Maya F. Memah
Universitas Sam Ratulangi

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Hubungan IPK Sarjana dan Profesi dengan Nilai CBT, OSCE, dan Hasil UKMPPD Di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Periode Mei dan Februari 2017 Febrianti, Winda; Memah, Maya F.; Manoppo, Firginia P.
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.18519

Abstract

Abstract: The average graduation rate of Competency Test for Medical Student Profession Program (UKMPPD) of Sam Ratulangi University (Unsrat) is still below the national average passing rate in the period of May from year 2015 to 2017, as follows: 30.5%, 35.4%, and 36.3% respectively. This study was aimed to determine whether the results of computer based test (CBT), objective structured clinical examination (OSCE), and UKMPPD were correlated with undergraduate and profession grade point average (GPA), which is one of the benchmarks of students’ success in their study. This was a quantitative retrospective study with a cross sectional design. The required data were obtained from students’ data during education and results of UKMPPD FK Unsrat data (secondary data). The data were analyzed by using Spearman correlation test and Mann Whitney test. Statistical analysis showed that there was a significant correlation (P = 0.001) between undergraduate GPA with CBT (r = 0.770), OSCE (r = 0.544), and UKMPPD results. The professional GPA showed a significant correlation (P = 0.001) with the CBT (r = 0.553), OSCE (r = 0.556), and UKMPD results. Conclusion: There were significant correlations between the undergraduate and professional GPA with the value of CBT, OSCE, and UKMPPD results.Keywords: GPA, CBT, OSCE, UKMPPD Abstrak: Rerata angka kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) masih di bawah rerata angka kelulusan nasional yaitu secara berturut-turut dari tahun 2015 sampai tahun 2017 periode Mei, 30,5%, 35,4%, dan 36,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai computer based test (CBT), objective structured clinical examination (OSCE), maupun hasil UKMPPD memiliki hubungan dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) sarjana dan profesi, yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan seorang mahasiswa dalam pendidikan. Jenis penelitian ialah kuantitatif retrospektif dengan desain potong lintang. Data penelitian diperoleh dari data sekunder berupa data mahasiswa selama menempuh pendidikan dan data hasil UKMPPD FK Unsrat. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian mendapatkan hubungan bermakna (P=0,001) antara IPK sarjana dengan nilai CBT (r=0,770), nilai OSCE (r=0,544), dan hasil UKMPPD; serta hubungan bermakna (P=0,001) antara IPK profesi dengan nilai CBT (r=0,553), OSCE (r=0,556), dan hasil UKMPPD. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna dari IPK sarjana dan profesi dengan nilai CBT, OSCE, dan hasil UKMPPD.Kata kunci: IPK, CBT, OSCE, UKMPPD
HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4190

Abstract

Abstract: Patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) are characterized by an acceleration of thrombopoiesis, an increase of platelet turnover, and a decrease of platelet survival time. These conditions affect the platelet count that manifest as an increase of the proportion of large and reactive platelets which are more thrombogenic. This study aimed to obtain the correlation between the platelet count and the platelet aggregation value in T2DM patients. This was an observational analytical study using the Pearson correlation test. Subjects were 30 T2DM outpatients at Endocrine-Metablolic Clinic of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. Blood samples of all patients were examined for platelet count and platelet aggregation value. The results showed that most of the subjects were ≥50 tahun (86.7%). Mean thrombocyte count was within normal level. Platelet aggregation values of the ADP 10 µm showed hypoaggregation, meanwhile of the ADP 5 µm showed normoaggregation The Pearson correlation test showed that there was no significant correlation between the platelet count and the platelet aggregation value, either using 10µm ADP (P = 0.22) or using 5µm ADP (P = 0.08). Conclusion:Keywords: platelet count, platelet aggregation, T2DMThere was no significant correlation between the platelet count and the platelet aggregation values in patients with type-2 diabetes mellitus at Endocrine-Metabolic Clinic of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado.   Abstrak: Pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terjadi percepatan trombopoiesis, peningkatan pergantian trombosit, dan penurunan waktu hidup trombosit. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi jumlah trombosit, yang menyebabkan terjadinya peningkatan trombosit berukuran lebih besar dan reaktif yang lebih bersifat trombogenik. Penelitian ini bertujuan  untuk mendapatkan hubungan antara jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit pada pasien DMT2. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Subjek penelitian berjumlah 30 pasien DMT2 di Poliklinik Edokrin-Metabolik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel darah dilakukan pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian terbanyak pada usia tua ≥ 50 tahun (86,7%). Rerata jumlah trombosit masih dalam rentang normal, sedangkan nilai agregasi trombosit dengan ADP 10 µm menunjukkan hipoagregasi dan yang dengan ADP 5 µm menunjukkan normoagregasi. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit baik dengan ADP 10 µm (P = 0,22) maupun ADP 5 µm (P = 0,08). Simpulan: Pada pasien DMT2 di Poliklinik Edokrin-Metabolik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tidak terdapat hubungan bermakna antara  jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit.  Kata kunci: jumlah trombosit, sgregasi trombosit, DMT2
Gambaran kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis Alfonso, Astrid A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10862

