Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Stomatitis venenata terkait alergi bahan sementasi zink fosfat yang jarang ditemukanStomatitis venenata: A rare zinc phosphate cementation related allergy Fanni Kusuma Djati; Affan Wirutomo; Christiana Cahyani Prihastuti
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.03 KB) | DOI: 10.24198/jkg.v31i2.21483

Abstract

Pendahuluan: Salah satu reaksi hipersensitivitas tipe IV yang dapat terjadi pada rongga mulut adalah Stomatitis venenata atau disebut juga stomatitis kontak alergi. Stomatitis venenata jarang sekali terjadi dan jarang sekali disadari oleh para dokter gigi. Stomatitis venenata dapat timbul karena reaksi alergi namun seringkali dihiraukan dan menyebabkan kesalahan mendiagnosis. Akibat dari kesalahan mendiagnosis akan menyebabkan kesalahan perawatan pada pasien. Tujuan dari laporan kasus ini adalah memaparkan kasus Stomatitis venenata yang terkait alergi zink fosfat beserta penatalaksanaannya, di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jenderal Soedirman. Laporan kasus: Seorang laki-laki usia 25 tahun datang mengeluhkan adanya sariawan di pipi kiri bagian dalam dekat gusi yang terasa sakit sejak 5 hari yang lalu disertai keropeng pada pipi kiri. Hasil pemeriksaan ekstraoral pada bagian pipi kiri terdapat lesi berupa krusta multiple yang telah mengering, sedangkan hasil pemeriksaan intra oral mendapatkan lesi berwarna kemerahan pada mukosa bukal kiri. Lesi tersebut dicurigai muncul akibat bahan sementasi zink fosfat yang menyentuh mukosa bukal. Diagnosis klinis yang ditegakkan adalah Stomatitis venenata yang disebabkan alergi terhadap paparan zink fosfat pada daerah sekitar lesi. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah menghilangkan zat alergen yang dicurigai menyebabkan reaksi alergi dan pemberian obat kortikosteroid topikal untuk mengurangi rasa nyeri. Lesi Stomatitis venenata berangsur sembuh setelah dilakukan penatalaksanaan. Simpulan: Stomatitis venenata dengan menghilangkan zat alergen kemudian menggantikan dengan bahan lain menunjukkan adanya perbaikan pada keadaan mukosa oral pasien, selain itu pemberian obat kortikosteroid topikal meningkatkan kenyamanan pada pasien serta mempercepat proses penyembuhan.Kata kunci: Alergi, stomatitis venenata, zink fosfat ABSTRACTIntroduction: One type of hypersensitivity reaction that can occur in the oral cavity is Stomatitis venenata or also called allergic contact stomatitis. Venenata stomatitis is very rare and is rarely recognised by dentists. Venenata stomatitis can occur due to allergic reactions but is often ignored and causes misdiagnoses. As a result of misdiagnosis will cause treatment errors in patients. The purpose of this case report is to describe the case of Stomatitis venenata related to zinc phosphate allergy and its management, at the Dental and Oral Hospital of Jenderal Soedirman University. Case report: A 25-year-old man came complaining of canker sores on the left inner cheek near the gums that had been sore since 5 days ago accompanied by a scab on the left cheek. Extraoral examination results on the left cheek contained lesions in the form of multiple crusts that have dried, while the results of intraoral examination found reddish lesions on the left buccal mucosa. The lesion is suspected to arise due to zinc phosphate cementation material that touches the buccal mucosa. The clinical diagnosis is stomatitis venenata which is caused by an allergy to zinc phosphate exposure in the area around the lesion. Management is to eliminate allergens that are suspected of causing allergic reactions and administration of topical corticosteroid drugs to reduce pain. Venenata stomatitis lesions gradually recover after treatment. Conclusion: Stomatitis venenata by removing allergens and then replacing them with other ingredients shows an improvement in the patient's oral mucosa, besides the administration of topical corticosteroid drugs to improve patient comfort and speed up the healing process.Keywords: Allergy, stomatitis venenata, zinc phosphate
EKSTRAK DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (l.) codd) MENURUNKAN KADAR PROCALCITONIN DAN FGF-2 SALIVA PADA TIKUS WISTAR MODEL PERIODONTITIS KRONIS Christiana Cahyani Prihastuti; Ario Ditto Primandaru; A Haris Budi Widodo; Tuti Sri Suhesti; Fanni Kusuma Djati; Amilia Ramadhani; Rinawati Satrio
Mandala Of Health Vol 16 No 1 (2023): Mandala of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mandala.2023.16.1.8386

