Yogi Prawira
Departemen Ilmu Kesehatan Anak , RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Sildenafil Sebagai Pilihan Terapi Hipertensi Pulmonal Pascabedah Jantung Koreksi Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Yogi Prawira; Piprim B. Yanuarso
Sari Pediatri Vol 11, No 6 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.336 KB) | DOI: 10.14238/sp11.6.2010.456-462

Abstract

Definisi hipertensi pulmonal (HP) pada anak dan dewasa adalah sama, yaitu bila mean pulmonary arterialpressure 􀁲25 mmHg saat istirahat atau 􀁲30 mmHg saat aktivitas. Pada anak pascabedah koreksi penyakitjantung bawaan (PJB), HP berat merupakan komplikasi yang sangat dikhawatirkan, dengan angka kejadiansekitar 2%. Sildenafil telah digunakan secara luas pada pasien HP dewasa, baik sebagai terapi tunggalmaupun kombinasi. Makalah ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian sildenafil pada anak denganHP pascabedah jantung koreksi. Kedua pasien dirujuk ke RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta (RSCM)dengan keluhan tampak biru, sesak terutama saat menetek, dan berat badan sulit naik. Saat itu keduapasien didiagnosis memiliki kelainan jantung bawaan berupa transposisi arteri besar (TGA), defek septumventrikel (VSD) dan HP. Operasi koreksi total (arterial switch dan penutupan VSD) dilakukan pada saatpasien pertama berusia 3 bulan 10 hari dan pasien kedua berusia 4 bulan 22 hari. Kedua pasien mendapatinhalasi nitric oxide (iNO), inhalasi iloprost, dikombinasikan dengan sildenafil oral, dengan dosis awal 0,5mg/kg berat badan (BB) per kali tiap 6 jam dengan pemantauan tekanan arteri berkala. Pasien pertamadipulangkan pada hari ke-23 pascabedah dan mendapat sildenafil oral dengan penurunan dosis bertahapdalam kurun waktu 6 bulan. Pasien kedua dipulangkan pada hari ke-12 pascabedah dan masih mendapatterapi sildenafil oral dengan dosis yang sama sampai hari ini. Pada kedua pasien tidak dilaporkan kejadianefek samping. Sebagai kesimpulan sildenafil efektif dalam memperbaiki hemodinamika pembuluh darahpulmonal dan bekerja secara sinergik dengan iNO. Sildenafil oral merupakan terobosan terapi yang menarikdan cukup efektif karena mudah pemberiannya dan memiliki efek samping minimal.
Perbandingan Penggunaan Heated Humidified High Flow Oxygen Therapy dan Low Flow Oxygen Therapy pada Pasien dengan Hipoksemia: Tinjauan Kasus Berbasis Bukti Yosilia Nursakina; Yogi Prawira
Sari Pediatri Vol 21, No 3 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.593 KB) | DOI: 10.14238/sp21.3.2019.195-201

Abstract

Latar belakang. Selama ini, penggunaan low flow oxygen therapy sebagai terapi pada pasien dengan hipoksemia memiliki angka kegagalan terapi yang tinggi dan toleransi pasien yang rendah. Literatur menunjukkan bahwa heated humidified high flow oxygen therapy dapat memperbaiki oksigenasi, angka keberhasilan terapi, dan kenyamanan pasien.Tujuan. Membandingkan efek penggunaan heated humidified high flow oxygen therapy dengan low flow oxygen therapy.Metode. Penelusuran literatur secara terstruktur dilakukan melalui Pubmed®, ScienceDirect®, Proquest®, dan EBSCO®.Hasil. Didapatkan dua studi acak terkontrol dan satu studi pendahuluan yang relevan. Ketiga studi menunjukkan bahwa heated humidified high flow oxygen therapy memiliki angka keberhasilan terapi yang lebih tinggi daripada low flow oxygen therapy dengan nilai NNT berturut-turut 5,55, 5,00, dan 9,09. Tidak ada perbedaan durasi rawat inap, kecepatan pernapasan, dan saturasi oksigen yang signifikan pada ketiga studi tersebut.Kesimpulan. Penggunaan heated humidified high flow oxygen therapy terbukti aman dan meningkatkan angka keberhasilan terapi pada pasien dengan hipoksemia.
Faktor - Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Laringomalasia pada Anak dengan Penyakit Refluks Gastroesofageal Lina Ninditya; Wahyuni Indawati; Yogi Prawira; Pramita Gayatri
Sari Pediatri Vol 23, No 6 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.6.2022.383-9

