Nahwa Arkhaesi
Department Of Child Heatlh, Universitas Diponegoro Medical School, Semarang, Central Java

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

KORELASI ANTARA LAMA DEMA DENGAN KADAR IgM DAN IgG ANAK YANG MENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE Tanra, Andi Alfia Muthmainnah; Arkhaesi, Nahwa; Hardian, Hardian
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Pada saat demam produksi antibodi meningkat 20 kali dibandingkan pada suhu normal. Antibodi yang terbentuk dan berperan penting dalam imunopatogenesis DBD adalah IgM dan IgG. Antibodi ini dapat mengeliminasi virus sehingga memperingan jalannya penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan korelasi antara lama demam dengan kadar IgM, IgG.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan menggunakan data pasien DBD yang dirawat di RSDK pada bulan Desember 2010-Mei 2011. Subyek penelitian berjumlah 36 anak yang berumur 3-14 tahun. Lama demam diketahui dari data hasil anamnesis orang tua pasien dan hasil pengukuran selama perawatan di RSDK. Kadar IgM dan IgG diperoleh dari data pemeriksaan serologis yang menggunakan dipstik ELISA. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variabel.Hasil: Rerata lama demam DBD subyek penelitian adalah 5,3 (± 2,26) hari sementara rerata kadar IgM 2,7 (± 0,55) dan IgG 2,8 (± 0,49). Uji korelasi Spearman didapatkan lama demam menunjukkan korelasi negatif dengan kadar IgM dengan kekuatan korelasi sedang (r=-0,46; p=0,02) sedangkan lama demam tidak ada korelasi dengan kadar IgG (r=-0,26; p=0.2) dan rasio IgM/IgG (r=-0,25; p=0,2).Simpulan: Lama demam tidak mempunyai korelasi dengan IgG tetapi berkorelasi negatif dengan kadar IgM. Kata kunci: lama demam, IgM, IgG, rasio IgM/IgG
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN LAMA PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) ATAS Prasekti, Heti; Anam, Moh. Syarofil; Arkhaesi, Nahwa
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.52 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20717

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas diakui sebagai salah satu masalah kesehatan yang paling umum dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh dunia dan sering menimbulkan gejala ringan sehingga sering dianggap sepele dan tidak mendapatkan perhatian khusus. Rata-rata anak menderita ISPA atas 6-8 kali per tahun.Tujuan: Mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan lama penyembuhan ISPA atas.Metode: Penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif dengan menggunakan kuisioner. Subyek penelitian ini adalah pasien anak yang menderita ISPA atas dan datang berobat ke Puskesmas Ngesrep Semarang dengan usia 6 – 59 bulan. Subyek penelitian berjumlah 50 anak, terdiri dari 25 anak kelompok ASI eksklusif dan 25 anak kelompok tidak ASI eksklusif. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji Chi-square.Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan lama penyembuhan ISPA atas dengan nilai p=0,02. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi, status imunisasi, suplementasi vitamin A, jenis obat yang didapat, polusi udara di dalam rumah, kondisi rumah, dan status sosial ekonomi terhadap lama penyembuhan ISPA atas (p>0,05).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan lama penyembuhan ISPA atas.
Knowledge, attitudes, and practices of Indonesian medical and non-medical undergraduate students toward COVID-19 Thania Lathifatunnisa Putri Agusti; Nahwa Arkhaesi; Anugrah Riansari; Rebriarina Hapsari
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 11, No 1: March 2022
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v11i1.20784

Abstract

As the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic spread across Indonesia, good knowledge, proper attitude, and appropriate practices among undergraduate students must be achieved before starting a face-to-face lecture. These are also important since most students are active in social media and can spread true or false rumors regarding COVID-19. This study aimed to assess the level of knowledge, attitudes, and practices of medical and non-medical undergraduate students toward COVID-19. A 51-item online questionnaire was developed and sent to random undergraduate students from different faculties in Universitas Diponegoro, Indonesia. A total of 482 students completed the survey. The Chi-square test showed significant associations in the level of knowledge, attitudes, and practices towards the COVID-19 between medical and non-medical students, where medical students have better knowledge, attitudes, and practices than non-medical students. This study's findings may become the basis for an awareness campaign planning among students in particular and the public in general, which at this time most student activities are still carried out online and to prepare face-to-face lectures and also to deepen the material regarding COVID-19 among students, especially non-medical students, and furthermore, help to guide the efforts and plans of state health authorities for better containment of COVID-19.
Hubungan Gambaran Hitung Jenis Leukosit Maternal dengan Korioamnionitis pada Ketuban Pecah Dini (Studi pada usia kehamilan 28-42 minggu) Hefie Rahmaniar; Mochammad Besari Adi Pramono; Julian Dewantiningrum; Herman Kristanto; Nahwa Arkhaesi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.412 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.342

