Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Evaluasi Pelaksanaan Konseling di Apotek Etika Farma Brebes berdasarkan PERMENKES RI Nomor 73 Tahun 2016 Hanari Fajarini; Apriyanti Ludin
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 2 No. 4 (2020): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.145 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v2i4.207

Abstract

ABSTRACT Counseling services in pharmacies is an activity that is essential to prevent medication errors. Counseling services intended to allow patients can use the drug correctly . Only this time the role of Pharmacists in counseling services not running optimally. Formulation of the problem of the research is how the implementation of counseling by Pharmacists in Etika Farma Pharmacy, while the aim to evaluate the implementation of counseling by Pharmacists at Etika Farma Pharmacy. The method used in this study is qualitative research that is intended to provide a clear picture of the problems studied or answered to solve the current problems faced in the current situation. This type of research is an evaluation (evaluation study) is done by assessing a program that is being. These results indicate that the implementation of counseling at the Etika Farma Pharmacy has not gone well. Key words: Counseling Services, Pharmacies, Pharmaceutical Services Standard ABSTRAK Pelayanan konseling di apotek merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mencegah terjadinya medication error. Pelayanan konseling ditujukan agar pasien dapat menggunakan obat secara benar. Hanya saja selama ini pelaksanaan pelayanan konseling belum berjalan maksimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti atau menjawab untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Jenis penelitian ini adalah evaluasi (evaluation study) yang dilakukan dengan menilai suatu program yang sedang dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan konseling diberikan hanya kepada pasien penerima resep. Konseling dilaksanakan oleh apoteker, namun ketika apoteker tidak berada di apotek, konseling dilaksanakan oleh tenaga teknis kefarmasian. Kesulitan dalam melakukan konseling adalah pada saat menyampaikan efek samping obat. Penyampaian tentang efek samping obat harus disampaikan dengan bahasa yang tepat, sehingga tidak membuat pasien merasa khawatir dalam mengkonsumsi obat. Dokumentasi konseling belum dilakukan di apotek Etika Farma, hanya ada dokumentasi resep. Kata kunci : Konseling, Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian
Implementation of Drug Management Policies at One of The Community Health Centers in Brebes Regency Hanari Fajarini
SOEPRA Vol 8, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/shk.v8i2.5054