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease is a pathophysiology process with various etiology, causing a progressive decline on kidney function, and in general ends with kidney failure (stage 5). For the last forty years, creatinine serum had been the most common and affordable detection serum to measure kidney performance. The amount of creatinine serum is increased on non-dialysis chronic kidney disease patients. Approximately, 57% of non-dialysis chronic kidney disease patients have 7-12 mg/dL creatinine level. Research objective: To understand the description of creatinine serum level on non-dialysis chronic kidney disease patients. Research method: Cross sectional descriptive, to obtain the data of creatinine serum on non-dialysis chronic kidney disease patients carried out on December 2015 – January 2016 at two hospitals, which are RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado and Rumah Sakit Advent Manado. The research sample were the blood sample from 35 people suffering a stage five non dialysis chronic kidney disease, which determined by consecutive sampling from non-probability sampling model. Result: Based on the laboratory result, the 35 patients diagnosed with a stage five non dialysis chronic kidney disease are undergoing an increase on creatinine serum (100%). Conclusion: Based on the research result, it can be concluded that the increase of creatinine level is occurred on stage five non dialysis chronic kidney disease patients.Keywords: creatinine serum, stage five chronic kidney disease, non-dialysis.Abstrak: Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (stadium 5). Selama 40 tahun terakhir, kreatinin serum telah menjadi petanda serum paling umum dan murah untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum meningkat pada pasien gagal ginjal non dialisis. Sekitar 57% dari pasien gagal ginjal non dialisis memiliki kadar kreatinin 7-12 mg/dL. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Metode Penelitan: deskriptif cross sectional, untuk mendapatkan data tentang kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis yang dilakukan sejak Desember 2015-Januari 2016 di dua rumah sakit yaitu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Rumah Sakit Advent Manado. Sampel penelitian adalah sampel darah dari 35 orang yang menderita penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis ditentukan dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, terdapat 35 pasien yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis mengalami peningkatan kadar kreatinin serum (100%). Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis.Kata kunci: kreatinin serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialysis
Gambaran kadar kalium serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis di Manado Sandala, Gabriela A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12142

