; Endy Marlina
Syntax Idea Vol 4 No 3 (2022): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v4i3.1818

Abstract

Pemerintah Kota Batu berupaya meningkatkan pariwisata melalui pasar tradisional untuk meningkatkan wisatawan dan terwujudnya Kota Wisata Batu (KWB). Redesain Pasar Besar Kota Batu menjadi salah satu pendukung peningkatan pariwisata diimplementasikan dengan penggabungan fungsi pasar tradisional menjadi pasar wisata. Pengembangan pasar wisata juga dikembangkan sebagai media untuk menampilkan hasil-hasil UMKM dan khususnya hasil-hasil pertanian organik menjadi komoditas unggulan daerah Kota Batu untuk menarik minat wisatawan. Strategi redesain pasar muncul dari observasi permasalahan ruang dan potensi pergeseran fungsi pasar. Permasalahan pasar berkaitan erat dengan indera manusia dan aktivitas dalam ruang. Hubungan ini membangun keterkaitan dialektik antara ruang dan manusianya. Pergeseran image pasar berpotensi meningkatkan mutu pasar serta pariwisata Kota Batu. Hal ini diterapkan pada pengaturan ruang re-creative untuk memperbaiki mood pengguna. Selain itu, pengaturan zonasi dan sirkulasi pasar untuk merorganisir pasar sehingga seluruh pengguna dapat menikmati pasar secara keseluruhan. Permainan massa bangunan, lighting, serta penambahan fungsi Food & Beverage juga sebagai implementasi konsep Re-creative untuk menghilangkan kepenatan.
Ekspresi Budaya Membangun pada Masyarakat Jeron Beteng, Kecamatan Kraton, Yogyakarta Endy Marlina; Arya Ronald
Humaniora Vol 23, No 2 (2011)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3856.792 KB) | DOI: 10.22146/jh.1018

Abstract

The society has culture which influencing their habitat which can reveal a culture that underlies their daily life. The aims of this research is to reveal the expression of culture of build the architecture work of society. This topic related to six aspects, they are geography, ideology, personality, belief, social bond, and meaning. They influence the way of thinking, attitude, and cultural creation. This research found the shift and continuity of culture within society which explored based on the changes of the architecture.
PASAR SEBAGAI RUANG SEDULURAN MASYARAKAT JAWA Endy Marlina; Arya Ronald; Sudaryono Sudaryono; Atyanto Dharoko
Humaniora Vol 27, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1035.389 KB) | DOI: 10.22146/jh.6412

Abstract

This study found the concept of “market as seduluran (brotherhood) space”, Javanese local wisdom in managing social interactions. The concept of social harmony is the realization of Javanese local wisdom that has existed and still running today. In-depth exploration reveals empirical themes that show strategies of market management. This strategy illustrates the public perception of the market, they are market as a common space, space of dhasaran, familial spaces, social media expansion, socioeconomic space, space of paseduluran (brotherhood), chatrooms and entertainment space, changes of the management of market space, the openness of market space, and network of information, knowledge, and culture. Another finding is the task of the market as physical control, functional frame, social milieu, and cultural symbolization. The themes which were found then were further explored with eiditic depth and managed to find a concept of seduluran as the basis of public understanding of the market. The concept of seduluran underlying strategies to maintain social harmony of the society. This concept managed to keep the existence of markets as traditional economic space in the development of a modern economy.
PASAR: SIMPUL PERSEBARAN BUDAYA DI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Endy Marlina; Arya Roland; S Sudaryono; Atyanto Dharoko
TATALOKA Vol 15, No 2 (2013): Volume 15 Number 2, May 2013
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.649 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.15.2.91-101

Abstract

The study which aimed to uncover the values underlying the creation and development of the market in Bantul regency is base on the idea that space can be viewed as a space (physical form that can be seen visually) and as a place (the container of human activities that may reflect cultural values of the user them). This study was conducted with the paradigm of phenomenology and  found that pekenan as a mobilization system of economic in  the Javanese community in the district of Bantul, dominated by social values that develop a market as a socioeconomic space. Market as an economic activity container has a major role as a social networking nodes and important node in order to disseminate of culture in the district of Bantul. This study also found that the cultural values underlying the economic activity in the market is togetherness, partnership, civility, and harmony, they are local wisdoms of the people which are able to maintain the sustainability of the  system of pekenan  - mobilization system of the economic activity in the district of Bantul.
KONSEP SIMBOLISME BUDAYA DALAM PEANCANGAN KAWASAN WISATA CAKAT RAYA KABUPATEN TULANG BAWANG sigit priswanto; Endy Marlina
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 4, No 1 (2020): Purwarupa Vol 4 No 1 Maret 2020
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7190.548 KB)

