This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Antonius Pudjiadi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Sari Pediatri

Profil Pemberian Cairan Perioperatif serta Pengaruhnya terhadap Keseimbangan Asam Basa, Elektrolit, dan Kadar Glukosa Darah Ratih Puspita; Antonius Pudjiadi; Hardiono Pusponegoro; Sudung Pardede O Pardede; Mulya R Karyanti; Rosalina D Roeslani
Sari Pediatri Vol 17, No 5 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.5.2016.335-342

Abstract

Latar belakang. Pemberian cairan intravena perioperatif yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi asidosis metabolik, hiponatremia, hipoglikemi, atau hiperglikemia.Tujuan. Mengetahui profil pemberian cairan perioperatif serta pengaruhnya terhadap keseimbangan asam basa, elektrolit dan gula darah serum.Metode. Studi deskriptif kohort prospektif pada anak yang menjalani tindakan bedah elektif di RSCM. Pada subyek dilakukan pemeriksaan laboratorium sesaat sebelum dan setelah tindakan bedah, serta 6 jam setelah pemberian cairan postoperatif.Hasil. Terdapat 61 subyek, 65,6% tidak mendapat cairan preoperatif. Cairan terbanyak digunakan intraoperatif adalah ringer asetat malat (RAM) (77%) dan untuk postoperatif adalah kristaloid hipotonik (83,6%). Jumlah cairan preoperatif dan postoperatif sebagian besar sesuai formula Holliday-Segar. Subyek yang mendapat cairan preoperatif D10 1/5 NS + KCl (10) lebih banyak mengalami hiponatremia (13,4% vs 5%) dan gangguan kadar gula darah (20% vs 0%) dibandingkan dengan yang tidak mendapat cairan. Asidosis metabolik kelompok cairan intraoperatif RAM (36,2%) maupun Ringer asetat (36,4%). Hiponatremia pasca cairan postoperatif 57,1% subyek yang tidak mendapat cairan, 44,4% pada kelompok KA-EN3B®, dan 21,9% pada kelompok D10 1/5 NS + KCl (10). Hiperglikemia 15,6% subyek yang mendapat D10 1/5 NS + KCl (10).Kesimpulan. Pemberian cairan perioperatif di RSCM bervariasi. Angka kejadian hiponatremia pasca pemberian kristaloid hipotonik 13,4%-44,4%. Hiponatremia dan gangguan kadar gula darah terjadi pada subyek yang mendapat cairan D10 1/5 NS + KCl (10). 
Retinol Binding Protein dan Luaran Pascabedah Sri Martuti; Antonius Pudjiadi; Abdul Latief; Yusrina Istanti; Pudjiastuti Pudjiastuti; Moh. Supriatna
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.632 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.271-7

Abstract

Latar belakang. Malnutrisi sering ditemukan pada pascabedah dan berhubungan dengan luaran yang tidakbaik, seperti sepsis atau infeksi luka operasi. Retinol binding protein (RBP) merupakan parameter biokimiayang cukup reliabel untuk menilai malnutrisi.Tujuan. Mengetahui pengaruh malnutrisi berdasarkan penurunan RBP terhadap luaran pasienpascabedahMetode. Penelitian observasional analitik dilakukan di ICU Anak tiga rumah sakit yakni RS CiptoMangunkusumo, RSUP Dr. Kariadi, dan RSUD Dr. Moewardi. Dilakukan pengukuran RBP, kortisol,CRP pada hari pertama dan kelima pascabedah. Luaran infeksi dinilai berdasarkan skor ASEPSIS. Analisisbivariat dilakukan terhadap beberapa faktor risiko dengan kejadian infeksi luka operasi dan sepsis. Analisisdata menggunakan program SPSS versi 17.00.Hasil. Selama kurun waktu 6 bulan, 39 subjek memenuhi kriteria inklusi, tetapi 4 tidak melanjutkanpenelitian. Penurunan kadar RBP hari kelima pascabedah 34,3% kasus. Penurunan RBP, CRP, usia <1tahun, dan skor ASA 􀁴3 berisiko mendapatkan infeksi luka operasi berturut-turut 4,4; 3,3;1,2; dan 1,3 kalidengan nilai p>0,05 dan 95% IK masing-masing (0,35-54,4; 0,3 – 40,8;0,1-15,8; dan 0,97-1,6). Faktorlain-status nutrisi prabedah, lama pembedahan, kategori luka operasi dan kortisol-juga didapatkan hasilyang tidak signifikan. Penelitian ini tidak mendapatkan luaran sepsis.Kesimpulan. Terdapat risiko terjadi infeksi luka operasi 4,4 kali apabila kadar RBP menurun, 3,3 kaliapabila CRP meningkat, 1,2 kali apabila usia <1 tahun, dan 1,3 kali apabila skor ASA 􀁴3, tetapi secarastatistik tidak ada perbedaan bermakna.