Abstract

Periodontitis kronis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang disebabkan oleh biofilm bakteri plak dan ditandai dengan pembentukan poket periodontal, resesi gingiva, resorpsi tulang alveolar yang berakibat pada kegoyangan gigi. Perawatan utama periodontitis kronis adalah scaling root planing (SRP) untuk menghilangkan bakteri sebagai etiologi utama namun seringkali membutuhkan terapi adjuvant. Pengembangan terapi adjuvant dari bahan alami diharapkan dapat mengurangi efek samping, salah satunya daun piladang yang diketahui mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, serta tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun piladang terhadap kadar procalcitonin dan fibroblast growth factor-2 (FGF-2) saliva pada tikus model periodontitis kronis. Dua puluh lima tikus Wistar jantan 2-3 bulan, berat badan 150-200 gram dan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok periodontitis kronis dengan perlakuan ekstrak daun piladang dosis 150 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, dan 600 mg/kg BB (P1, P2, P3), kelompok periodontitis kronis dengan perlakuan Na-CMC 1% (kontrol negatif/ KN), serta kontrol sehat (KS). Perlakuan selama tiga hari dilanjutkan pengambilan sampel saliva pada hari ke-empat. Kadar procalcitonin dan FGF-2 saliva diukur dengan uji ELISA. Analisis statistic menggunakan uji One-Way Anova dilanjutkan Post hoc LSD. Hasil menunjukkan penurunan kadar procalcitonin dan FGF-2 saliva pada kelompok perlakuan ekstrak daun piladang (P1, P2, P3) seiring peningkatan konsentrasi ekstrak, berbeda signifikan daripada kontrol negatif (p≤0,05), dan menyamai kondisi sehat (p>0,05). Hal ini mengindikasikan ekstrak daun piladang dapat mempercepat fase inflamasi dan proliferasi pada tikus model periodontitis kronis.
Aloe vera extract wound healing sheet and free-range chicken egg albumin (gallus domesticus) accelerate angiogenesis on gingival incision wound in rats Myrna Evana Amanda Putri; Christiana Cahyani Prihastuti; Mutia Rochmawati; Alya Ghina Rosyada; Wizni A'dila A'ziza
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 35, No 1 (2023): March 2023
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjd.vol35no1.42775

Abstract

ABSTRACTIntroduction: Incision wounds are injuries caused by dental surgery procedures. Suturing is the gold standard for post-incision management, but it can cause patient discomfort. Tissue glue can be used for wound healing, but its carcinogenicity still needs to be investigated. A Wound Healing Sheet (WHS) made of Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin is expected to be an alternative material. Angiogenesis is a highly observable part of wound healing, as newly formed blood vessels support nutrition, act as a scaffold for cells to migrate to the wound area, and play an essential role in wound healing. This study aimed to analyze the effect of WHS made from Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin (Gallus domesticus) on the number of vascular that show the acceleration of healing in gingival incision wounds. Methods: Quasi experimental study with a total sample of 24 male rats (Rattus norvegicus Wistar strain) with gingival incision were divided into four groups, namely T1 (50% WHS treated group), T2 (100% WHS treated group, S (suturing treated group as positive control), and NC (negative control, without treatment). The treatment was performed throughout seven days. The data obtained were analyzed statistically using One-way ANOVA and Post Hoc LSD. Results: The highest vascular count was in the T2 Group (8+1.63); followed by T1 (7+1.60); S (7+ 1.49); and NC (4+1.41). Statistical analysis showed that there was a significant difference between groups S, T1, T2 with NC (p-value < 0.05); interestingly, there was no significant difference between S, T1, T2 (p-value > 0.05). Conclusion: Wound Healing Sheet made of Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin (Gallus domesticus) can accelerate the angiogenesis process on gingival incision wound in rats.Keywords: wound healing, aloe vera, gallus domesticus, egg white, angiogenesis
Aktivitas antibiofilm ekstrak etanol kulit bawang merah (Allium cepa L.) dalam menghambat pembentukan biofilm Staphylococcus aureus ATCC 25923 Alya Ghina Rosyada; Christiana Cahyani Prihastuti; Dwi Nur Indah Sari; Setiawati Setiawati; Meylida Ichsyani; Anindita Laksitasari; Restian Febi Andini; Aris Aji Kurniawan
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 35, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v35i1.42451