Abstract

ABSTRAK. Aspek pariwisata yang perlu dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang untuk menjadikan sebuah ikon daerah Tulang Bawang yaitu proses pengenalan kebudayaan serta proses pelestarian budaya lokal kepada pendatang. Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsep dalam pengembangan pariwisata di Tulang Bawang mennggunaka konsep simbolisme budaya. Penerapan desain simbolisme dalam bangunan mengacu pada bentukan simbolis kebudayaan fisik dari rumah adat tradisional Tulang Bawang, seperti pilar kayu dan ukiran khas Tulang Bawang. Atap menjulang diterapkan sebagai symbol dari keagungan Tuhan yang erasal dari rumah adat Sumatera Barat. Bangunan panggung symbol darikedudukan dan keselarasan alam dari rumah adat Sumatera Utara. Sedangkan bukaan lebar merupakan adaptasi dari rumah Jawa simbol darikeselarasan alam sekitar. Kata kunci : Kawasan wisata, Tulang Bawang, simbolisme budaya. ABSTRACT. Aspects of tourism that need to be developed in Tulang Bawang Regency to make an icon of the Tulang Bawang area are the process of introducing culture and the process of preserving local culture to migrants. To meet these objectives, the concept of developing tourism in Tulang Bawang uses the concept of cultural symbolism. The application of symbolism design in buildings refers to the symbolic formations of physical culture from traditional Tulang Bawang traditional houses, such as wooden pillars and Tulang Bawang carvings. The towering roof is applied as a symbol of the majesty of God from the traditional house of West Sumatra. The stage building is a symbol of the position and harmony of nature of the North Sumatra traditional house. While the wide opening is an adaptation of the Javanese house symbol of harmony of the natural surroundings. Keywords: Tourist area, Tulang Bawang, cultural symbolism.
REKREATIF – EDUAKTIF: STRATEGI PENINGKATAN DAYA TARIK RANCANGAN MUSEUM KOMIK Imaduddin Dhia Ul-Fath; Endy Marlina
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 3, No 4 (2019): Purwarupa Vol 3 No 4 September 2019
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAK. Museum komik dapat menjadi media untuk menyebarkan berbagai informasi dari sebuah karya komik yang sebelumnya terbatas menjadi lebih luas, sehingga menjadi salah satu daya tarik wisata dan melengkapi fungsi edukasi dan rekreasi sebagai ruang publik. Strategi untuk menggali informasi dari komik dilakukan melalui lima ide dasar yaitu Growing Up untuk meningkatkan edukasi dan publikasi, Offering Insight untuk menambah wawasan pengunjung terhadap komik, Doing Passive Strategy sebagai strategi pasif performa bangunan terhadap energi dan lingkungan, Attraction berupa kegiatan aktif yang mendorong interaksi pengunjung dengan objek, serta Memorable agar memberikan kesan dari isi museum yang mudah diingat oleh pengunjung.   Kata Kunci: Edukatif, Komik, Museum, Rekreatif
Strategi Redesain Pasar Besar Kota Batu sebagai pendukung Pariwisata Di Kota Batu Mega Noviana; Endy Marlina
Syntax Idea Vol 4 No 3 (2022): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v4i3.1818

Abstract

Pemerintah Kota Batu berupaya meningkatkan pariwisata melalui pasar tradisional untuk meningkatkan wisatawan dan terwujudnya Kota Wisata Batu (KWB). Redesain Pasar Besar Kota Batu menjadi salah satu pendukung peningkatan pariwisata diimplementasikan dengan penggabungan fungsi pasar tradisional menjadi pasar wisata. Pengembangan pasar wisata juga dikembangkan sebagai media untuk menampilkan hasil-hasil UMKM dan khususnya hasil-hasil pertanian organik menjadi komoditas unggulan daerah Kota Batu untuk menarik minat wisatawan. Strategi redesain pasar muncul dari observasi permasalahan ruang dan potensi pergeseran fungsi pasar. Permasalahan pasar berkaitan erat dengan indera manusia dan aktivitas dalam ruang. Hubungan ini membangun keterkaitan dialektik antara ruang dan manusianya. Pergeseran image pasar berpotensi meningkatkan mutu pasar serta pariwisata Kota Batu. Hal ini diterapkan pada pengaturan ruang re-creative untuk memperbaiki mood pengguna. Selain itu, pengaturan zonasi dan sirkulasi pasar untuk merorganisir pasar sehingga seluruh pengguna dapat menikmati pasar secara keseluruhan. Permainan massa bangunan, lighting, serta penambahan fungsi Food & Beverage juga sebagai implementasi konsep Re-creative untuk menghilangkan kepenatan.