Abstract

Abstract: The drug management policy at the Community Health Center is one of the important aspects because will have an impact on the operational costs. Drugs are materials of places for budget leakage, and while the availability of drugs at any time is a demand for health services, efficient management will determine success overall. The purpose of drug management is the availability of drugs whenever needed both in terms of type, quantity and quality efficiently, thus drug management can be used as a process of mobilizing and empowering all available/potential resources to be utilized to realize the availability of drugs at any time needed for effective and efficient operations.This type of research uses a qualitative approach. The research was conducted in Brebes Regency which lasted for 3 (three) months, from March to May 2021. The selection of informants was carried out using the Purposive Sampling technique. The key informants in this study were the pharmacist in charge of the Pharmacy Room, pharmaceutical technical personnel and the person in charge of the Drug Warehouse. The data validation method uses triangulation techniques. In this study, the triangulation method used is source triangulation.The results show that the Health Center in carrying out drug needs planning is carried out 4 (four) times a year by taking drugs every 3 (three) months or quarterly based on the consumption method and the morbidity method. Drug procurement is carried out every 3 (three) months by submitting an LPLO to the District Health Office and District Pharmacy Warehouse. For distribution to service units and service sub-units, each of them goes to the Health Center Warehouse every month. This is following the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1426/Menkes/SK/XI/2002 where the procurement process for the Health Center is carried out at least once every 3 (three) months. The use of drugs at the Health Center is carried out with a series of activities in the form of understanding the contents of the prescription, and packaging the drug which has written information about the rules for using the drug. Information regarding the use of drugs is also provided by officers at the time of handing over drugs to patients so that the possibility of irrational use of drugs can be avoided. The elimination of drugs at the Health Center is by existing procedures, namely the elimination of damaged/expired drugs is carried out by sending an official report on damaged/expired drugs to the District Health Office through the District Pharmacy Warehouse for follow-up, but sometimes the Health Center also destroys drugs by burning/planted by the District Pharmacy Warehouse policy by giving the authority to the Health Center to destroy them.The conclusion of this study is drug management at One of The Community Health Centers in Brebes Regency is implemented based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1426/Menkes/SK/XI/2002 about the Management of Public Drugs and Health Supplies; Regulation of Indonesian Health Minister Number 74 of 2016 about Pharmaceutical Service Standards at Health Centers; and Regulation of Indonesian Health Minister Number 26 of 2020 about Amendments to Minister of Health Regulation Number 74 of 2016 about Pharmaceutical Service Standards at Health Centers.Keyword : implementation, policy, drug management, community health centres Abstrak: Kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari pelayanan kesehatan di Puskesmas, sebab ketidaktepatan dalam pengadaan dan pengelolaan akan berdampak kurang baik terhadap biaya operasional Puskesmas. Sediaan farmasi merupakan salah satu barang yang berpotensi mengakibatkan kebocoran anggaran, di sisi lain ketersediaan obat setiap saat merupakan tuntutan bagi setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Maka dari itu pengelolaan sediaan farmasi yang efesien sangat menentukan keberhasilan secara keseluruhan dari pelayanan kesehatan. Tujuan pengelolaan obat adalah menyediakan obat agar selalu tersedia setiap saat, baik dari segi  jenis, jumlah maupun kualitas obat. Dengan demikian pengelolaan obat dapat digunakan sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya atau potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan guna mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efisien.Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Brebes yang berlangsung selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Maret – Mei 2021. Informan dipilih dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Informan dalam penelitian ini adalah Apoteker Penganggungjawab, Tenaga Teknis Kefarmasian serta Penganggungjawab Gudang Obat Puskesmas. Metode validasi data menggunakan teknik triangulasi.. Pada penelitian kali ini metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber serta triangulasi teori.Hasil menunjukkan bahwa Puskesmas dalam  melaksanakan perencanaan kebutuhan obat dilakukan setiap tahun sebanyak 4 (empat) kali dengan melakukan pengambilan obat pada setiap 3 (tiga) bulan atau triwulan yang berdasarkan metode konsumsi dan metode morbiditas. Pengadaan obat dilakukan setiap 3 (tiga) bulan dengan mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Dinas Kesehatan dan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK). Sedangkan untuk pendistribusian ke unit pelayanan  dan sub unit pelayanan  masing-masing mengambil setiap bulannya ke Gudang Obat Puskesmas. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1426/Menkes/SK/XI/2002 dimana proses pengadaan Puskesmas minimal dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Penggunaan  obat di Puskesmas dilakukan dengan serangkaian kegiatan mulai dari pengkajian resep, dispensing, dan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Penghapusan obat di Puskesmas sudah sesuai dengan prosedur yang ada yaitu penghapusan obat rusak/kadaluwarsa dilakukan dengan mengirim berita acara obat rusak/kadaluarsa ke Dinas Kesehatan melalui Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) untuk ditindaklanjuti. Dalam kondisi tertentu  pihak Puskesmas sendiri yang melakukan pemusnahan obat dengan cara dibakar/ditanam sesuai dari kebijakan GFK dengan memberikan kewenangan terhadap puskesmas untuk memusnahkannya.Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pengelolaan obat pada salah satu Puskesmas di Kabupaten Brebes dilaksanakan dengan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1426/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tenteng Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas serta Permenkes Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di PuskesmasKata kunci : implementasi. kebijakan, pengelolaan obat, puskesmas
Peningkatan Pengetahuan mengenai Kurang Energi Kronik (KEK) dan Gizi pada Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Rifatul Masrikhiyah; Anggray Duvita Wahyani; Yuniarti Dewi Rahmawati; Rifqi Fery Balfas; Hanari Fajarini
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 6 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i6.10421