Abstract

Latar belakang. Penyakit refluks gastroesofageal (PRGE) merupakan komorbiditas tersering pada pasien dengan laringomalasia. Banyak studi yang sudah membuktikan adanya hubungan antara PRGE dengan laringomalasia. Namun, sejauh ini belum ada studi yang mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya laringomalasia pada pasien dengan PRGE. Tujuan. Mengetahui proporsi laringomalasia pada anak dengan PRGE dan faktor-faktor yang memengaruhi (prematuritas, orang tua dengan riwayat dispepsia, pola makan dan disfungsi neurologis) terjadinya laringomalasia pada anak dengan PRGE. Metode. Merupakan studi prognostik dengan desain potong lintang pada 88 anak dengan diagnosis PRGE yang diambil dari rekam medis RSCM mulai dari tahun 2017 hingga 2020. Analisis data menggunakan chi-square/Fisher and logistic regression.Hasil. Proporsi laringomalasia didapatkan 12,5%. Tidak ada faktor yang memengaruhi terjadinya laringomalasia pada anak dengan PRGE. Namun, penelitian ini melihat adanya kecenderungan terjadinya laringomalasia pada subyek dengan pajanan asap rokok, adanya asupan makanan/minuman tengah malam, palsi serebral, dan pola makan yang tidak sesuai dengan feeding rule. Kesimpulan. Adanya kecenderungan terjadinya laringomalasia pada subyek dengan pajanan asap rokok, adanya asupan makanan/minuman tengah malam, dan pola makan yang tidak sesuai dengan feeding rule.
Detection of childhood developmental disorders, behavioral disorders, and depression in a post-earthquake setting Yogi Prawira; Intan Tumbelaka; Ali Alhadar; Erwin Hendrata; Renno Hidayat; Dave Anderson; Trevino Pakasi; Bernie Endyarni; Rini Sekartini
Paediatrica Indonesiana Vol 51 No 3 (2011): May 2011
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.612 KB) | DOI: 10.14238/pi51.3.2011.133-7

Abstract

Background Disasters, including earthquakes, may strike abruptly without warning. Children may develop psychological damage resulting from experiencing an overwhelmingly traumatic event. They may feel very frightened during a disaster and demonstrate emotional and behavioral problems afterwards.Objective To evaluate the presence of developmental disorders, behavioral disorders, and depression in children after the earthquake at Padang and Pariaman on September 30th, 2009.Methods This was a cross􀁘sectional study using the developmental pre screening questionnaire (KPSP), Pediatric Symptoms Checklist-17 (PSC-17), and Child Depression Inventory (CDI) in children after the Padang and Pariaman earthquake (September 30th, 2009), in Sungai Limau and Sungai Geringging District, Pariaman Region, West Sumatera. Our study was conducted October 15th to November 28th, 2009.Results There were 172 children screened using the KPSP. Forty-two (25%) children scored 7􀁘8 (reason for concern), 18 (10%) children scored <7 (suspected to have a developmental disorder), and the remainder scored as developmentally appropriate. Behavioral disorder screening was perfonned in 339 children using the PSC􀁘 17. Internalizing disorder alone was suspected in 58 (17%) children, externalizing disorder alone in 26 (7.7%), and attention􀁘defidt disorder alone in 5 (1.5%). Eight (2.4%) children were suspected to have both internalizing and attention􀁘defidt disorders, 4 (1.2%) children externalizing and attention􀁘defidt disorders, 22 (6.5%) children internalizing and externalizing disorders, and 15 (4.4%) children all three disorders. From 4 9 children who underwent depression screening using CDI, 15(30.6%) children were suspected to have depression. Conclusion After the Padang and Pariaman earthquake, we found 10% of subjects screened were suspected of having a developmental disorder. The most connnonbehavioral disorder found was internalizing disorder. Possible depression was found in 30.6% of children surveyed. Traumatized children are at risk for developing post traumatic stress disorder. 2011;5' :133-7]. 
ANAK DENGAN COVID-19 DALAM TINJAUAN KEPERAWATAN Defi Efendi; Ayuni Rizka Utami; Titik Ambar Asmarini; Yogi Prawira; Pande Lilik Lestari; Dian Sari; Pricilia Mais; Abram Babakal; Komang Yogi Triana
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 13, No 1 (2022): Jurnal Kesehatan
Publisher : STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v13i1.568

