Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ISLAM Upaya Merajut Kembali “Spiritualitas” Yang Hilang Masturin, Masturin
KALAM Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.708 KB) | DOI: 10.24042/klm.v6i1.381

Abstract

Spiritualitas Islam sebagai respon terhadap persoalan sosial-budaya kontemporer bukan saja menjadi keharusan, namun sekaligus menjadi kebutuhan dan keharusan sejarah, baik masa dulu, kini maupun pada abad mendatang. Modernitas dengan segala dampaknya telah menimbulkan kesadaran kultural berupa kerinduan orang untuk kembali pada nilai-nilai spiritual atau terjadi semacam romantisisme sejarah. Spiritualitas Islam yang dibutuhkan ke depan adalah menggabungkan antara kesalehan simbolik-individual dan kesalehan aktual-struktural. Spiritualitas Islam yang menggabungkan sikap kesalehan simbolik dan aktual tersebut harus berfungsi dalam tiga hal yaitu fungsi emansipasi, liberasi dan transendensi.
KHAZANAH INTELEKTUAL TEOLOGI MATURIDIYAH Masturin, Masturin
KALAM Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.046 KB) | DOI: 10.24042/klm.v8i1.187

Abstract

Persoalan teologis berkisar pada issue tentang status dan pelaku dosa besar, perbuatan manusia, dan hakikat sifat Tuhan pada umumnya muncul sebagai akibat dari perbedaan visi politik. Issu teologis ini telah melahirkan golongan Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah. Seiring dengan itu muncul issu mengenai bebas/ tidaknya perbuatan manusia yang kemudian melahirkan golongan Jabariyah dan Qadariyah. Persoalan muncul karena dipengaruhi oleh budaya Helinisme yang rasional seiring dengan proses futuhat (ekspansi Islam). Persentuhan umat Islam dengan budaya Helinisme semakin memperkuat penggunaan akal dalam kajian teologis, khususnya oleh Mu’tazilah. Dengan demikian ada tiga issu besar yang berkembang dalam teologi Islam saat itu yaitu dosa besar, kehendak bebas tidaknya manusia dan penggunaan akal. Mu’tazilah memberikan penekanan yang tinggi kepada akal dengan segala implikasinya karena arus pemikiran rasional yang berkembang pada waktu itu. Al-Maturiddi membahas tentang penciptaan alam yang lebih banyak mengajukan argumen rasional dan perseptual dari pada argumen tradisional. Hal ini tidak lain karena perhatian utamanya untuk mempertahankan ajaran Islam dari serangan Indo-Iranian dan Yahudi-Kristen serta filsafat Yunani.
KONSELING ISLAM DALAM LINTAS BUDAYA PADA MASYARAKAT PANTURA TIMUR JAWA TENGAH Masturin, Masturin
KONSELING RELIGI Vol 8, No 2 (2017): KONSELING RELIGI
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v8i2.2962

Abstract

Konseling lintas budaya (cross-culture counseling) melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, maka proses konseling rawan terjadinya bias budaya yang akan mengakibatnya proses konseling berjalan kurang efektif. Konselor dituntut memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Konseling lintas budaya mewarisi berbagai perinsip keilmuan dari psikologi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pelayanan konseling hakikatnya merupakan proses pemberian bantuan dengan penerapkan prinsip-prinsip psikologi. Secara praktis dalam kegiatan konseling akan terjadi hubungan antara satu dengan individu lainnya (konselor dengan klien). Dalam hal ini individu tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda dan memiliki budayanya masing-masing. Oleh karena itu dalam proses konseling tidak dapat dihindari adanya keterkaitan unsur-unsur budaya. Keragaman budaya dapat menimbulkan konsekuensi munculnya etnosetrisme dan kesulitan komunikasi. Etnosetrisme mengacu pada adanya perasaan superior pada diri individu karena kebudayaan atau cara hidupnya yang dianutnya dianggap lebih baik. Sedangkan bahasa adalah simbol verbal dan nonverbal yang memungkinkan manusia untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakannya dan dipikirkannya. Apabila terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan simbol-simbol verbal dan nonverbal diantara dua orang atau lebih yang sedang berkomunikasi, maka akan timbul persoalan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang disebut juga sebagai penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi atau diatur dengan eksperimen atau  riset.
PERILAKU SOSIAL BUDAYA PENGIKUT TAREKAT DALAILUL KHAIRAT PADA PONDOK PESANTREN DARUL FALAH JEKULO KUDUS MASTURIN, MASTURIN
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 8 No 1 (2015): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.155 KB)