Abstract

Abstract: Potassium is the main intracellular ion in the body and plays a key role in maintaining cell function. Total body potassium distributed 98% in intracellular and 2% in extracellular fluid. A slight change in the distribution of these can cause hypokalemia or hyperkalemia. A healthy kidney has great capacity to maintain potassium homeostasis in the cace of excess potassium. The kidney is primarily responsible for maintaining total body potassium content by matching potassium intake with potassium excretion. This study aimed to obtain the profile of potassium serum in non dialysis CKD stage 5 patients in Manado. This was an obsevartional descriptive study. There were 35 blood samples obtained from patients in Nephrology-Hypertension Polyclinic and IRINA of Prof. Dr. R.D Kandou Hospital and Teling Adventist Hospital. There were 11 samples (31,4%) with hypokalemia consisted of 6 home-care patients (35.3%) and 5 hospital-care patients (27.8%), 15 samples (42.9%) were in normal range consisted of 8 home-care patients (47.1%) and 7 hospital-care patients (38.9%), and 9 samples (25.7%) with hyperkalemia consisted of 3 home-care patients (17.6%) and 6 hospital-care patients (33,3%) from total non-dialysis CKD stage 5 samples resulted from laboratory examination. Conclusion: In non dialysis CKD stage 5 patients in Manado, normokalemia was the most common found than hypokalemia and hyperkalemia. Keywords: potassium, chronic kidney disease stage 5, non dialysis. Abstrak: Kalium adalah ion intraseluler utama dalam tubuh dan berperan penting dalam menjaga fungsi sel. Kalium tubuh total terdistribusi 98% intrasel dan 2% ekstrasel. Sedikit saja terjadi perubahan dalam distribusi ini dapat menyebabkan hipokalemia atau hiperkalemia. Ginjal yang sehat memiliki kapasitas yang besar untuk mempertahankan homeostasis kalium dalam menghadapi kalium yang berlebih. Ginjal bertanggung jawab dalam menjaga kadar kalium tubuh total dengan mencocokkan asupan kalium dan ekskresi kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kalium serum pada pasien PGK non dialisis stadium 5 di Manado. Jenis penelitian ini deskriptif obsevasional. Sampel darah diambil dari pasien di Poliklinik Nefrologi-Hipertensi dan IRINA Bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan RS Advent Teling sebanyak 35 sampel. Hasil: penelitian mendapatkan 11 orang yang mengalami hipokalemia (31,4%) diantaranya 6 orang pasien rawat jalan (35,3%) dan 5 orang pasien rawat inap (27,8%); 15 orang dalam batas nilai normal (42,9%) diantaranya 8 orang pasien rawat jalan (47,1%) dan 7 orang pasien rawat inap (38,9%); serta 9 orang mengalami hiperkalemia (25,7%) diantaranya 3 orang pasien rawat jalan (17,6%) dan 6 orang pasien rawat inap (33,3%) dari jumlah total pasien terdiagnosis dokter PGK stadium 5 non dialisis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Simpulan: Pada pasien PGK non-dialisis stadium 5 di Manado, normokalemia yang paling sering ditemukan dibandingkan hiper dan hipokalemia.Kata kunci: kalium serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis
HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO Harahap, Ellisabeth M.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
eBiomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.2.2015.8513

Abstract

Abstract: Dengue is the most rapidly spreading mosquito-borne viral disease in the world. The decreasing leukocytes can be found between the third and eighth day with normal differential telling. The number of granulocytes decreases on the third until the eighth day. This study used a cross-sectional design. esearch. Samples were children with dengue virus infection at Wolter Mongisidi Hospital, Advent Hospital, and Pancaran Kasih Hospital in Manado from December 2014 until January 2015. There were 36 children as samples. The results showed that 48.6% of samples had increases of basophils, 54% had decreases of eosinophils, 64.8% had decreases of neutrophils, 54% had increases of lymphocytes, and 59.4% had increases of monocytes. Conclusion: In this study, most of the children with dengue viral infection had decreased number of neutrophil.Keywords: dengue viral infection, children, differential count, leukocyteAbstrak: Infeksi virus dengue adalah penyakit virus ditularkan oleh nyamuk dengan penyebaran paling cepat di dunia. Penurunan leukosit dapat dijumpai antara hari ke 1-3 demam dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ke 3-8. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hitung jenis leukosit pada anak terinfeksi virus dengue di Manado. bersifat potong lintang. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah pasien anak yang terinfeksi virus dengue di RS Wolter Mongisidi Manado, RS Advent Manado, dan RS Pancaran Kasih Manado selama bulan Desember 2014 sampai Januari 2015. Jumlah sampel sebanyak 36 anak. Hasil penelitian menunjukkan 48,6% sampel mengalami peningkatan jumlah basofil, 54% penurunan eosinofil, 64,8% penurunan neutrofil, 54% peningkatan limfosit, dan 59,4% peningkatan monosit. Simpulan: Pada penelitian ini sebagian besar pasien anak terinfeksi virus dengue menunjukkan penurunan neutrofil.Kata kunci: infeksi virus dengue, anak, hitung jenis, leukosit
GAMBARAN NILAI HEMATOKRIT DAN LAJU ENDAP DARAH PADA ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO Kamuh, Sitti S. P.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9517

