Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERUBAHAN PERILAKU MEMBANGUN RUMAH PASCA GEMPA 2006 DI YOGYAKARTA - STUDI KASUS PENGEMBANGAN 18 RUMAH BANTUAN JRF DI KABUPATEN BANTUL Johanita Anggia Rini; Sugeng Triyadi; Tri Yuwono
NALARs Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.15.1.45-54

Abstract

ABSTRAK. Masyarakat korban gempa 2006 di Yogyakarta menerima berbagai bantuan dalam proses membangun kembali rumahnya yang hancur, antara lain dengan bantuan Java Reconstruction Fund (JRF). Bantuan ini tidak hanya berbentuk dana untuk membangun rumah, namun juga pembelajaran membangun dengan prinsip tahan gempa, dan pengawasan selama proses pembangunan. Dengan cara pembelajaran adaptif ini, diharapkan pemilik rumah dapat mengadaptasi cara membangun rumah yang tahan gempa untuk seterusnya. Bertahun-tahun kemudian, pemilik rumah mulai mengembangkan rumahnya secara mandiri, tanpa bantuan dan pengawasan dari pihak luar. Penelitian ini mengkaji apakah perilaku membangun rumah dengan prinsip tahan gempa sudah dipraktekkan secara lestari oleh pemilik rumah, dengan cara meninjau fisik bangunan tambahan yang dibangun secara mandiri. Lebih lanjut, penelitian juga melihat sejauh mana keberhasilan pembelajaran adaptif yang diterima oleh pemilik rumah dilihat dari kacamata tahapan perubahan perilaku membangun. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan kerentanan fisik rumah yang menjadi obyek studi mengingat potensi gempa masih selalu mengancam Kabupaten Bantul, dan menduga pengaruh proses pembelajaran adaptif terhadap perubahan perilaku membangun. Kata kunci: prinsip tahan gempa, pembelajaran adaptif, perubahan perilakuABSTRACT. The victims of the 2006 earthquake in Yogyakarta have received assistance in the reconstruction of their destroyed houses. One of them is Java Reconstruction Fund (JRF) program. This assistance came not only in the form of funds to rebuild houses, but also learning to build a house with earthquake resistant principles, and supervision during the development process. This system is referred to as adaptive learning. Homeowners are expected to be able to adapt the new way to build earthquake-resistant houses forever. Years later, homeowners began to develop their home independently, without help and supervision from outside. This study has examined whether the behavior to build earthquake-resistant houses have already been practiced in a sustainable manner by the homeowners, by means of reviewing the physical of additional buildings that has been constructed independently later. Furthermore, the study also looked at the level of adaptive learning received by the homeowner as perceived stages of behavior change. Results of the study can be used to describe the physical vulnerability of houses that became the object of study given the potential for an earthquake in Bantul is always threatening, and suspect the influence of the adaptive learning process to behavior change.  Keywords: earthquake resistant principles, adaptive learning, behavior change
Evaluasi Modul RISHA pada Rumah Susun Kampung Deret Petogogan Carissa Carissa; Dewi Larasati; Sugeng Triyadi; Virginia Slamat
Journal of Sustainable Construction Vol. 1 No. 2 (2022): Journal of Sustainable Construction
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.632 KB) | DOI: 10.26593/josc.v1i2.5708

Abstract

Penyediaan rumah susun merupakan salah satu program pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak dan murah. Untuk mempercepat pembangunan rumah susun tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan teknologi prapabrikasi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sejak tahun 2004 . Modul Risha yang digunakan pada hunian di Kampung Deret Petogogan adalah modul berukuruan 3 m x 3 m x 3 m. Hunian di Kampung Deret Petogogan memiliki tiga tipe yaitu: 18, 36, dan 36 khusus untuk dua kepala keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh tipe hunian pada Kampung Deret Petogogan yang terbentuk dari modul Risha dapat mengakomodasi aktivitas yang ada sesuai fungsinya sebagai hunian. Penelitian kualitatif ini terdiri dari tiga tahapan analisis, yaitu: analisis ketersediaan ruang dan isi ruang, hubungan antar ruang, dan dimensi ruang terhadap aktivitas yang terjadi dalam fungsi hunian. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung ke penghuni Kampung Deret Petogogan, sedangkan perolehan data sekunder didapat dari standar desain hunian dari studi literatur yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul Risha 3 m x 3 m x 3 m yang diterapkan di Kampung Deret Petogogan belum efektif untuk mengakomodasi aktivitas yang ada di seluruh tipe hunian.
INOVASI BENTANG MODUL STRUKTURAL UNTUK PENERAPAN TEKNOLOGI RUMAH INSTAN SEDERHANA SEHAT (RISHA) PADA KONSTRUKSI RUMAH SUSUN KAMPUNG DERET PETOGOGAN Carissa Carissa; Dewi Larasati; Sugeng Triyadi; Mia Wimala; Virginia Slamat
Tesa Arsitektur Vol 21, No 1: Juni 2023
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v21i1.10179

Abstract

Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) adalah teknologi prapabrikasi beton yang awalnya dikembangkan untuk perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia. Penerapannya yang diperluas hingga ke konstruksi rumah susun Kampung Deret Petogogan di Jakarta menunjukkan bahwa RISHA ternyata belum mampu memfasilitasi seluruh aktivitas di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentang optimal modul struktural yang harus disediakan pada studi kasus ini dan mengkaji kesesuaian RISHA dalam memfasilitasi bentang optimal tersebut. Kajian kuantitatif akan dilakukan dalam bentuk simulasi untuk setiap dimensi ruang di Kampung Deret Petogogan berdasarkan beberapa parameter yaitu organisasi ruang, relasi antar ruang, dan standar dimensi ruang. Agar RISHA dapat digunakan dengan baik, penataan ruang pada Kampung Deret Petogogan masih perlu diperbaiki, demikian pula dengan hubungan antar ruang dan juga ukuran standar ruangnya. Selanjutnya, hanya tiga ukuran bentang, yaitu 1,8 m, 2,7 m, dan 2,9 m yang dapat diakomodasi oleh RISHA saat ini, sedangkan bentang lain dengan ukuran 3,3 m dan 3,6 m masih perlu dikembangkan untuk kepentingan proyek serupa di masa mendatang