Abstract

Tarekat Dalailul Khairat is a congregation that is run by fasting for three years without stopping (except intime of fasting is forbidden according to Islamic law), and everyday reading the book of Dalailul Khairat (not boundby a specifc time), how to run it is not bound by place (ribat), and are not guided directly by the Sheikh (teacher). Al-Qur’an sees that religion and culture are different and must be clearly distinguished, butnot separated. Thus, Islam (The Qur’an) became into dialogue with space and time. Universal religion it will always fnd its relevance to specifc and concrete demands of its adherents, according to space and time, along with the dynamics and vitality. In doing Dalailul Khairat with good Behavior for three years, it becomes a habit of good behavior, that are somewhat forced, then the habith as become a kind of law, means the Congregation Dalailul Khairat positively infuences positive social behavior. Social behaviors are manifested by Dalailul Khairat followers such as diligent, patient, qana’a, tasamuh, constancy, obey the rules, honest, and hard work
TASAWUF SEBAGAI MEDIA KEPUASAN BATIN DALAM KONTEKS HAL DAN MAQAM Masturin, Masturin
TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol 2, No 2 (2017): Tadbir Jurnal Manajemen Dakwah (Article in Press)
Publisher : TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Inti ajaran semua agama adalah penyerahan kepada Tuhan pencipta alam semesta, yang dalam bahasa Arab disebut Islam dalam arti generik. Perbedaan pendapat yang terjadi adalah akibat kebanggaan dan sikap menolak. Penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanpa sedikitpun mengasosiasikan atribut Ketuhanan kepada apa dan siapapun selain daripada-Nya sendiri, merupakan satu-satunya sikap keagamaan yang benar, dan sikap selain itu tertolak.Tasawuf merupakan olah rohani untuk mendekatkan roh manusia kepada Tuhan sehingga dapat berhubungan langsung dengan Tuhan. Hubungan langsung antara roh manusia dengan Tuhan baik dalam bentuk komunikasi maupun dialog dapat dicapai melalui pengasingan diri dan kontemplasi. Kesa­daran akan adanya komunikasi dan dialog inilah yang menjadi inti dari tasawuf.Ada segolongan umat Islam yang belum merasa puas dengan pendekatan diri kepada Tuhan melalui ibadah shalat, puasa dan haji. Mereka ingin lebih dekat lagi dengan Tuhan. Jalan untuk itu diberikan oleh al-tasawwuf. Al-tasawwuf atau sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisisme dalam Islam.Ada beberapa, maqam yang harus dilalui oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Di antara para ahli tasawuf terjadi perbedaan pandangan mengenai jumlah dan susunan maqam. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi tam­paknya lebih rinci dalam mengemukakan maqamat yang harus dilalui oleh seorang, sufi dibandingkan dengan ahli tasawuf lainnya. Maqamat yang dikemukakan oleh Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi secara berurutan adalah al-tau­bah, al-zuhd, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu', al-taqwa, al-tawakkal, al-ridlo, al-mahabbah, dan al-ma'rifah.
The Determinants of Maqasid Shariah Based Performance of Islamic Banks in Indonesia Amaroh, Siti; Masturin, Masturin
IQTISHADIA Vol 11, No 2 (2018): IQTISHADIA
Publisher : Ekonomi Syariah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/iqtishadia.v11i2.3961

Abstract

This study aims to examine the determinants of maqasid shariah based performance of Islamic banks in Indonesia. The data was extracted from the published annual audited reports of Islamic banks in Indonesia during the period 2014-2017. This research used correlation and multiple linear regression analysis to examine the proposed hypotheses. Maqasid shariah based performance was proxied by maqasid index. The proposed factors as determinants of maqasid shariah based performance are profit loss sharing financing, cost efficiency, and risk taking behavior. The results of this research revealed that profit sharing financing positively influences maqasid shariah based performance, but risk taking behavior has a negative impact. Cost efficiency does not influence maqasid shariah based performance. The implication of this finding is that Islamic banks should have commitment to realize maqasid shariah through increasing their profit loss sharing financing in the mudharabah and musharakah modes
Manajemen Modal Sosial Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mewujudkan Kemaslahatan Umat: Studi Pada Baitul Maal Wat Tamwil di Kudus Masturin, Masturin; Amaroh, Siti
EQUILIBRIUM Vol 7, No 1 (2019): EQUILIBRIUM
Publisher : Prodi Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/equilibrium.v7i1.5171

Abstract

Baitul Maal Wat Tamwil has been growing as the financial institution from grassroot. This study will describe social capital management of Islamic microfinance to realize ummah maslahah. Data was obtained from five Baitul Maal Wat Tamwil in Kudus that are BMT Mitra Muamalat, BMT Harapan Umat, BMT Amanah, BMT Al Amin, and BMT Mahardika. Informants of this research are managers of each BMT. Social capital management is explained based on some aspects contains vision and mission, customer mapping, handling pattern of customer complaints, social activities, human resources training and development model, and education and socialization model. This research approach is qualitative with natural setting to capture essential problems from research object. However, the findings of this research are: (1) formulate vision and mission represent efforts to integrate organizational resources and social values to community welfare; (2) design of training and development programs for employee to increase human resources comprehension in managing products and contracts, and also principles of Islamic finance; (2) educate society to change conventional mindset into Islamic mindset particularly about justice principle and trustworthy; (3) conduct social responsibility through Baitul Maal with donation, scholarship for poor students, home repair, and other assistances; (4) stand with micro-small enterprises, small traders, traditional market traders, farmer, and factory workers; and (5) design risk management through fund reserve system.
JURNALISME DAKWAH DALAM MEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTER Masturin, Masturin
AT-TABSYIR Vol 5, No 2 (2017): Desember 2017 (Article in Press)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v5i2.3193