Abstract

Abstract: Dengue is a major public health problem that can be found throughout the tropical and subtropical countries around the world. Spectrum of clinical manifestations of dengue virus infection varies greatly. In addition to clinical symptoms, the diagnosis of dengue virus infection need to be supported by blood tests such as hematocrit and erythrocyte sedimentation rate. This study aimed to determine the hematocrit value and erythrocyte sedimentation rate (ESR) in children with dengue virus infection in Manado. This study used a cross-sectional design and was conducted from Desember 2014 to January 2015 at GMIM Pancaran Kasih, Advent, and Robert Wolter Mongisidi hospitals in Manado. There were 37 patients that fulfilled the inclusion criteria, consisted of 17 males and 20 females. The results showed that of 37 patients, there were 36 with hematocrit within normal limits. Moreover, of 37 patients only 6 patients performed the ESR examination; only 1 child had a rapid ESR result (> 15mm/h). Conclusion: In this study, most of the pediatric patients with dengue virus infection in Manado had normal hematocrit. Of 6 patients who had performed ESR test, only 1 had rapid ESR.Keywords: dengue, hematocrit, erythrocyte sedimentation rateAbstrak: Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan dapat ditemui diseluruh daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Spektrum manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat bervariasi. Selain gejala klinis, diagnosis infeksi virus dengue perlu ditunjang hasil uji darah di laboratorium antara lain hematokrit dan laju endap darah (LED). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai hematokrit dan LED pada anak dengan infeksi virus dengue di Manado. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015 di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, RS Advent Manado, dan RSAD Robert Wolter Mongisidi Teling17 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan 36 dari 37 pasien mempunyai hematokrit normal. Dasri 37 pasien, hanya 6 anak yang menjalani pemeriksaan LED; hanya 1 anak dengan LED cepat (> 15mm/jam). Simpulan: Pada studi ini, sebagian besar pasien anak dengan infeksi virus dengue di Manado mempunyai nilai hematokrit normal. Dari 6 pasien yang dilakukan pemeriksaan LED, 1 anak mempunyai hasil LED cepat.Kata kunci: dengue, hematrokrit, laju endap darah.
Gambaran kadar kalsium pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis Idris, Nur Azizah; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10870

Abstract

Abstract: Calcium is the largest mineral in the body and is necessary in most biological processes. The body's calcium levels are influenced by a variety of renal disorders, one of which is chronic kidney disease. Chronic kidney disease is a pathophysiological process with diverse etiology, resulting in a progressive decline in renal function, and generally end up with kidney failure (stage 5 / end stage). This study aims to describe the levels of calcium in patients with non dialysis stage 5 chronic kidney disease. The method used in this study was a descriptive study conducted from December 2015-January 2016 at two hospitals, Prof. Dr. R. D Kandou hospital and Advent Teling hospital in Manado. The samples were blood samples of all patients with non-dialysis CKD stage 5 in the period and criteria set determined by non-probability sampling types consecutive sampling. Examination serum calcium using O-Cresolphthalein Complexon method. The result obtained 22 (62.9%) were decreased calcium levels (hypocalcemia), 12 (34.3%) calcium levels nomal and 1 (2.9%) with increased levels of calcium (hypercalcemia). The results of this study concluded that most of the non-dyalisis stage 5 chronic kidney disease patients (62,9%) were decline in calcium levels.Keywords: calcium, chronic kidney disease stage 5, non dialysisAbstrak: Kalsium sangat penting karena merupakan mineral terbanyak dalam tubuh dan diperlukan pada sebagian besar proses biologis. Kadar kalsium tubuh dipengaruhi oleh berbagai gangguan ginjal, salah satunya penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (stadium 5/end stage). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kalsium pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif cross sectional dilakukan sejak Desember 2015-Januari 2016 di dua rumah sakit yaitu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Rumah Sakit Advent Manado. Sampel penelitian adalah sampel darah dari semua pasien PGK stadium 5 non dialisis dalam kurun waktu dan kriteria yang telah ditentukan dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Pemeriksaan kalsium serum dengan metode O-Cresolphthalein Complexon. Hasilnya didapatkan 22 orang (62,9%) yang mengalami penurunan kadar kalsium (hipokalsemia), 12 orang (34,3%) kadar kalsium nomal dan 1 orang (2,9%) dengan peningkatan kadar kalsium (hiperkalsemia). Kesimpulannya sebagian besar terjadi penurunan kadar kalsium (62,9%) pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis.Kata kunci: kalsium, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis
GAMBARAN KADAR ALBUMIN SERUM PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 NON DIALISIS Putri, Tiffany D.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10861

