Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Peningkatan Interleukin-10 Akibat Infestasi Cacing Usus Nematoda terhadap Spektrum Morbus Hansen Rika Lukas; Athuf Thaha; Rusmawardiana Rusmawardiana; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2731

Abstract

Morbus Hansen (MH) adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang mengenai saraf perifer, kulit, dan organ lain kecuali susunan saraf pusat. Pertahanan terhadap M. leprae tergantung pada respon imun efektif T helper tipe 1 (Th1), di sisi lain, peningkatan Interleukin-10 (IL-10) yang dihasilkan oleh Th2 dikenal sebagai mediator penting dalam pertahanan host terhadap infestasi cacing usus . Tujuan penelitian ini untuk menginvestigasi hubungan peningkatan IL-10 akibat infestasi cacing usus nematoda dengan spektrum Morbus Hansen. Penelitian observasional analitik laboratorik dengan rancangan potong lintang dilakukan dari Desember 2014 sampai Februari 2015 di Departemen Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan Rumah Sakit Kusta Dr Rivai Abdullah. Total 158 pasien MH dilakukan untuk pemeriksaan feses dan kadar IL-10 dengan menggunakan teknik sandwich enzym immunoassay kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara durasi pengobatan dan MH spektrum dengan p = 0,002 (p <0,05), infestasi cacing usus dan spektrum MH dengan p = 0,000 (Odds Ratio 52,8; interval kepercayaan 95%: 7018 - 398714) , kadar IL-10 dan infestasi cacing usus dengan p = 0,000000002, kadar IL-10 dan spektrum MH dengan p = 0,0005. Peneliti melaporkan hubungan yang signifikan antara infestasi cacing usus dengan MH bentuk multibasiler (p = 0,000). Hasil penelitian kami menunjukkan infestasi cacing usus yang telah ada sebelumnya dapat memfasilitasi terjadinya infeksi Mycobacterium leprae atau perkembangan bentuk MH yang lebih berat. Penelitian ini menunjukkan infestasi cacing usus merupakan faktor risiko MH multibasiler.
Vitiligo Rika Lukas; Hendra Tarigan Sibero
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 2 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i2.2523

Abstract

Vitiligo merupakan penyakit kulit dan membran mukosa kronis akibat destruksi melanosit, dengan karakteristik makula depigmentasi, mempunyai faktor predisposisi multifaktorial dan faktor pencetus seperti trauma, terbakar matahari, stres, dan penyakit sistemik. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. Teori patofisiologi vitiligo yang paling berperan antara lain mekanisme autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan, neural, dan virus. Manifestasi klinis berupa makula amelanotik berwarna putih susu atau seperti kapur, biasanya berbatas tegas dan tepi dapat berlekuk. Klasifikasi vitiligo antara lain segmental, akrofasial, generalisata, dan universal, atau berdasarkan pola daerah yang terkena yaitu jenis fokal, campuran, dan mukosa. Penyakit endokrinopati yang sering ditemukan pada pasien vitiligo antara lain disfungsi tiroid, penyakit hipertiroid lain (penyakit Grave) atau hipotiroid (tiroiditis Hashimoto). Pemeriksaan laboratorik yang membantu dalam membangun diagnosis vitiligo, antara lain kadar thyroid stimulating hormone, anti-nuclear antibody, dan darah lengkap. Pada pemeriksaan histologi tidak ditemukan melanosit pada lesi kulit. Pengobatan berupa tabir surya, kortikosteroid topikal, imunumodulator topikal, kalsipotriol topikal, pseudokatalase, kortikosteroid sistemik, PUVA, NBUVB, laser excimer, bioskin, laser helium neon, khellin, L-fenilalanin, antioksidan, depigmentasi, autologous thin thiersch grafting, suction blister grafts, transplantasi kultur melanosit autologous, kamuflase, TNF-α, dan imunosupresan sistemik. Kata kunci: etiologi, pengobatan, vitiligo