Abstract

Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah obstetri yang dikaitkan dengan korioamnionitis. Diagnosis korioamnionitis ditegakkan secara histopatologis setelah kelahiran, sehingga perlu upaya deteksi dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, misalnya dengan hitung jenis leukosit maternal. Tujuan Menganalisis hubungan gambaran hitung jenis leukosit maternal dengan korioamnionitis pada KPD. Metode Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang ini menggunakan 54 sampel KPD yang terbagi dalam korioamnionitis dan bukan korioamnionitis yang diambil dari data sekunder di beberapa rumah sakit di Jawa Tengah. Data meliputi karakteristik pasien dan hitung jenis leukosit. Analisis data ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase, serta rerata dan simpang baku atau median dan nilai maksimum dan minimum. Uji hipotesis dianalisis dengan uji T-tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil Pasien korioamnionitis memiliki hasil perhitungan lebih tinggi pada hitung leukosit total (sel/µl: 13243.7 vs 9790; p=0.032), basofil (24.5 vs 18.13; p=0.020), neutrofil (9495.33 vs 7907; p=0.020), dan monosit (735.59 vs 529.54; p=0.008). Hasil lain adalah eosinofil (53.6 vs 73.04; p=0.849) dan limfosit (1880.56 vs 1525.65; p=0.684). Simpulan Terdapat hubungan antara hitung leukosit total, neutrofil, basofil, dan monosit dengan korioamnionitis pada KPD.  Kata kunci: KPD, korioamnionitis, hitung jenis leukosit Â
Pengaruh Derajat Oligohidramnion terhadap Kejadian Korioamnionitis pada Ketuban Pecah Dini Fadhila Khairunnisa Poerwoko; Julian Dewantiningrum; Arufiadi Anityo Mochtar; Ratnasari Dwi Cahyanti; Dik Puspasari; Nahwa Arkhaesi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.513 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.358

Abstract

Latar Belakang: Korioamnionitis merupakan penyebab terbesar angka kematian ibu. Oligohidramnion merupakan faktor risiko terjadinya korioamnionitis.Kondisi oligohidramnion dapat diukur dengan metode amniotic fluid index (AFI) atau single deepest pocket (SDP) pada pemeriksaan sonogafi.Tujuan: Mengetahui pengaruh derajat oligohidramnion terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini.Metode:Penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek 31 ibu hamil dengan ketuban pecah dini disertai oligohidramnion yang  melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni tahun 2017, Kriteria inklusi usia kehamilan ≥ 34 minggu, belum masuk fase aktif inpartu, janin tunggal hidup intra uterin. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Identitas subyek, karakteristik obstetri, dan nilai AFI atau SDP dicatat, kulit ketuban  diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis. Analisis data dengan uji chi-square.Hasil: Didapatkan 91,7% korioamnionitis pada oligohidramnion berat lebih tinggi dibandingkan dengan oligohidramnion ringan (78,9%). Nilai p sebesar 0,342.Kesimpulan: Derajat oligohidramnion tidak berpengaruh terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini. Kata kunci: Oligohidramnion, korioamnionitis, ketuban pecah dini
Hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Naura Laras Rif'ati; Herman Kristanto; Putri Sekar Wijayati; Nahwa Arkhaesi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.865 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.361