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease is a pathophysiology process with diverse etiology, causing a progressive decline on kidney function, and in most cases ends with kidney failure (stage 5). The low level of albumin serum is an important predictor of the morbidity and mortality, as a low albumin level is indicating the weak immunity and vitality in kidney failure patients. This is caused by an increase on inflammation and deficiency of protein intake. The low level of albumin serum is also a major indicator which can be used to show a person?s kidney function. Hypoalbuminemia occurred if blood albumin level is less than 3,5 g/dL. Research objective: To find out the description of albumin serum level on non-dialysis chronic kidney disease patients. Research method: Cross sectional descriptive, to obtain the data of albumin serum on non-dialysis chronic kidney disease patients carried out on December 2015 ? January 2016 at two hospitals, which are RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado and Rumah Sakit Advent Manado. The research sample were the blood sample from 35 people suffering a stage five non dialysis chronic kidney disease, which determined by consecutive sampling from non-probability sampling model. Result: According to the laboratory result, from the 35 patients diagnosed with a stage five non dialysis chronic kidney disease, 16 patients are having a decrease on albumin serum (45.7%), and 19 patients are having a normal albumin level (54.4%). None of the samples are having an increase on albumin level. Conclusion: From the research it can be concluded that there are more patients with normal albumin level which is 29 people (54.5%) compared to the patients with hypoalbuminemia which is 16 people (45.7%), with male having a higher tendency of prevalence compared to female on each category of albumin serum checkup.Keywords: albumin serum, stage five chronic kidney disease, non-dialysis.Abstrak: Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (stadium 5). Kadar serum albumin rendah merupakan prediktor penting dari mordibitas dan mortalitas karena rendahnya serum albumin pada pasien gagal ginjal menggambarkan rendahnya ketahanan dan daya hidup pasien gagal ginjal terminal. Hal ini disebabkan adanya peningkatan inflamasi dan kekurangan asupan protein pada penderita. Rendahnya serum albumin juga salah satu penanda penting yang dapat digunakan untuk menunjukan fungsi ginjal dari seseorang. Dikatakan hipoalbuminemia jika kadar albumin darah kurang dari 3,5 g/dL. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran kadar albumin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Metode Penelitan: deskriptif cross sectional, untuk mendapatkan data tentang kadar albumin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis yang dilakukan sejak Desember 2015-Januari 2016 di dua rumah sakit yaitu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Rumah Sakit Advent Manado. Sampel penelitian adalah sampel darah dari 35 orang yang menderita penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis ditentukan dengan cara non-probability sampling jenis consecutive. Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, terdapat 35 pasien yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis didapatkan bahwa 16 pasien mengalami penurunan kadar albumin serum (45.7%), 19 orang memiliki kadar albumin dalam batas normal (54.3%) dan tidak terdapat peningkatan kadar albumin sama sekali pada pasien yang dilakukan penelitian. Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar albumin serum pada pasien dengan kadar albumin yang masih dalam batas normal yaitu sebanyak 19 orang (54.3%) lebih banyak dibandingkan dengan hipoalbuminemia yaitu sebanyak 16 orang (45.7%) dimana jenis kelamin laki-laki cenderung lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan perempuan pada tiap kategori hasil pemeriksaan kadar albumin serum.Kata kunci: albumin serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis.
HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4390

