Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Iklim Mikro Kandang Domba Garut Sistem Tertutup Milik Fakultas Peternakan IPB Meiske Widyarti; Yoffa Oktavia
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.469 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstracts Microclimate condition of  cage affecting  the growth of livestocks. Livestocks will be able to develop and grow optimally in a good cage condition. Cages indoor or microclimate should be comfort and fit for livestock  growth and  functioned as a protector from environment influences. A good microclimate condition is influenced by air temperature, moisture content, velocity of air flow, and intensity of light. This study aims to analyze the distribution of temperature, humidity, wind speed and patterns inside the Garut sheep’s cage. Datas are collected on Faculty of Animal Husbandry IPB’s Garut sheep fattening cages. Datas including temperature, relative humidity, wind speed, and solar radiation were taken three days from 07:00 pm until 15:00 pm and analyzed using microsof exel program. The study results showed that the highest indoor cage temperature is 33.330C at 12.00 pm., with relative humidity 73,33%  and wind speed 0,38 m / sec. This condition is not optimal enough for Garut sheeps’s growth. Keywords : animal cage, Garut sheep, micro climate. Abstrak Kondisi kandang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara optimal dalam kondisi kandang yang baik. Kandang yang baik harus sesuai bagi  pertumbuhan ternak antara lain kenyamanan, naungan serta perlindungan dari pengaruh lingkungan. Kondisi kandang yang baik sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran suhu, kelembaban, kecepatan angin dan pola aliran udara di dalam kandang. Pengambilan data dilakukan di kandang penggemukan domba Fakultas Peternakan IPB. Data yang diambil meliputi suhu, RH, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Pengukuran dilakukan mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Setelah itu, data hasil pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan standard . Hasil penelitian menunjukkan suhu tertinggi di dalam kandang adalah 33,33 0C pada pukul 12.00 WIB. Dengan kelembaban relatif 73,33 % dan kecepatan angin 0,38 m/detik. Kondisi ini belum optimal bagi pertumbuhan domba Garut. Kata kunci : Domba Garut, iklim mikro, kandang penggemukan.Diteriam: 14 September  2010; Disetujui: 15 Februari 2011 
Konsep Ecohouse pada Rumah Baduy Dalam Meiske Widyarti; Budi Indra Setiawan; Hadi Susilo Arifin; Arief Sabdo Yuwono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.222 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Environment quality is worsening every year; building’s sector contributes 66 % of fossil fuels   pollution sources. Ways in building constructions needs to be changed in more environmental friendly manner. Today, in spite of new technological advances in techniques and materials, buildings are continuously being built but lack of climatic consideration. Indigenous people, such as the Inner Baduy community, from longstanding experience have developed systems as their local wisdoms adapting to its environment and buildings in a sustainable manner. The aim of this study is to emphasize the importance of traditional knowledge in terms of providing environmental friendly buildings and the existence of documentation as a knowledge base of an Indonesian traditional settlement in a hot humid climate’s mode. The study results are reconstructions on, building design will be presented in technical drawings and drawn with Sketch up computer program. Keywords: Baduy, design, ecohouse, local wisdom Abstrak Sektor bangunan menyumbang 66% dari sumber polusi bahan bakar fosil yang akan berdampak pada memburuknya kualitas lingkungan. Teknik konstruksi bangunan perlu diubah dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Meskipun kemajuan dalam teknologi pembangunan berkembang pesat, dan  bangunan yang terus menerus dibangun  akan tetapi dalam penggunaan teknik dan material bangunan tidak mempertimbangkan kerusakan iklim yang ditimbulkan. Masyarakat adat, seperti masyarakat Baduy Dalam telah berpengalaman sejak lama dalam konservasi lingkungan yang dilaksanakan sebagai kearifan lokal mereka termasuk dalam pembangunan konstruksi rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengevaluasi dan mendapatkan  pengetahuan dalam bangunan tradisional dan 2) Mendokumentasikan konsep bangunan tradisional Indonesia sebagai dasar dalam pembangunan pada  wilayah beriklim panas lembab. Hasil penelitian ini bangunan di Baduy Dalam merupakan bangunan yang berkelanjutan. Bangunan ini direkonstruksi dan disajikan dalam gambar teknik yang digambar dengan program komputer Sketchup 2008. Kata Kunci: Baduy Dalam, konstruksi eco-house, kearifan lokal Diterima: 21 April 2011; Disetujui: 16 Agustus 2011