Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Study of the Bioconversion Process of Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Larvae in Decomposition of Various Variations of Organic Waste Wildan Muhlison; Listya Purnamasari; Irwanto Sucipto; Tri Wahyu Saputra; Nanda Khoirun Nisa Ahmad
TECHNO: JURNAL PENELITIAN Vol 10, No 2 (2021): Techno Jurnal Penelitian
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tjp.v10i2.2803

Abstract

Poor waste management will affect various aspects such as environmental pollution due to piles of garbage that disturb the community. It needs a waste treatment process and one of them is the bioconversion process. This process uses the biological agent Black Soldier Fly (Hermetia illucens). This research was conducted with three organic matter variations, namely tofu pulp, eggplant pulp, and pumpkin pulp as bioconversion media. The ability of BSF larvae in bioconversion organic waste can be seen from several parameters, namely temperature, media pH, larvae weight growth, WRI (Waste Reduction Index), survival rate, consumption substrate and feed residue. The results were analyzed by one-way ANOVA test then the Least Significant Difference (LSD) test with a significance level of 95%. The research results with different bioconversion media are significantly different results on the ability of BSF larvae in the decomposition process. Tofu pulp media show the best results compared to other media with suitable conditions for the decomposition process with a final temperature of 28.8 oC, pH 7, weight growth 28.35%, WRI 5.38%, and 80.71% substrate consumption.
Potensi Hama Pomacea canaliculata sebagai Antibakteri Terhadap Patogen Xanthomonas oryzae pv oryzae Irwanto Sucipto; Ahmad Ilham Tanzil; Wildan Muhlison
TECHNO: JURNAL PENELITIAN Vol 9, No 2 (2020): Techno Jurnal Penelitian
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tjp.v9i2.2186

Abstract

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting pada padi. Kunci pengendalian utama Xoo adalah menggunakan benih bebas penyakit atau benih yang diperlakukan dan rotasi tanaman. Namun relevansi penggunaan benih atau bibit bersertifikasi akan menjadi berkurang jika terdapat kombinasi serangan hama utama yang membantu masuknya patogen ini kedalam tanaman, salah satu contohnya adalah keong mas dari golongan mollusca. Berdasarkan beberapa sumber penelitian, golongan mollusca  yang berada di daerah laut merupakan sumber yang tidak dimanfaatkan dan dapat digunakan untuk mencari kandungan baru sebagai antimikroba. Bertolak dari hal tersebut maka dapat dilihat bahwa  salah satu hama penting di padi yaitu keong mas (Pomacea canaliculata) merupakan bagian dari filum mollusca yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba. Mengingat bahwa P. canaliculata merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi yang sangat merusak maka hal tersebut dapat menjadi salah satu keuntungan yaitu hama tersebut tidak akan menyandang status hama kembali melainkan akan menyandang status sebagai bahan baku antimikroba yang digunakan pada tanaman padi juga. Hal tersebut menjadi suatu inovasi tersendiri di bidang pengendalian penyakit hawar daun bakteri karena selain dapat mengendalikan penyakit, hama penting keong mas dapat terkendalikan. Chitosan dan Antimicrobial Peptides (AMPs) didapatkan dengan cara melakukan ekstraksi dari keong mas dengan teknik yang berbeda. Tiap perlakuan chitosan dan AMPs pada tiap konsentrasi menunjukkan tingkat penghambatan yang berbeda. Penghambatan tertinggi terlihat pada perlakuan AMPs dengan konsentrasi 1%. Tercatat bahwa peningkatan konsentrasi berbanding terbalik terhadap daya hambat di setiap perlakuan. Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah perlakuan chitosan dan AMPs memiliki potensi yang sangat baik sebagai antibakteri ramah lingkungan dengan bahan baku melimpah yang ditunjukkan oleh perlakuan terbaik yaitu AMPs 1%. Semakin banyaknya penelitian baru terkait antibakteri ramah lingkungan akan menjadi titik balik dalam dunia pengembangan antimikroba.                                                                                                      
Inventory of Pest and Disease in Mango Plants (Mangifera indica) Ahmad Ilham Tanzil; Irwanto Sucipto; Wildan Muhlison
Jurnal Pertanian Tropik Vol. 9 No. 2 (2022): Jurnal Pertanian Tropik
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.122 KB) | DOI: 10.32734/jpt.v9i2.8972