Abstract

Abstract: Patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) are characterized by an acceleration of thrombopoiesis, an increase of platelet turnover, and a decrease of platelet survival time. These conditions affect the platelet count that manifest as an increase of the proportion of large and reactive platelets which are more thrombogenic. This study aimed to obtain the correlation between the platelet count and the platelet aggregation value in T2DM patients. This was an observational analytical study using the Pearson correlation test. Subjects were 30 T2DM outpatients at Endocrine-Metablolic Clinic of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. Blood samples of all patients were examined for platelet count and platelet aggregation value. The results showed that most of the subjects were ≥50 tahun (86.7%). Mean thrombocyte count was within normal level. Platelet aggregation values of the ADP 10 µm showed hypoaggregation, meanwhile of the ADP 5 µm showed normoaggregation The Pearson correlation test showed that there was no significant correlation between the platelet count and the platelet aggregation value, either using 10µm ADP (P = 0.22) or using 5µm ADP (P = 0.08). Conclusion: There was no significant correlation between the platelet count and the platelet aggregation values in patients with type-2 diabetes mellitus at Endocrine-Metabolic Clinic of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. Keywords: platelet count, platelet aggregation, T2DM   Abstrak: Pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terjadi percepatan trombopoiesis, peningkatan pergantian trombosit, dan penurunan waktu hidup trombosit. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi jumlah trombosit, yang menyebabkan terjadinya peningkatan trombosit berukuran lebih besar dan reaktif yang lebih bersifat trombogenik. Penelitian ini bertujuan  untuk mendapatkan hubungan antara jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit pada pasien DMT2. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Subjek penelitian berjumlah 30 pasien DMT2 di Poliklinik Edokrin-Metabolik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel darah dilakukan pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian terbanyak pada usia tua ≥50 tahun (86,7%). Rerata jumlah trombosit masih dalam rentang normal, sedangkan nilai agregasi trombosit dengan ADP 10 µm menunjukkan hipoagregasi dan yang dengan ADP 5 µm menunjukkan normoagregasi. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit baik dengan ADP 10 µm (P = 0,22) maupun ADP 5 µm (P = 0,08). Simpulan: Pada pasien DMT2 di Poliklinik Edokrin-Metabolik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tidak terdapat hubungan bermakna antara  jumlah trombosit dan nilai agregasi trombosit. Kata kunci: jumlah trombosit, sgregasi trombosit, DMT2
KARAKTERISTIK TROMBOSIT PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO Motulo, Cindy Y.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
eBiomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.2.2015.8514

Abstract

Abstract: Dengue virus infection is a global health problem since outbreaks have been reported in many countries. Children still occupy the top position in dengue infection. The information about dengue infection can help reduce the incidence of dengue infection. One of the laboratory tests that support the diagnosis is the platelet count. This study used a cross sectional design and was conducted from December 2014 until January 2015 at Robert Wolter Mongisidi Hospital, Advent Manado Hospital, and GMIM Pancaran Kasih Hospital. Samples were 37 patients who fulfilled the inclusion criteria. There were 17 males and 20 females. The results showed that 21 patients had thrombocytopenia meanwhile the others had thrombocyte count within normal limit. The PDW and the MPV were within normal limit.Keywords: dengue, platelet count, PDW and MPVAbstrak: Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan global. Kejadian luar biasa penyakit telah sering dilaporkan dari berbagai negara. Anak-anak masih menempati posis teratas dari kejadian infeksi dengue. Informasi tentang infeksi dengue dapat membantu mengurangi kejadian infeksi dengue. Banyak pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, salah satunya ialah pemeriksaan trombosit. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dan dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015 di RSAD Robert Wolter Mongisidi, RS Advent Manado, dan RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Terdapat 37 pasien yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 17 laki-laki dan 20 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan 21 pasien yang mengalami trombositopenia sedangkan 16 lainnya masih dalam batas normal. Nilai PDW dan MPV dalam batas normal.Kata kunci: dengue, jumlah trombosit, PDW, MPV