Abstract

Ummat Islam dewasa ini masih kekurangan sumber daya dan dana, terutama di dalam memiliki mesin-mesin cetak yang terbaru. Tetapi Islam harus diberi jalan dan kesempatan untuk melahirkan dakwah mereka lewat media. Baik itu media cetak: surat kabar, majalah, buku, dan lainnya maupun media non-cetak seperti radio, dan sejenisnya, ini dapat tercapai manakala sekelompok ummat rela berkorban dari segi materil membatu penerbitan risalah-risalah. Berkaitan dengan ini, jika jurnalistik dakwah mampu dioptimalkan, maka beberapa peran penting yang ada di antaranya: pertama, kritis terhadap lingkungan luar dan sanggup menyaring informasi Barat yang kadang menanam bias kejahatan terhadap. Kedua, mampu menjadi penerjemah dan frontier spirit bagi pembaruan dan gagasan kreatif kontemporer. Ketiga, sanggup melakukan proses sosialisasi sebagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan khasanah intelektual Islam. Keempat, sanggup mempersatukan kelompok-kelompok umat sambal memberi kesiapa untuk bersikap terbuka bagi perbedaan paham. Agenda terpenting dalam konteks pembinaan karakter bangsa adalah menyangkut adanya reformasi kolektif dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian atau changes setelah menjalani setiap proses pembelajaran. Pada prinsipnya memang membangun sebuah bangsa tidaklah cukup hanya dalam esensi fisik belaka. Perlu adanya suatu orientasi yang sedemikian sehingga esensi fisik tersebut berlanjut dalam suatu internalisasi untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio kemasyarakatan dan budaya. Pembinaan karakter bangsa adalah menyangkut adanya reformasi kolektif dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian atau changes. Pada prinsipnya memang membangun sebuah bangsa tidaklah cukup hanya dalam esensi fisik belaka. Perlu adanya suatu orientasi yang sedemikian sehingga esensi fisik tersebut berlanjut dalam suatu internalisasi untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio kemasyarakatan dan budaya.
Khal dan Maqam Tarekat dalam Tasawuf, Implementasi dalam Kehidupan Para Pengikut Tarekat Masturin, Masturin
ESOTERIK Vol 3, No 1 (2017): Available in June 2017
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v3i1.3878

Abstract

The essence of all religions is the surrender to God the creator of the universe, which in Arabic is called Islam in the generic sense. The difference in opinion is the result of pride and rejection. The surrender to the Supreme Lord, without neglecting the attributes of the Divine attribute to what and to anyone other than Himself, is the only true religious attitude, and the other attitude is rejected. In this regard tasawuf is required to describe his teachings in the context of social culture. Tasawuf views that the diversity of religions in the world is merely its form, in essence the same, worshiping the source of everything. One follows the teachings of tasawuf who are in a certain degree looking at God in reality, not in the external sense. Religious and community relations are influential influences that religion affects the growth of society, and then the community affects the thinking of religion. The mutual influence between community growth and religious development is a socio-cultural reality that is a challenge to be understood as broadly as possible
DIALOGIS KOMUNIKATIF KEBUDAYAAN ISLAM DALAM MEMAHAMI AGAMA Masturin, Masturin
AT-TABSYIR Vol 6, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v6i1.5604

Abstract

Selama ini perkembangan ilmu-ilmu Islam hanyalah berupa dekodifikasi (penjabaran, penafsiran, sistematisasi) dari teks-teks Al-Quran dan Hadis, seperti Tafsir, Fiqih, dan Tasawuf. Teks-teks didekodifikasi menjadi teks baru, yaitu ilmu-ilmu Islam. Dengan kata lain, dekodifikasi berangkat dari teks menuju ke teks yang baru. Gampang­nya, dekodifikasi adalah gerak dari teks ke teks. Sementara itu, ada perkembangan baru yang populer mulai 1980-an, yaitu gagasan Islamisasi ilmu. Ilmu-ilmu yang sudah ada (ilmu-ilmu alam, sosial, humaniora) "diislamkan" dengan mengembalikannya pada teks-teks Islam. Dalam Skala global, ada sedikitnya empat persoalan yang dihadapi agama dan kebudayaan, sendiri-sendiri atau bersama-sama, pertama, agama menghadapi sekularisasi. Kedua, kebudayaan meng­hadapi uniformasi, yaitu proses digantikannya diversifikasi kebudayaan yang berupa pilihan budaya individual oleh uniformasi kebudayaan. Ketiga, agama dan kebudayaan bersama-sama menghadapi persoalan alienasi metafisik, yaitu perasaan tak berdaya manusia menghadapi realitas. Keem­pat, pemecahan dari persoalan pertama, kedua, dan ketiga dalam bentuk spiritualisme pasca-modern yang non-rasional yang merupakan gejala anti-agama dan kontradiksi budaya, justru menimbulkan persoalan baru dari pada memecahkan persoalan.Â