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Permasalahan dental maupun medis banyak disebabkan oleh biofilm bakteri di dalam rongga mulut. Salah satu bakteri penyusun biofilm yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini merupakan jenis bakteri Gram positif yang bersifat patogen oportunistik dalam rongga mulut serta memiliki mekanisme pembentukan biofilm yang kompleks. Kulit bawang merah mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, fenol, tanin, alkaloid, dan steroid yang dilaporkan bersifat antibiofilm sehingga berpotensi sebagai alternatif obat kumur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antibiofilm ekstrak etanol kulit bawang merah (EKBM) konsentrasi 6,25%; 12,5%; 25%; 50%; dan 100% dalam menghambat pembentukan biofilm S. aureus. Metode: Penelitian ini meruoakan penelitian eksperimental laboratoris in vitro dengan rancangan penelitian posttest-only control group design.Ekstrak dibuat menggunakan metode maserasi etanol 96% dengan perendaman selama 15 hari. Kontrol positif penelitian ini adalah CHG 0,2% dan kontrol negatif berupa DMSO 1%. Penghambatan pembentukan biofilm diukur menggunakan Microtiter Plate Assay (MPA) dengan panjang gelombang 595 nm. Data hasil pembacaan MPA dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis dan uji post hoc Mann-Whitney. Hasil: Persentase penghambatan biofilm tertinggi ada pada EKBM 25% (92,86+1,45%) namun hasil ini masih lebih rendah daripada kelompok kontrol positif (94,74+0,56%) secara bermakna (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna (p<0,05) antara persentase penghambatan pembentukan biofilm oleh EKBM 12,5% (92,74+0,98%) dengan EKBM 25% secara statistik. Simpulan: Penghambatan pembentukan biofilm oleh EKBM terhadap biofilm S. aureus yang paling efektif terdapat pada konsentrasi 12,5%.Kata kunci: Allium cepa L, biofilm, kulit bawang merah, Staphylococcus aureus.ABSTRACTIntroduction: Many dental and medical problems are caused by bacterial biofilms in the oral cavity. One of the bacteria that form the biofilm is Staphylococcus aureus. This bacterium is a type of Gram-positive bacteria which is an opportunistic pathogen in the oral cavity and has a complex biofilm formation mechanism. Shallot peel contains phytochemical compounds such as flavonoids, saponins, phenols, tannins, alkaloids, and steroids which are reported as antibiofilms so that they have the potential as an alternative mouthwash. This study aims to analyzed the antibiofilm activity of ethanolic extract of shallot peel (EESP) with a concentration of 6.25%; 12.5%; 25%; 50%; and 100% in inhibiting the formation of S. aureus biofilms. Methods: This research was an experimental study. Extracts were prepared using 96% ethanol maceration method by immersion for 15 days. The positive control in this study was CHG 0.2% and the negative control was DMSO 1%. Inhibition of biofilm formation was measured using a Microtiter Plate Assay (MPA) with a wavelength of 595 nm. The data from the MPA readings were analyzed statistically by the Kruskal-Wallis test and the Mann-Whitney post hoc test. Results: The highest percentage of biofilm inhibition was in EESP 25% (92.86+1.45%) but this result was significantly lower than the positive control group (94.74+0.56%) (p<0.05). There was no significant difference (p<0.05) between the percentage of inhibition of biofilm formation of EESP 12.5% (92.74+0.98%) and EESP 25% statistically. Conclusion: The most effective inhibition of biofilm formation by EESP against S. aureus biofilms was found at a concentration of 12.5%.Keywords: Allium cepa L, biofilm, shallot peel, Staphylococcus aureus
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TANGKAI (Begonia multangula Blume Stalk) TERHADAP PERTUMBUHAN (Aggregatibacter actinomycetemcomitans) Dwi Nur Indah Sari; Christiana Cahyani Prihastuti; Restian Febi Andini; Aldina Gusri; Muhammad Hisyam Ghani; Haidy Lailatun Nabila
Mandala Of Health Vol 13 No 2 (2021): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mandala.2021.13.2.8798