Abstract

Mango is a local fruit that is widely grown in Indonesia. Mango has several benefits for human life, including as a source of vitamins and industrial raw materials. This study aims to obtain pathogenic fungi that have the ability to cause disease in mango plants. This research was conducted in mango orchards in the provinces of South Sumatera, West Kalimantan, East Java, and Bali. Pathogenic fungi were observed from stems, leaves, and fruit. All symptoms of physiological and morphological deviations were observed to identify the cause. Then the identification procedure uses a supporting literature library. Pathogenic fungi were found, namely Xanthomonas citri pv. mangiferaeindicae, Ganoderma lucidum, Elsinoe mangiferae, Colletotrichum gloeosporioides, Ganoderma applantum, Paratetranychus yothersi, and Bemisia tabaci.
KEANEKARAGAMAN Fusarium sp. DI LAHAN ENDEMIS DAN SUPRESIF LAYU FUSARIUM TOMAT Ahmad Ilham Tanzil; Irwanto Sucipto; Ankardiansyah Pandu Pradana; Ramadhani Mahendra Kusuma; Bayu Widhayasa; Arrohmatus Syafaqoh Li'aini; Mukhlish Jamal Musa Holle; Restu Nugraha
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 10 No. 3 (2022)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2022.010.3.1

Abstract

Peran jamur Fusarium non patogenik sangat penting dalam mengendalikan maupun mencegah serangan jamur patogen Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici. Tujuan dari riset ini yaitu mengetahui keanekaragaman jamur Fusarium sp. di lahan endemis dan supresif serta potensi antagonismnya terhadap patogen layu fusarium. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan komparasi dan eksplorasi jamur Fusarium dalam rizosfer di lahan endemis layu fusarium tomat dan lahan supresif. Jamur fusarium yang ditemukan di lahan endemis terdiri dari 58 koloni dengan hasil identifikasi sebanyak 3 isolat yaitu Fusarium sp. 1, Fusarium sp. 2, Fusarium sp. 3. Sedangkan jamur fusarium yang ditemukan di lahan supresif sebanyak 11 koloni yang terdiri dari 2 isolat yaitu Fusarium sp. 4 dan Fusarium sp. 5. Nilai indeks keanekaragaman di lahan endemis (4,06) termasuk kategori keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi dan lahan supresif (2,39) termasuk kategori keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang. Indeks keseragaman di lahan endemis (0,465) dengan kriteria rendah dan lahan supresif (0,701) dengan kriteria sedang. Nilai indeks dominasi di lahan endemis (3,689) dan di lahan supresif (3,45) termasuk kriteria terdapat jenis yang mendominasi. Hasil penghambatan uji antagonis tertinggi yaitu isolat Fusarium sp. 3 (58,46) dari lahan endemis sedangkan dari lahan supresif yaitu isolat Fusarium sp. 5 (55,38).
Isolation and Characterization of α-Amylase Enzyme on Brown Planthopper (Nilaparvata lugens Stal) On Rice Muhammad Yusuf Abdan Syakuro; Nanang Haryadi; Wildan Muhlison; Irwanto Sucipto
The Journal of Experimental Life Science Vol. 12 No. 3 (2022)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jels.2022.012.03.02

Abstract

Brown leafhopper (Nilaparvata lugens Stal) is an important pest in Indonesia that causes heavy losses. The rice was damaged by N. Lugens sucking plant liquid in the form of carbohydrates in the form of starch. Environmentally friendly control methods are needed to reduce the increasingly high use of inorganic pesticides. Control of N. lugens with biotechnology can be done by inhibiting the metabolic cycle in these insects. This method utilizes the proteins available in rice seeds to stop the performance of enzyme α-amylase in the digestive system of N. lugens. α-amylase is an enzyme that plays a role in the process of starch degradation so that it becomes a simpler form both in microorganisms. The characterization of α-amylase enzymes in insects is an important first step to the determination of appropriate protein inhibitors so that they can be used to produce pest-resistant Genetically Modified Organisms crops. The research was conducted in the Agrotechnology laboratory, University of Jember. The research began with isolation and purification of α enzymes from brown stems and then continued with testing of α-amylase activity. Test parameters include the effect of temperature, pH, and substrate concentration on the activity of the α-amylase enzyme. The results showed that supernatant extracted from brown planthoppers produces a clear zone in the agar medium, which means the activity of enzymes α-amylase in the hydrolysis of starch. The pH value of 6 provides the most optimum conditions for the activity of α enzymes. The α-amylase enzyme is able to work optimally in the temperature range of 30°C - 45°C, and experiences a decrease in activity when the temperature reaches 50°C. The α-amylase enzyme shows the ability to hydrolyze the amylase substrate to a concentration of 0.8 μg.μL-1. Keywords: α-amylase, Nilaparvata lugens Stal, Rice.
PRODUKSI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENTOMOPATOGEN FORMULASI PADAT DI DESA ANDONGSARI Hari Purnomo; Irwanto Sucipto; Wildan Muhlison
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 4 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i4.11895

