Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBANDINGAN KOMPOSISI UNSUR PIRANTI RETENSI NIKEL TITANIUM DENGAN NIKEL TITANIUM SUPERELASTIC DAN UJI SIFAT KELELAHAN LOGAM Andreas Wijaya; Fajar H Nasution; Rosalina Tjandrawinata; Yohana Yusra
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2017 Buku III
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.2490

Abstract

Dalam perawatan ortodonti, kawat nikel titanium (NiTi) umumnya digunakan padatahap penyelarasan lengkung gigi karena bersifat elastis. Selain itu, kawat NiTi jugadigunakan sebagai piranti retensi cekat dan dapat menjadi alternatif bahan baja tahankarat berulir jamak (multistrand) yang masih dinilai kaku dan sering ditemukan terputusakibat timbulnya sifat kelelahan logam. Tujuan penelitian ini adalah untukmembandingkan komposisi unsur kawat piranti retensi NiTi dengan kawat NiTisuperelastic dan menganalisa sifat kelelahan logam pada setiap bahan. Dua kelompoksampel, yaitu kelompok kawat piranti retensi NiTi dan kawat NiTi superelastic diujikomposisi unsur permukaannya menggunakan mikroskop elektron (SEM-EDX). Sampelkawat piranti retensi NiTi diberikan satu juta siklus penekanan untuk pengujian sifatkelelahan logam. Pada hasil analisis SEM dan EDX kawat piranti retensi NiTi ditemukanadanya unsur nikel (50,38%), titanium (45,26%), aluminium (0,35%), oksigen (3,96%),dan silikon (0,06%), tetapi pada sampel kawat NiTi superelastic hanya ditemukan unsurnikel (54,66%) dan titanium (45,35%). Pada Hasil pengujian sifat kelelahan logam pirantiretensi NiTi, terlihat adanya gambaran garis halus (striation) dan defleksi paska menerimatekanan vertikal berulang. Berbeda dengan NiTi superelastic, pada piranti retensi NiTiditemukan unsur aluminium dan silikon yang mungkin dapat mempengaruhi sifat bahan,seperti meningkatkan formabilitas dan resistensi terhadap oksidasi secara berurutan.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif (Kajian pada Anak Usia 8 - 11 Tahun di SDN 01 Krukut Jakarta Barat) Shilla Kamal; Yohana Yusra
Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu Vol. 2 No. 1 (2020): Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.06 KB) | DOI: 10.25105/jkgt.v2i1.7515

Abstract

Latar Belakang : Maloklusi yang mulai berkembang dapat segera dilakukan perawatan dini untuk mencegah bertambah parah pada periode gigi tetap. Jenis perawatan yang dapat dilakukan yaitu perawatan ortodonti interseptif. Perawatan ortodonti interseptif adalah perawatan yang dilakukan pada masa pertumbuhan ketika muncul tanda-tanda maloklusi pada periode gigi campur. Penilaian kebutuhan perawatan ortodonti interseptif dapat menggunakan Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif (IKPO-I). Penilaian indeks ini diberikan secara kuantitatif dengan memberikan skor spesifik pada tiap gambaran maloklusi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif pada anak usia 8-11 tahun di SDN 01 Krukut Jakarta Barat. Metode: Pemeriksaan intra oral pada anak dengan kaca mulut yang dilakukan oleh dokter gigi dan pencatatan dengan menggunakan formulir pemeriksaan IKPO-I yang setiap indikator diberikan skor berdasarkan kondisi intra oral subjek. Jenis penelitian yang dilakukan berupa penelitian observasional analitik dengan rancangan potong silang. Hasil: Subjek penelitian sebanyak 90 murid SDN 01 Krukut Jakarta Barat. Hasil pemeriksaan menggunakan IKPO-I diperoleh hasil tingkat pendidikan orang tua sebagian besar berada pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 73 (81,1%). 43 (47,8%) membutuhkan perawatan ortodonti interseptif, 9 (10,0%) tidak membutuhkan perawatan ortodonti dan 21 (23,3%) membutuhkan perawatan korektif. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif (p = 0,448).
DETEKSI DINI GIGI TIDAK TERATUR (MALOKLUSI) PADA ANAK PERIODE GIGI CAMPUR MURID SD MUHAMMADIYAH 06 TEBET-JAKARTA SELATAN Yohana Yusra; Joko Kusnoto; Armelia Sari Widyarman; Arianne Dwimega; Febri Fahmawati; Nicolas Brian Simanjuntak; Adzra Fadla Taqia; Sasqia Faadilah Andikoputri; Faadiyah Nisa
Jurnal AKAL: Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal AKAL : Abdimas dan Kearifan Lokal
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/akal.v4i1.15841

Abstract

Maloklusi merupakan masalah Kesehatan masyarakat yang dapat dicegah (Preventif) ataupun dihalangi (Interseptif). Ortodonti interseptif adalah prosedur perawatan pada periode gigi campur, untuk memperbaiki maloklusi yang mulai terjadi dan mengurangi keparahan pada periode gigi permanen. Deteksi dini terhadap perkembangan terjadinya maloklusi dan potensial prosedur perawatan ortodonti yang sederhana dapat meminimalkan atau menghilangkan perawatan ortodonti yang memerlukan biaya cukup besar. Saat masa pandemi Covid-19 seperti saat ini proses pembelajaran pada semua institusi pendidikan hampir sebagian besar masih dilakukan secara daring dan dengan adanya peraturan mengenai pembatasan kegiatan masyarakat dapat menyebabkan salah satunya adalah hilangnya kesempatan untuk melakukan pemeriksaan gigi anak secara rutin ke dokter gigi. Beberapa masalah yang ditemukan pada orang tua dan anak murid SD Muhammadiyah 06 Tebet Timur diantaranya adalah tidak adanya penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi Covid-19, dan keterbatasan orang tua untuk memeriksakan gigi anaknya secara rutin ke dokter gigi selama masa pandemi. Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 2022 secara daring berupa penyuluhan kesehatan gigi anak secara umum dan pelatihan deteksi dini gigi tidak teratur (Maloklusi) pada anak. Kegiatan berjalan dengan lancar dan analisis terhadap kuesioner yang diberikan untuk mengetahui prior knowledge para orang tua menunjukkan masih kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi anak dan maloklusi