p-Index From 2019 - 2024
0.659
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Ilmu Lingkungan
Gunggung Senoaji
Universitas Bengkulu

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tipologi dan Resolusi Konflik Tenurial dalam Kawasan Hutan Konservasi Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai di Kota Bengkulu Gunggung Senoaji; Guswarni Anwar; Muhammad Fajrin Hidayat; Iskandar Iskandar
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.2.323-332

Abstract

Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai di Kota Bengkulu merupakan kawasan hutan konservasi yang tujuan utamanya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Ekosistem pantai dan mangrove dengan segala kekayaan dan keindahan alamnya merupakan obyek daya tarik wisata kawasan ini. Pengelolaan kawasan wisata ini menghadapi permasalahan, yakni konflik hak atas lahan sehingga terjadi alih fungsi pemanfaatan lahan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi konflik tenurial dan alternatif penyelesaiannya. Kajian dilakukan dengan memetakan penggunaan lahan dan mengidentifikasi para pihak yang memanfaatkan kawasan taman wisata ini. Pendekatan sejarah dan yuridis digunakan untuk menentukan alternatif penyelesaian konflik tenurialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan taman wisata alam ini belum ditetapkan sebagai kawasan hutan. Penetapan kawasan hutan tetap harus segera dilakukan agar dapat melakukan kepastian hukum dalam pengelolaan. Didalam kawasannya terdapat berbagai penggunaan lahan di luar bidang kehutanan. Tipologi konflik tenurial yang terjadi adalah : konflik pengelola dengan masyarakat, konflik pengelola dengan pemerintah, dan konflik pemerintah dengan perusahaan negara. Resolusi konflik yang ditawarkan adalah perubahan sebagian peruntukan kawasan hutan melalui skema revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bengkulu dan kolaborasi pemanfaatan kawasan hutan taman hutan wisata dengan pengelola. Evaluasi kesesuaiaan fungsi taman wisata alam harus dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang berkonflik didalamnya. Hasil evaluasi ini menjadi dasar dalam penetapan kawasan hutan taman wisata alam agar memiliki kekuatan hukum yang tetap.
The Conflicts of Ultilization of Forest Area in Bukit Basa Limited Production Forest, Rejang Lebong District, Bengkulu Province Gunggung Senoaji
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 1 (2019): April 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.854 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.1.61-69

Abstract

Bukit Basa Limited Production Forest covers 125 hectares, located in Rejang Lebong District, Bengkulu Province, Indonesia.  The main function of limited production forest is to yield forest products, timber and non timber.  In Bukit Basa Limited Production Forest, there has been a change of land use from forest land to a crop land.  There has been conflict in this forest area. The objective of this study was to describe the characteristics of communities cutivating forest land and to suggest conflict resolution of this forest area. The data were collected by field observation, and interview.  The accidental sampling technique was used to select 42 respondents. Legal approaches were  used to find solutions to the tenurial conflict. The results showed that land use of Bukit Basa Limited Production Forest, in 2017 was entirely crop land. All of this forest areas have been illegaly occupied by people.  The average land area of occupied by a household was 1.24 ha. The people acquired their land by buying (4.76%), renting (21.43%), clearing the forest (42.86%), and inheriting (30.95%). The dependence of this community on the forest area was quite high. Only 38.10% of them had agricultural land outside the forest area; 61.9% depended on the land in the forest area. The contribution of farmers' incomes from agricultural business in forest land was 77.22% of their total income. The legalization of the use of limited production forests as crop lands must be enforced through policy schemes of community-based forest management, such as community forests, village forests, community plantations forest, or partnerships.
Efektivitas Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Provinsi Bengkulu dan Sejarah Status Fungsi Kawasannya Gunggung Senoaji; Guswarni Anwar; Edi Suharto
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.153-162

Abstract

Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Provinsi Bengkulu, Indonesia, dengan luas 7.732,80 ha, merupakan kawasan hutan konservasi yang tujuan utamanya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Ekosistem hutan tropis dataran rendah dengan keanekaragaman hayati didalamnya dan adanya pusat latihan gajah (PLG) merupakan obyek daya tarik wisata kawasan TWA ini. Sebelum ditunjuk sebagai TWA kawasan ini merupakan hutan produksi.  Adaya habitat gajah dan satwa liar lainnya di dalamnya menjadikan alasan kawasan ini berubah fungsi menjadi hutan konservasi TWA. Pengelola hutan konservasi TWA Seblat adalah Balai Kosevasi Sumberdaya Alam Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan saat ini, sejarah status fungsi hutannya dan tingkat efektivitas pengelolaan TWA Seblat.  Kondisi penggunaan lahan ditentukan dengan metode pemetaan dan survey lapangan. Pendekatan sejarah digunakan untuk mengetahui dinamika perubahan status fungsi kawasan hutannya, sedangkan efektivitas pengelolaan ditentukan dengan metode METT (Management Effektiviness Tracking Tools).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di kawasan Taman Wisata Alam Seblat yang berupa hutan luasnya sekitar 5.015 ha (64,9%), semak belukar sekitar 2.142 ha (27,7%), pertanian lahan kering campur sekitar 381 ha (4,9%), perkebunan sekitar 59,1 ha (0,8%), tanah kosong sekitar 109 ha (1,4%) dan sawah sekitar 6 ha (0,1%). Sebelum tahun 1995. status fungsi kawasan hutan TWA Seblat ini adalah  hutan produksi, pada tahun 1995 berubah menjadi hutan produksi tujuan khusus Pusat Latihan Gajah (PLG), dan sejak tahun 2011 berubah menjadi hutan konservasi TWA.  Tingkat effektivitas pengelolaan TWA Seblat termasuk dalam kategori efektif, dengan nilai 71%.  Untuk mengoptimalkan fungsi wisata alam dan rekreasi diperlukan penambahan fasilitas dasar, fasilitas wisata, dan rencana pengelolaan jangka pendek.