MS Anam MS Anam
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBEDAAN HASIL FUNGSI PARU PADA REMAJA DENGAN OSA (OBSTRUCTIVE SLEEP APNEU) DAN TANPA OSA Sudarmawan, Dyah Ayu; Arkhaesy, Nahwa; MS Anam, MS Anam
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.101 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23787

Abstract

Latar belakang : Obstructive Sleep Apneu (OSA) adalah salah satu bentuk gangguan tidur yang ditandai dengan episode berulang dari obstruksi total saluran napas bagian atas selama tidur. Fungsi paru pada remaja normal akan menunjukkan hasil pemeriksan yang baik, namun belum diketahui dengan pasti bagaimana fungsi paru pada remaja dengan OSA. Parameter pengukuran fungsi paru yang paling mudah dan sederhana adalah dengan menggunakan peak flow meter dan spirometer.  Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan hasil spirometri dan peak flow meter pada remaja dengan obstructive sleep apnea dan tidak. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 238 siswa SMP di Kota Semarang yang dipilih secara random sampling. Analisis data statistic menggunakan uji Mann whitney untuk menguji variabel tinggi badan, berat badan, usia, PEFR, FEV1, FEV1/FVC, dan PEF, uji t berpasangan untuk menguji FVC, uji fisher untuk menguji variable merokok, serta uji chi square untuk menguji variable aktifitas fisik. Hasil : Ada perbedaan bermakna antara PEFR, FEV1, FVC, dan PEF pada remaja dengan OSA dan tanpa OSA (p<0,001). Tidak ada perbedaan bermakna antara FEV1/FVC pada remaja dengan OSA dan tanpa OSA (p=0,301). Tidak ada perbedaan bermakna antara variabel-variabel perancu pada remaja dengan OSA dan tanpa OSA (p>0,05), namun ada perbedaan bermakna dari aktifitas fisik yang artinya mempengaruhi nilai fungsi paru (p=0,005). Kesimpulan : Ada perbedaan hasil fungsi paru pada remaja dengan OSA dan tanpa OSA yang dipengaruhi oleh aktifitas.Kata kunci : Obstructive sleep apneu (OSA), peak flow meter, spirometer, remaja
PERBEDAAN NILAI FUNGSI PARU PADA ANAK ASMA SAAT TIDAK TERJADI SERANGAN DAN TIDAK ASMA Arifatuzzahro Arifatuzzahro; MS Anam MS Anam
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.111 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23295

Abstract

Latar belakang:Asma merupakan penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan gejala khas dan bisa muncul bila ada pencetus. Diagnosis asma dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fungsi paru menggunakan Spirometri dan Peak Flow Meter. Pada anak asma tanpa serangan biasanya fungsi paru normal dan sulit dibedakan dengan anak tidak asma. Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai fungsi paru pada anak asma saat tidak terjadi serangan dengan anak tidak asma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah anak Sekolah Menengah Pertama di Kota Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (n=40), dan dibagi menurut status asma (asma=20, tidak asma=20), kemudian diukur fungsi parunya menggunakan Spirometri dan Peak Flow Meter. Hasil: Rerata nilai FVC anak asma 66,95 ± 13,7, tidak asma 70,35 ± 11,8. Rerata nilai FEV1 anak asma 75,15 ± 14,9, tidak asma 80,75 ± 13,5 . median nilai FEV1/FVC anak asma yaitu 111 (101-114), tidak asma 112 (108-116). Rerata nilai PEFR anak asma 295,5 ± 48,8, tidak asma 352 ± 63,4. Rerata nilai FEF 25 anak asma 64,35 ± 17,8, tidak asma 84 ± 16,6. Rerata FEF 50 anak asma 81,20 ± 17,2 , tidak asma 352 ± 63,4. Rerata nilai FEF 75 anak asma 64,35 ± 17,8 , tidak asma 102,85 ± 20,5. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada nilai FEV1/FVC, PEFR, FEF 25, FEF 50, dan FEF 75 antara anak asma dan tidak asma. Kesimpulan: Adanya perbedaan nilai fungsi paru pada anak asma saat tidak terjadi serangan dengan anak tidak asma.Kata Kunci: Asma, Nilai Fungsi Paru, Spirometri, Peak Flow Meter.
HUBUNGAN OBESITAS DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN Taufiq Pratama Wijayanto; MS Anam MS Anam; Nahwa Arkhaesi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.522 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23396

Abstract

Latar Belakang: Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang mengakibatkan obstruksi jalan napas dengan gejala utama wheezing. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Asma sendiri sering muncul pada masa kanak kanak dan usia muda sehingga memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya asma, salah satunya adalah obesitas. Obesitas mengawali terjadinya asma, meningkatkan prevalensi serta derajat penyakit asma, dan mempunyai hubungan signifikan dengan kontrol penyakit asma. Tujuan: Mengetahui prevalensi serta insidensi asma pada anak dan menganalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian asma pada usia 13-14 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah anak usia 13-14 tahun yang sedang bersekolah di SMP di kota Semarang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner ISSAC dan pengukuran antropometri berupa tinggi badan serta berat badan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2018. Uji statistik yang digunakan adalah uji hipotesis Chi-square. Hasil: Subjek penelitian berjumlah 310 anak. Pada penelitian ini, dari 20 anak yang memiliki insidensi asma, terdapat 10 anak atau (50 %) subjek yang mengalami obesitas, sedangkan 10 anak lainnya tidak mengalami obesitas. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi p<0,001 antara obesitas dan kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Kesimpulan: Prevalensi kejadian asma sebesar 15,2 % dan angka insidensi asma sebesar 6,45 % pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Prevalensi obesitas sebesar 12,9 % pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun di Semarang.Kata kunci: Asma, obesitas, anak usia 13-14 tahun