Rismarini Rismarini
Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RS Moh. Hoesin, Palembang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kejadian Demam Setelah Imunisasi DTwP-1 pada Anak yang Mendapat ASI dan Tidak Mendapat ASI di Kota Palembang Firdinand Firdinand; Rismarini Rismarini; Yudianita Kesuma; Kms Yakub Rahadiyanto
Sari Pediatri Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.1.2015.52-8

Abstract

Latar belakang. Di beberapa provinsi di Indonesia, cakupan imunisasi masih rendah. Salah satu alasan orang tua tidak memberikanimunisasi karena demam yang terjadi setelah imunisasi, khususnya imunisasi DPT. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwakejadian demam setelah vaksinasi dengan DTaP dapat dicegah dengan ASI eksklusif. Data mengenai pengaruh ASI terhadap kejadiandemam setelah imunisasi dengan vaksin DTwP masih sedikit.Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian ASI dalam mencegah demam pada anak setelah imunisasi DPT-1 di Kota Palembang.Metode. Penelitian merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan di tujuh Puskesmas di Kota Palembang yang dipilih secara clustersampling. Sampel penelitian adalah anak usia 2-4 bulan yang mendapat imunisasi DPT-1. Anak dikelompokkan menjadi kelompokASI eksklusif, parsial, dan susu formula. Orang tua diajarkan cara mengukur suhu di rumah dan mencatat hasil pengukuran di kartuharian. Perbandingan kejadian demam antar kelompok dihitung dengan chi square test.Hasil. Didapatkan 379 bayi masuk dalam penelitian. Demam terjadi pada 246 (64,9%) anak. Jumlah anak yang mengalami demampada kelompok ASI eksklusif 73 (19,2%), ASI parsial 75 (19,7%), dan susu formula 98 (25,8%) anak (p=0,001). Risiko relatifterjadinya demam pada kelompok susu formula adalah 1,38 (IK95%: 1,16-1,65) dibandingkan kelompok ASI eksklusif dan 1,33(IK95%: 1,12-1,58) dibandingkan kelompok ASI parsial.Kesimpulan. Pemberian ASI dapat menurunkan kejadian demam setelah imunisasi DTwP-1.
Hubungan Defisiensi Besi dengan Perilaku Anak Usia Sekolah di Kota Palembang Desti Handayani; Rismarini Rismarini; Yudianita Kesuma; Rini Purnamasari; Syarif Husin
Sari Pediatri Vol 16, No 5 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.324 KB) | DOI: 10.14238/sp16.5.2015.307-14

Abstract

Latar belakang. Prevalensi defisiensi besi anak usia sekolah di Indonesia sebesar 47,2%. Defisiensi besimenyebabkan perkembangan dan fungsi saraf terganggu, termasuk timbulnya masalah perilaku. Belum adapenelitian yang menilai hubungan defisiensi besi dan masalah perilaku anak usia sekolah di Palembang.Tujuan. Menganalisis hubungan defisiensi besi dengan masalah perilaku anak usia sekolah di Palembang.Metode. Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalahanak Sekolah Dasar (SD) usia 6-12 tahun di Palembang yang dipilih dengan multi stage random samplingpada bulan April sampai Juni 2013. Pada semua subjek penelitian dilakukan pemeriksaan fisis, laboratorium(hemoglobin, besi serum, dan saturasi transferin), dan penilaian perilaku menggunakan Pediatric SymptomChecklist (PSC) 17. Perbedaan kejadian masalah perilaku antara subjek dengan dan tanpa defisiensi besidianalisis dengan uji kai kuadrat. Faktor risiko lain yang berpengaruh dianalisis dengan regresi logistik.Hasil. Dari 125 subjek yang terpilih didapatkan prevalensi defisiensi besi 26,6%, anemia defisiensi besi25%, dan kejadian masalah perilaku 29%. Dari 33 subjek dengan defisiensi besi terdapat 20 yang memilikimasalah perilaku, sedangkan dari 81 subjek tanpa defisiensi besi terdapat 14 dengan masalah perilaku (ujikai kuadrat, p=0,001; OR 7,363; IK95%:2,978-18,203). Pada penilaian tipe perilaku, terdapat hubunganbermakna antara defisiensi besi dengan perilaku internalisasi (p=0,001, OR 7,604; IK95%:2,462-18,363).Ditemukan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku, melalui analisis regresi logistik, yaitu defisiensibesi (p=0,001; adjusted OR 6,901; IK95%:2,816-16,914).Kesimpulan. Defisiensi besi merupakan faktor risiko terjadinya masalah perilaku, terutama perilakuinternalisasi.
Association between specific language impairment and behavioral disorders among preschool children Yudianita Kesuma; Rismarini Rismarini; Theodorus Theodorus; Mutiara Budi Azhar
Paediatrica Indonesiana Vol 54 No 1 (2014): January 2014
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.559 KB) | DOI: 10.14238/pi54.1.2014.22-7

