Innezdhe Ayang Marhaeni
Gadjah Mada University

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MODEL PEMBACAAN DERRIDEAN TERHADAP KNIGHT OF THE SEVEN KINGDOMS KARYA GEORGE R. R. MARTIN Innezdhe Ayang Marhaeni
POETIKA Vol 7, No 2 (2019): Issue 2
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v7i2.51548

Abstract

Penelitian ini menganalisis novel fantasi populer berjudul A Knight of The Seven Kingdoms karya George R. R. Martin dalam perspektif Derrida, terutama pendapatnya tentang sastra sebagai institusi liberal. Dalam perspektif Derrida, penelitian ini berusaha menyelidiki afinitas dalam liberality, undecidability, iterability, khōra, dan teks itu sendiri. Dalam A Knight of The Seven Kingdoms, konsep-konsep tersebut saling memengaruhi sehingga menunjukkan aspek liberal karya sastra. Hal ini ditunjukkan melalui struktur dalam narasi A Knight of The Seven Kingdoms yang menjaga agar cerita berlangsung dinamis dan narasi tersebut, dengan kekuatan liberalnya, secara konstan menguji konteksnya sendiri untuk menghilangkan kecenderungan idealitas tertentu. Dengan demikian, identitas dan idealitas yang dianggap final kembali dipertanyakan dan dibuat tidak stabil oleh teks guna menguak lebih banyak makna serta kemungkinan yang dihasilkan. Kata kunci: Derridean, novel fantasi, undecidability This study analyzes the popular fantasy novel entitled A Knight of the Seven Kingdoms by George R. R. Martin in Derrida's perspective, especially his opinion about literature as a liberal institution. In Derrida's perspective, this study seeks to investigate the affinity in liberality, undecidability, iterability, khōra, and the text itself. In A Knight of the Seven Kingdoms, these concepts influence each other so that it shows the liberal aspects of literary works. This is shown through the structure in the narrative of A Knight of the Seven Kingdoms which keeps the story dynamic and the narrative, with its liberal power, constantly tests its context to eliminate certain idealistic tendencies. Thus, the identity and ideality that are considered final are again questioned and made unstable by the text to reveal more meaning and possibility produced. Keywords: Derridean, fantasy novel, undecidability 
Pelaku Kekerasan Seksual dalam Lindungan Negara: Film "Spotlight" (2015) Arahan Tom McCarthy Berdasarkan Filsafat Politik Giorgio Agamben Innezdhe Ayang Marhaeni; Aprinus Salam
Sintesis Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v14i1.2455

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji film Spotlight arahan Tom McCarthy dengan perspektif filsafat politik Giorgio Agamben. Hal ini didasarkan dari pendapat Agamben tentang homo sacer dan bare life. Dalam Spotlight, Gereja Katolik menjadi lembaga yang kebal terhadap hukum dan melindungi pendeta-pendeta pengidap pedofilia. Guna menanggulangi masalah tersebut, pemerintah Boston mengambil langkah-langkah politik. Langkah-langkah ini kemudian dianalisis sehingga dapat diungkapkan produksi dan reproduksi bare life melalui state of exception serta subjek yang di-homo sacer-kan, yakni pendeta Gereja Katolik di Boston yang mengidap pedofilia dan hebefilia. State of exception yang ditampakkan film Spotlight berbatas pada status dan posisi politik, ekonomi, serta agama. Penelitian ini menunjukkan pemerintah Boston memberlakukan diskriminasi terhadap warganya berdasarkan tekanan institusi dan agama, terutama berkenaan dengan penegakan hak dan hukum. Para pendeta Gereja Katolik pelaku kekerasan seksual mengalami penangguhan hak-hak kewarganegaraan. Hal ini merupakan dampak dari penyesuaian hukum guna memenuhi kebutuhan masyarakat mayoritas.