Abstract

Periodontitis adalah penyakit gigi dan mulut yang paling sering ditemukan pada masyarakat dan dapat menyebabkan tanggalnya gigi. Salah satu bakteri penyebab periodontitis adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Perawatan periodontitis dilakukan dengan terapi mekanik (scaling and root planning) disertai terapi kimiawi (antibiotik dan obat kumur). Penggunaan terapi kimiawi yang berkepanjangan dapat menyebabkan resistensi bakteri, gangguan pengecapan dan perubahan warna gigi. Alternatifnya dapat digunakan bahan herbal yang memiliki daya antibakteri Tangkai Begonia multangula Blume di beberapa wilayah digunakan sebagai tanaman obat serta memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol tangkai Begonia multangula Blume terhadap pertumbuhan A. actinomycetemcomitans secara in vitro. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratoris dengan sampel A. actinomycetemcomitans ATCC 43718. Tangkai Begonia multangula Blume diekstraksi menggunakan metode maserasi dan dibuat 5 seri konsentrasi (3,12%, 6,25%, 12,5%, 25%, dan 50%). Uji antibakteri dilakukan metode difusi kertas cakram dengan kontrol positif Chlorhexidine gluconate 2% serta kontrol negatif DMSO 1%. Diameter zona hambat selanjutnya dianalisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol tangkai Begonia multangula Blume meningkat seiring peningkatan konsentrasi dengan aktivitas tertinggi pada konsentrasi 50% dengan zona hambat sebesar 20,33 mm (p<0,05). Simpulan dalam penelitian ini bahwa ekstrak etanol tangkai Begonia multangula Blume memiliki aktivitas sebagai antibakteri A. actinomycetemcomitans.
The Correlation of Oral Health Knowledge and Affective with Caries Rate in Rural Communities Christiana Cahyani Prihastuti; Fitri Diah Oktadewi; Mahindra Awwaludin Romdlon; Amilia Ramadhani; Haris Budi Widodo; Diah Krisnansari; Fitranto Arjadi
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 12, No 1 (2023): May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.v12i1.15681

Abstract

The results of Riskesdas (Baseline Health Research) by the Indonesian Ministry of Health in 2018 revealed that the caries rate in rural areas was higher than in urban areas. However, the number of villagers receiving dental and oral health care was lower than in urban communities. Karangtengah Village was located in the Baturraden District, Banyumas Regency, which is socio-demographically rural. This study aims to determine the correlation between knowledge and affective of oral health on the caries rate in Karangtengah Village. The study was observational analytical research. Subjects were selected using a purposive sampling technique. The total subjects were 388 residents. The knowledge and affective data were collected using a questionnaire, and the caries rate was scored using DMF-T. Data were analyzed using the Pearson correlation test (SPSS 22). The results revealed that the oral health knowledge and affective of the majority of Karangtengah Village residents were in the moderate category (48.7% and 66.8%, respectively), while the average DMF-T score was 13.12 (very high). The statistical analysis demonstrated no significant correlation between knowledge and DMF-T score and between the affective aspect of oral health and DMF-T score (p0.5).  The moderate category of oral health knowledge and affective aspect in rural areas may not have been applied as oral health behaviors contribute to high dental caries rates.