Abstract

Latar Belakang:KPD merupakan masalah penting yang dapat menempatkan ibu dan anak pada risiko infeksi. Infeksi sekunder secara asenderen dapat terjadi pada KPD yang kemudian dapat menyebabkan  desiduitis, korioamnionitis ataupun infeksi pada janin. Korioamnionitis dapat dikaitkan dengan rendahnya kesejahteraan bayi saat lahir yang dinilai dengan skor APGAR, kebutuhan untuk resusitasi pada saat kelahiran, dan kejang neonatal. Tujuan: Mengetahui hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain belah lintang. Subyek penelitian adalah 31 ibu hamil dengan KPD disertai korioamnionitis yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni 2017 yang dipilih secara consecutive sampling.Terhadap subjek penelitian dilakukan pengambilan data identitas, karakteristik obstetri dan skor APGAR, lalu diambil sampel kulit ketuban untuk diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis.Uji statistik menggunakan Uji Gamma. Hasil: Dari seluruh subjek penelitian, 71% (n=22) pasien KPD mengalami korioamnionitis sedangkan 29% (n=9) lainnya tidak mengalami korioamnionitis. Sebesar 100% pasien tidak memiliki bayi asfiksia pada korioamnionitis tingkat 1 (n=2) dan tingkat 2 (n=1). Pada korioamnionitis tingkat 3, sebesar 91,7% (n=11) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 8,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia ringan-sedang. Pada korioamnionitis tingkat 4, sebesar 85,7% (n=6) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 14,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia berat. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara korioamnionitis  denganasfiksia neonatus dengan nilai p sebesar 0,210 ( p > 0.05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan KPD. Kata kunci: Asfiksia Neonatus, Ketuban Pecah Dini, Korioamnionitis
PERBANDINGAN PLATELET LARGE CELL RATIO (P-LCR) PADA ANAK DENGAN DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE Anggie Lorenza; Nahwa Arkhaesi; Hardian Hardian
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.407 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20743

Abstract

Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue yang memiliki empat serotipe. Salah satu gejala DD dan DBD ialah trombositopenia. Platelet Large Cell Ratio (P-LCR) merupakan salah satu penanda aktivasi trombosit yang berukuran lebih dari 12 fl yang akan meningkat ketika terjadi trombositopenia.Tujuan Membuktikan perbedaan antara nilai P-LCR pada anak dengan demam dengue dan demam berdarah dengueMetode Penelitian observasional analitik dengan cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien anak yang terkena DD dan DBD yang dirawat inap di RSUP Dr. Kariadi dan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang dengan total jumlah 49 sampel. Uji beda antara nilai P-LCR dengan DD dan DBD menggunakan uji t-tidak berpasangan. Uji regresi linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh dominan terhadap nilai P-LCR.Hasil Rerata nilai P-LCR tertinggi didapatkan pada pasien DBD sebesar 42,05 ± 6,34 sedangkan pada nilai P-LCR pada DD hanya sebesar 31,51 ± 6,96. Terdapat perbedaan bermakna antara nilai P-LCR pada DBD dan DD dengan nilai p<0,001. Uji regresi linier menunjukan hanya kelompok DD dan DBD saja yang mempengaruhi terhadap nilai P-LCR dengan nilai p<0,001.Kesimpulan Rerata nilai P-LCR pada DBD lebih tinggi dibandingkan DD
ASSOCIATION BETWEEN ADULT TUBERCULOSIS TREATMENT STATUS WITH CHILDREN TUBERCULOSIS STATUS WHO HAD HOUSEHOLD CONTACT Agnes Emanuella; Moh. Syarofil Anam; Nahwa Arkhaesi; Dodik Pramono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.073 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i4.27663