Abstract

One of the nutritional problems that occur in pregnant women is chronic energy deficiency (KEK) in pregnant women. KEK is a condition caused by an imbalance between intake and energy and protein requirements. Data for Basic Health Research (Riskesdas) in 2018 shows the prevalence of the risk of KEK in pregnant women (15-49 years) in Indonesia is still quite high at 17.3%. One of the causes of KEK is knowledge about low nutritional food intake. The purpose of this PkM is to increase the level of knowledge of pregnant women about nutrition and KEK. The method used in this PkM is counseling through lecture media. The results of the PkM show an increase in knowledge of pregnant women before (pre-test) and after (post-test) counseling on nutrition and KEK
Pola Penggunaan Obat Tuberkulosis Resisten Obat pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Brebes Novita Intan Setiani; Hanari Fajarini; Rifqi Ferry Balfas
MOTEKAR: Jurnal Multidisiplin Teknologi dan Arsitektur Vol 1, No 2 (2023): November 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/motekar.v1i2.1169

Abstract

Tuberkulosis resisten obat (TB RO) menjadi ancaman terhadap pengendalian TB RO dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama nomor 2 didunia. Metode:Penelitian ini merupakan studi deskriptif kualitatif menggunakan metode retrospektif dari register (Rekam Medik) yaitu peneliti berusaha melihat kebelakang mengumpulkan data primer yang di dapat langsung dari tempat peneliti dengan pengambilan data jenis kelamin, usia, berat badan, tekanan darah, peresepan obat OAT dan non-OAT, penyakit kronis lain pasien TB RO di RSUD Brebes bulan April 2023. Pasien TB RO paling banyak ditemukan berjenis kelamin laki-laki (54,7%) dan pada kelompok usia produktif 60-85 tahun (41,5%), berat badan 41-55 49,06% ,tekanan darah 140-159 mmHg 39,6%, peresepan obat OAT terbanyak sikloserin 28,3% dan non-OAT Aminophylin sebanyak 39,62%, penyakit kronis lain ditemukan HIV sebanyak 20,8% pasien TB RO di RSUD Brebes bulan April 2023. Penyakit penyerta paling banyak dialami adalah gangguan gastrointestinal diikuti dengan atrhalgia serta neuropati perifer sedangkan paling jarang ditemukan adalah penyakit penyerta SGPT atau liver.Waktu kemunculan efek samping banyak terjadi pada tahap awal yaitu hari pertama. Terdapat pasien laki-laki paling banyak terdiagnosa TB RO sebanyak 29 pasien dengan penyakit penyerta kronis yang ditemukan adalah HIV dan Secara umum pola pengobatan TB RO pada pasien di RSUD Brebes bulan April 2023 belum sepenuhnya sesuai standar penanganan TB RO menurut RSUSD Brebes, jika ditinjau dari penegakan diagnosis, penggunaan jenis dan paduan obat anti tuberkulosis, cara pemberian dan dosis obat.
Evaluasi Pelayanan Informasi Obat di Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Annisya Putri Sulaeman; Hanari Fajarini; Rifqi Ferry Balfas
MOTEKAR: Jurnal Multidisiplin Teknologi dan Arsitektur Vol 1, No 2 (2023): November 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/motekar.v1i2.1168

Abstract

Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif dan terkini untuk menghindari terjadinya medication error oleh apoteker kepada pasien dan masyarakat yang membutuhkan informasi obat dapat meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan resiko efek samping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan informasi obat di Apotek Alma sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Penelitian ini merupakan penelitian farmasi sosial dengan menggunakan metode kualitatif, alat pengumpulan data berupa wawancara dan lembar observasi (check list). Analisis data yang dilakukan adalah analisa kualitatif yaitu dengan cara memaparkan hasil wawancara dan observasi terkait dengan Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Alma menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.73 Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa Pelayanan Informasi Obat di Apotek Alma sudah sesuai dengan Peraturam Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara langsung dengan Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan Pasien.
Evaluasi Legalitas Dan Kelengkapan Administratif Resep Pada Rumah Sakit di Kabupaten Brebes Hanari Fajarini
Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 2 (2020): Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/pjif.v9i2.1969