Abstract

Tingkat kematian (case fatality rate) COVID-19 pada anak di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi didunia. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan tingkat  kematian ini, salah satunya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.Telaah literatur ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai perawatan pasien anak dengan COVID-19 di rumah sakit, mulai dari   pencegahan dan pengendalian infeksi, perawatan anak dengan distres napas berat, pemantauan kondisi klinis, perawatan anak dengan hipertermia, masalah nyeri akut, keseimbangan cairan, dukungan psikologis anak dengan COVID 19, aplikasi family-centered care, edukasi keluarga dan persiapan pulang. Meskipun asuhan keperawatan mempunyai cakupan yang sangat luas, hendaknya perawat terus beradaptasi dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan usia perkembangan, karakteristik masalah yang muncul, serta ketersediaan sumber daya pendukung.
Global climate change issues, natural disasters and their impact on Indonesian children Kurniawan Taufiq Kadafi; Dimas Dwi Saputro; Martinus M. Leman; Aslinar; Badai Buana Nasution; Dimas Tri Anantyo; Niken Wahyu Puspaningtyas; Fathy Zuandy Pohan; I Nyoman Arie Purwana; Muhammad Reza; Jaya Ariheryanto Effendy; Yogi Prawira; Piprim Basarah Yanuarso,
Pediatric Sciences Journal Vol. 3 No. 1 (2022): (Available online 1 June 2022)
Publisher : Medical Faculty of Brawijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/pedscij.v3i1.35

Abstract

Climate change that contributes to the destruction of the earth is one of the impacts of human behavior. One example of damage to the earth due to human behavior is global warming. One of the effects of global warming is the melting of permafrost. Melting of glaciers due to global warming will result in an isostatic rebound phenomenon, where melting glaciers will cause the weight of the earth's crust to decrease and it is easy to move and bounce, resulting in the movement of earth faults and increased activity in the magma chamber (increased seismic activity). The big impact is the occurrence of natural disasters that not only occur in parts of the world where glaciers melt but in other parts of the world far from where glaciers melt. Natural disasters that can occur are earthquakes, volcanic eruptions, tsunamis, and landslides. Global warming will also have an impact on the emergence of disease outbreaks. Indonesia is the meeting place of three major tectonic plates in the world, namely the Eurasian plate, the Indo-Australian plate and the Pacific plate. In addition, Indonesia is also located in the Pacific ring of fire, making Indonesia an area with high volcanic activity and seismic activity. Climate change will increase the risk of disasters in Indonesia. The long experience of the Indonesian people in dealing with natural disasters that often occur should be used as a strategy to prevent and reduce the impact of disasters in the future.
Global impact of climate change on children's health in the world Kurniawan Taufiq Kadafi; Dimas Dwi Saputro; Martinus Martin Leman; Aslinar; Badai Buana Nasution; Dimas Tri Anantyo; Niken Wahyu Puspaningtyas; Fathy Zuandy Pohan; I Nyoman Arie Purwana; Muhammad Reza; Jaya Ariheryanto Effendy; Yogi Prawira; Piprim Basarah Yanuarso
Pediatric Sciences Journal Vol. 4 No. 1 (2023): (Available online: 1 June 2023)
Publisher : Medical Faculty of Brawijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/pedscij.v4i1.57

Abstract

Climate change has a close relationship with the greenhouse effect. The greenhouse effect is needed by the earth, but if there are too many greenhouse gases in the atmosphere this will increase the earth's temperature. Children are a group of people who have a high vulnerability to climate change. Climate change will affect children's health through 4 impacts, namely direct impacts on children's health, impacts on children's health through ecosystems, impacts on children's health through human behavior, and health impacts on children due to natural disasters. To anticipate the impact of climate change on children's health, parents and the government must take anticipatory steps so that children can be saved from the extreme dangers of climate change.