Abstract

Bacground: Tuberculosis (TB) is one of the ten types of diseases that cause the quite high death rate in the world. Indonesia is ranked number three in TB cases. Tuberculosis can spread from adult tuberculosis patients to others including children who have a history of household contact. Adult TB patients who have been diagnosed immediately receive treatment to cure and reduce transmission. Tuberculosis treatment is divided into intensive phase, advanced phase and successful treatment. Aim: This study aims to analyze the relationship between treatment status of tuberculosis on adult who contact with tuberculosis status on children in the houshold. Methods: This study was an observational analytic study with a cross sectional study. The subjects of this study were 35 adult TB patients who were in contact with 58 children aged 0-18 years. Data collection was carried out at RSUP Kariadi and four puskesmas in Semarang from September 2019 to October 2019. Children tuberculosis status was classified as being TB exposure, TB infection and TB disease based on tuberculin tests and clinical symptoms. Statistical tests using the Chi-Square and Fisher Exact hypothesis tests. Results: Based on the results of statistical analysis, there was no significant relationship between the status of tuberculosis treatment on adult (p = 0.848) with status of tuberculosis for children that are in household contact. Conclusion: The status of tuberculosis treatment on adult has no statistical relationship with the status of tuberculosis for children in household contact.
HUBUNGAN KORIOAMNIONITIS DENGAN ASFIKSIA NEONATUS PADA KEHAMILAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI Naura Laras Rif&#039;ati; Herman Kristanto; Putri Sekar Wiyati; Nahwa Arkhaesi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.378 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21189

Abstract

Latar Belakang: KPD merupakan masalah penting yang dapat menempatkan ibu dan anak pada risiko infeksi. Infeksi sekunder secara asenderen dapat terjadi pada KPD yang kemudian dapat menyebabkan  desiduitis, korioamnionitis ataupun infeksi pada janin. Korioamnionitis dapat dikaitkan dengan rendahnya kesejahteraan bayi saat lahir yang dinilai dengan skor APGAR, kebutuhan untuk resusitasi pada saat kelahiran, dan kejang neonatal.Tujuan: Mengetahui hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain belah lintang. Subyek penelitian adalah 31 ibu hamil dengan KPD disertai korioamnionitis yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni 2017 yang dipilih secara consecutive sampling. Terhadap subjek penelitian dilakukan pengambilan data identitas, karakteristik obstetri dan skor APGAR, lalu diambil sampel kulit ketuban untuk diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis. Uji statistik menggunakan Uji Gamma.Hasil: Dari seluruh subjek penelitian, 71% (n=22) pasien KPD mengalami korioamnionitis sedangkan 29% (n=9) lainnya tidak mengalami korioamnionitis. Sebesar 100% pasien tidak memiliki bayi asfiksia pada korioamnionitis tingkat 1 (n=2) dan tingkat 2 (n=1). Pada korioamnionitis tingkat 3, sebesar 91,7% (n=11) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 8,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia ringan-sedang. Pada korioamnionitis tingkat 4, sebesar 85,7% (n=6) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 14,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia berat. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara korioamnionitis  dengan asfiksia neonatus dengan nilai p sebesar 0,210 ( p > 0.05).Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan KPD.
HUBUNGAN OBESITAS DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN Taufiq Pratama Wijayanto; MS Anam MS Anam; Nahwa Arkhaesi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.522 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23396

Abstract

Latar Belakang: Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang mengakibatkan obstruksi jalan napas dengan gejala utama wheezing. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Asma sendiri sering muncul pada masa kanak kanak dan usia muda sehingga memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya asma, salah satunya adalah obesitas. Obesitas mengawali terjadinya asma, meningkatkan prevalensi serta derajat penyakit asma, dan mempunyai hubungan signifikan dengan kontrol penyakit asma. Tujuan: Mengetahui prevalensi serta insidensi asma pada anak dan menganalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian asma pada usia 13-14 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah anak usia 13-14 tahun yang sedang bersekolah di SMP di kota Semarang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner ISSAC dan pengukuran antropometri berupa tinggi badan serta berat badan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2018. Uji statistik yang digunakan adalah uji hipotesis Chi-square. Hasil: Subjek penelitian berjumlah 310 anak. Pada penelitian ini, dari 20 anak yang memiliki insidensi asma, terdapat 10 anak atau (50 %) subjek yang mengalami obesitas, sedangkan 10 anak lainnya tidak mengalami obesitas. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi p<0,001 antara obesitas dan kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Kesimpulan: Prevalensi kejadian asma sebesar 15,2 % dan angka insidensi asma sebesar 6,45 % pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Prevalensi obesitas sebesar 12,9 % pada anak usia 13-14 tahun di Semarang. Obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun di Semarang.Kata kunci: Asma, obesitas, anak usia 13-14 tahun