This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Bambang Supriyatno
Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penyakit Respiratorik pada Anak dengan HIV Finny Fitry Yani; Arwin AP Akib; Bambang Supriyatno; Darmawan B. Setyanto; Nia Kurniati; Nastiti Kaswandani
Sari Pediatri Vol 8, No 3 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.355 KB) | DOI: 10.14238/sp8.3.2006.188-94

Abstract

Latar belakang. Kejadian AIDS pada anak meningkat seiring dengan peningkatan kasusdewasa. Gejala dan manifestasi klinis sering tidak khas, sehingga menyebabkanunderdiagnosis. Anak HIV sering datang dengan keluhan yang berasal dari infeksioportunistik, bahkan infeksi oportunistik banyak ditemukan sebagai penyebab kematian.Salah satu infeksi oportunistik yang sering terjadi adalah infeksi respiratorik.Tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola penyakit respiratorikpada anak HIV yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan RS Dr. Cipto Mangunkusumo(RSCM), Jakarta.Metoda. Data berasal dari rekam medis anak HIV tahun 2002-2005. Penelitiandilakukan dengan desain potong lintang. Kriteria inklusi adalah anak usia 0-13 tahun,dengan HIV positif dan menderita penyakit respiratorik. Data yang dicatat meliputiumur, jenis kelamin, faktor risiko, status gizi, parut BCG, diameter uji tuberkulin, riwayatkontak dengan pasien tuberkolosis, kategori HIV, diagnosis penyakit respiratorik,outcome. Data klinis khusus meliputi batuk kronik berulang, demam lama, sesak nafas,laboratorium rutin, foto torak, dan kadar CD4, PCR.Hasil. Sejak Januari 2002-Desember 2005, telah dirawat 85 anak yang terinfeksi HIV,dengan 13 orang (15,2%) di antaranya meninggal. Tiga belas orang (13/35) didiagnosisHIV berdasarkan serologi dan PCR, 24/35 hanya dengan serologi, dan 1/35 orang denganPCR. Sebanyak 38 (44,7%) orang menderita infeksi respiratorik dengan pola penyakit: TB47,3%, pneumonia 44,7%, pneumocytis corinii pneumonia (PCP) 13,1%. Pada penelitianini, didapatkan bahwa 3/38 (7,8%) anak HIV dengan penyakit paru meninggal karenapneumonia berat, dengan 2/3 di antaranya pada kelompok umur 1-5 tahun. Penyebabkematian lainnya adalah PCP 2/38 pasien (5,2%), dan tersangka sepsis pada 2 pasien (5,2%).Kesimpulan. Pada anak HIV, TB merupakan penyakit respiratorik terbanyak, diikutipneumonia, sedangkan penyebab kematian terbanyak adalah pneumonia. Penyakitrespiratorik pada anak HIV dapat menjadi pembuka jalan untuk diagnosis anak HIV.
Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak Bambang Supriyatno
Sari Pediatri Vol 8, No 2 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp8.2.2006.100-6

Abstract

Infeksi respiratorik akut dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu infeksi respiratorikatas akut (IRAA) dan infeksi respiratorik bawah akut (IRBA), yang menjadi masalahutama adalah pneumonia dan bronkiolitis. Pneumonia merupakan ancaman baikkesakitan maupun kematian pada bayi khususnya bayi muda. Pengobatan utama adalahpemberian antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya. Masalahnya adalah penyebabpneumonia sulit diketahui secara pasti karena tidak dilakukan kultur darah, sehinggapemberian antibiotik hanya berdasarkan empiris. Mengenai manfaat pemberian obatsuportif lain seperti vitamin A, Zn masih memerlukan penelitian lebih jauh. Sementaraitu bronkiolitis yang disebabkan oleh virus terutama RSV (respiratory syncitial virus)masih merupakan kendala bagi kesehatan anak di Indonesia; sehingga pengobatanbronkiolitis masih merupakan perdebatan yang panjang. Penggunaan antibiotik tidakdiperlukan, pemberian anti virus ribavirin, kortikosteroid sistemik, dan pemberianbronkodilator masih memerlukan analisis yang mendalam. Pernah dilaporkanpemberian RSVIG pada kasus yang berat, hasilnya masih belum memuaskan karenatidak berbeda bermakna dengan pemberian albumin disamping pengobatan suportiflainnya.