Aditiawati Aditiawati
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin, Palembang

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Sari Pediatri

Kelainan Mineral Tulang pada Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik Hertanti Indah Lestari; Eka Intan Fitriania; Aditiawati Aditiawati; Minerva Riani Kadir
Sari Pediatri Vol 21, No 5 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.5.2020.282-8

Abstract

Latar belakang. Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) berisiko mengalami abnormalitas mineral, sejalan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau peningkatan stadium PGK. Di Palembang, belum ada laporan mengenai penyakit mineral tulang pada anak akibat penyakit ginjal kronik. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kejadian penyakit mineral tulang pada anak dengan PGK.Metode. Penelitian potong lintang untuk mengetahui kejadian penyakit mineral tulang akibat PGK, dengan pemeriksaan kadar hormon paratiroid, kadar vitamin D, serta pemeriksaan densitas tulang. Subyek penelitian dibagi menjadi kelompok 1 (PGK stadium 1-2) dan kelompok 2 (PGK stadium 3-5). Hasil. Dari 28 subyek penelitian, rerata usia 10,7 tahun, rasio laki-laki dan perempuan, yaitu 2,5:1. Berdasarkan stadium PGK, 14 subyek dengan stadium 1. Rerata kadar hormon paratiroid pada PGK stadium 3-5 secara bermakna lebih tinggi. Subyek dengan PGK stadium 3-5 memiliki risiko 2x lebih besar mengalami hiperparatiroid. Kejadian defisiensi/insufisiensi vitamin D didapatkan pada 23 subyek (82%). Kejadian defisiensi/insufisiensi vitamin D tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok. Penurunan densitas tulang terjadi pada 8 subyek , 5 diantaranya osteopenia, dan 3 lainnya osteoporosis. Kesimpulan. Semua anak dengan PGK baik stadium 1-2 maupun 3-5 menunjukkan tanda kelainan mineral tulang secara laboratorium dan/atau densitometri.
Akurasi Pemeriksaan HbA1c dalam Mendeteksi Gangguan Toleransi Glukosa pada Anak dan Remaja Obes dengan Riwayat Orang Tua DM Tipe 2 Abdi Wijaya; Aditiawati Aditiawati; Irsan Saleh
Sari Pediatri Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.1.2015.17-20

Abstract

Latar belakang. Obesitas dengan riwayat orang tua diabetes mellitus (DM) tipe 2 berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa,dislipidemia, dan DM. Toleransi glukosa terganggu (TGT) merupakan pertanda awal terjadinya DM tipe 2. Hemoglobin A1c(HbA1c) telah muncul menjadi alat diagnostik untuk mengidentifikasi DM dan subjek yang berisiko menderita DM. Rekomendasiini didasarkan pada data dari orang dewasa yang menunjukkan hubungan antara HbA1c dengan terjadinya DM di kemudian hari.Penelitian yang khusus ditujukan pada populasi anak dan remaja masih sedikit.Tujuan. Mengetahui penggunaan dan titik potong optimal pemeriksaan HbA1c dalam mendiagnosis gangguan toleransi glukosapada anak dan remaja obesitas dengan faktor risiko dibandingkan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO).Metode. Dilakukan uji diagnostik terhadap 40 anak obesitas (Indeks Massa Tubuh menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan Zscore WHO 2008 􀁴 +2 SD) usia 10-15 tahun dengan riwayat orang tua DM tipe 2 tahun di Palembang dari Desember 2013 - Februari2014. Pada semua subjek dilakukan pemeriksaan HbA1c dan TTGO.Hasil.Ditemukan dua anak dengan TGT. Dari analisis kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) didapatkan titik potong optimalpemeriksaan HbA1c adalah 5,55% dengan nilai sensitivitas 67% dan spesifisitas 20%, area Under the Curve (AUC) diperoleh sebesar79,3% (95% IK 45,7%-100%).Kesimpulan. Nilai pemeriksaan HbA1c >5,55% dianjurkan sebagai alat skrining untuk mengindentifikasi TGT pada anak danremaja obesitas dengan faktor risiko.