Abstract

BackgroundSpecific language impairment (SU) is the mostcommon developmental disorder in preschool children, causingserious impairmentE on behavioral development. To date, there havebeen few studies on SU and behavioral disorders in Palembang.ObjectiveTo assess for an association between SU and behavioraldisorders in preschool children in Palembang.MethodsSubjects in this cross-sectional study were childrenwho attended kindergarten. Their general characteristics,developmental history and physical examination results (includingweight and height) were recorded. We administered the SpecificLanguage Impairment checklist for language impairment and thePediatric Symptom Checklist 17 (PSC 17) for behavioral disorders.Data was analyzed by Chi-square test.ResultsWe studied 1,340 children from21 kinderg:irtens in Palembang.Prevalence of SU was 12.9%, consisting of expressive languageimpairment (10.2%), receptive impairment (0.5%) and mixed languageimpairment (2 .2%). The prevalence of behavioral disorders was15.1 %, consisting of internalization disorder (6.0%), externalizationdisorder (5.0%), attentive disorder (0.4%), and various combinationsof three disorders (3. 7%). A highly significant association was foundbetween SU and behavioral disorders (P=0.000; OR=2.082; 95%CI 1. 419-3 .053. Expressive language impairment was associated withexternalization and mixed behavioral disorders. Mixed languageimpairment was associated with internalization, attentive, and mixedbehavioral disorders. Howevei; receptive language disorder was notassociated with any behavioral disorders.ConclusionSU is significantly as sociated with behavioraldisorders. With regards to the individual SU types, expressivelanguage impairment is associated with externalization and mixedbehavioral disorders; mixed language impairment is associatedwith internalization, attentive and mixed behavioral disorders;but receptive language disorder is not associated with behavioraldisorders.
Depression in children with thalassemia major: prevalence and contributing factors Venty Venty; Rismarini Rismarini; Dian Puspitasari; Yudianita Kesuma; Raden Muhammad Indra
Paediatrica Indonesiana Vol 58 No 6 (2018): November 2018
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.161 KB) | DOI: 10.14238/pi58.6.2018.263-8

Abstract

Background Thalassemia major is a chronic disease requiring lifetime treatment. A recent study showed that 11-62% of thalassemia patients developed depression, which is associated with high morbidity and mortality. Understanding the extent of the problem related to depression and its contributing factors is important for early management. Objective To determine the prevalence and contributing factors for depression in children with thalassemia major. Methods This cross-sectional observational analytic study included thalassemia major patients aged 7 to <18 years in the Department of Child Health, Dr. Moh. Hoesin General Hospital (RSMH) in Palembang from June to July 2018 and had received blood transfusions at least 3 times. Subjects completed the Children's Depression Inventory (CDI) questionnaire. Depression was defined as a total score > 13. Data were analyzed using SPSS for Windows ver. 22.0. Results There were 64 patients included in this study, with mean age 12 (SD 3) years and 82.8% female. Most subjects came from families with low socio-economic status and low parental education. Deferiprone was the most commonly used type of iron-chelating agent. Depression was detected in 34.4% of respondents. Multivariate analysis revealed that factors affecting depression in children with thalassemia major were low maternal education (OR 4.014; 95%CI 1.066 to 15.112) and use of deferasirox (OR 4.129; 95%CI 1.168 to 14.601). Conclusion Prevalence of depression in children with thalassemia major is 34.4%. Low maternal education and deferasirox use as an iron-chelating agent are associated with depression in children with thalassemia major.