Abstract

Penelaahan legalitas dan kelengkapan administratif dalam resep dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau medication errors, yaitu kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian kepada pasien akibat dari pemakaian obat yang kurang tepat selama dalam penanganan tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan administratif resep yang merupakan aspek legal dari suatu resep, dengan mengkaji kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan dari dokter penulis resep. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis data deskriptif, pengambilan sampel dilakukan secara snowball method. Terdapat 267 lembar resep yang diteliti selama periode dari tanggal 7, 8, 9, 10, 11, 14 dan 15 Agustus 2017 kemudian dievaluasi kelengkapan administratifnya. Kelengkapan administratif resep yang dituliskan oleh dokter pada resep, yakni nama pasien (100%), jenis kelamin (100%), umur pasien (0%), alamat pasien (98.8%), nama dokter (97.1%), nomor Surat Ijin Praktek dokter (42.3%), alamat dokter (0%), paraf dokter (0%), tanggal peresepan (95.8%), berat badan pasien (0%). Dari data yang diperoleh, sebagian besar resep telah memenuhi kriteria legalitas dan kelengkapan administratif resep sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NO.73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK Hanari Fajarini
Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 2 (2018): Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/pjif.v7i2.939

Abstract

Hukum hadir di tengah-tengah masyarakat dapat mempengaruhi aktivitas yang ada dalam masyarakat, tidak terkecuali pada ranah interaksi sosial pelaku-pelaku bidang kesehatan. Tak terkecuali Apoteker dibebani dengan kewajiban keberhasilan pengobatan yang meliputi program pengobatan yang harus dijalani pasien, memonitor hasil pengobatan serta mampu bekerja sama dengan profesi lainnya agar tujuan pengobatan bagi pasien dapat berhasil dengan baik. Pembebanan hukum tersebut tertuang dalam tatanan normatif  Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, penelitian berkenaan dengan norma dimaksud melalui penelitian socio-legal. Tujuan eksistensi kaidah Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016  memberikan perlindungan keselamatan terhadap pasien. Dalam tataran keberlakuannya kaidah normatif tersebut mengalami hambatan, diakibatkan oleh kultur hukum yang apatis dari apoteker sehingga pemahaman kesadaran dan kepatuhan hukum yang dikehendaki dari tujuan norma dibuat tidak mencapai hasil maksimal. Tujuan hukum untuk keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi para pelaku yaitu  apoteker, pasien serta  Pemilik Sarana Apotek tidak sepenuhnya mampu menterjemahkan teks-teks dari substansi muatan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016.
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DESA RENGASPENDAWA KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES TENTANG PENYALAHGUNAAN DEKSTROMETORFAN Hanari Fajarini; Rifqi Ferry Balfas; Ameliya Dwi Septi
Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 12, No 3 (2023): Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/pjif.v12i3.3831

Abstract

Permasalahan narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat urgent dan kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir permasalahan ini menjadi marak. Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahguna obat-obatan dan pecandu narkoba secara signifikan. Banyak pengedar obat-obatan yang memanfaatkan logo obat bebas terbatas yang tercantum pada kemasan dekstrometorfan maupun sediaan kombinasi dekstrometorfan. Mereka beranggapan dengan memanfaatkan status dekstrometorfan sebagai obat bebas terbatas dapat terhindar dari jerat hukum. Dekstrometorfan sering disalahgunakan dengan dosis yang berlebih sehingga memberikan  efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Menurut Polda Jateng Provinsi Jawa Tengah menduduki posisi keempat kasus penyalahgunaan narkoba terbanyak di seluruh Indonesia. Tahun 2020 tercatat ada 1.642 kasus narkoba atau naik 20 banding tahun 2019 yaitu 1.372 kasus. Berdasarkan survei pada keadaan  masyarakat yang ada di Desa Rengaspendawa Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes dijumpai salah satu masyarakat membeli dekstrometorfan dalam jumlah yang tidak wajar, meski demikian Apotek tidak melayaninya dengan pertimbangan khawatir disalahgunakan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan di Desa Rengaspendawa Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes dengan jumlah informan/responden sebanyak 15 orang. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja di Desa Rengaspendawa Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes tentang dekstrometorfan adalah baik dan sikap remaja menggambarkan penolakan terhadap penyalahgunaan dekstrometorfan.