Abstract

ABSTRAKDesa Andongsari telah dijadikan desa KKN tematik pengembangan Desa Wisata dan Wirausaha Sejahtera. Mayoritras profesi masyarakat sebagai petani baik itu petani maupun sebagai buruh tani. Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi petani dalam budidaya cabe besar yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Efek penggunaan pestisida frekuensi tinggi menimbulkan efek samping yaitu hama yang resisten. Diperlukan teknik pengendalian yang ramah lingkungan dan ramah terhadap biaya produksi, salah satunya adalah agens hayati yang bersifat memarasit serangga hama. Mitra kegiatan pengabdian ini sendiri yaitu Desa Andongsari dan kelompok tani yang ditunjuk sebagai panitia pelaksana oleh desa adalah kelompok tani Margo Makmur I dan didampingi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Larasati. Metode pelaksanaan menganut prinsip Plan Do Check Action (PDCA) meliputi kegiatan observasi, perencanaan program, pelatihan berupa praktek langsung. Penggunaan agens hayati tersebut menggunakan media padat karena berdasarkan observasi kondisi lingkungan dan teknik yang mudah digunakan lebih mengarah ke penggunaan media padat. Pelatihan produksi tersebut dibagi beberapa tahapan kecil untuk mempermudah dalam pengawasan dan evaluasi di tiap tahapan. Hasil dari kegiatan ini adalah ada peningkatan pemahaman petani terkait bahaya penggunaan pestisida dan peningkatan minat masyarakat petani terkait penggunaan agens hayati, selain itu juga ada peningkatan softskill berupa pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam memproduksi agens hayati. Kata kunci: agens hayati;  cendawan; desa andongsari; desa wisata; entomopatogen. ABSTRACTThe problems that are often faced by farmers in the cultivation of large chilies are attacks by plant pest. The effect of using high-frequency pesticides causes side effects (resistant pests). Control techniques that are environmentally friendly and friendly to production costs are needed, one of which is biological agents that are parasitic insect pests. The partner for this service activity itself is Andongsari Village and the farmer group appointed as the implementing committee by the village is the Margo Makmur I farmer group and accompanied by the Larasati Women Farmers Group. The implementation method adheres to the Plan Do Check Action (PDCA) principle including observation activities, program planning, training in the form of hands-on practice. The production training is divided into several small stages to facilitate monitoring and evaluation at each stage. The result of this activity is that there is an increase in farmers' understanding regarding the dangers of using pesticides and an increase in the interest of the farming community regarding the use of biological agents, besides that there is also an increase in soft skills in the form of community knowledge and skills in producing biological agents. Keywords: andongsari village; biological agents; entomopathogens; fungi;  tourist village.
Efektifitas Pestisida Nabati Azadirachta indica, Melia azedarach dan Piper betel Terhadap Patogen Tanaman Padi Xanthomonas oryzae pv oryzae Irwanto Sucipto; Wildan Muhlison
Jurnal Penelitian IPTEKS Vol 8, No 2 (2023): JURNAL PENELITIAN IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ipteks.v8i2.19600

Abstract

Azadirachta indica, Melia azedarach, dan Piper betel merupakan tanaman yang sudah dikenal dalam dunia pestisida nabati. Berbeda dengan tanaman sirih, tanaman mimba dan mindi khasiatnya dalam pestisida nabati dikenal dalam mengendalikan serangga tetapi masih sangat jarang diketahui untuk pengendalian patogen. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pengujian ekstrak tanaman Azadirachta indica, Melia azedarach dan Piper betel  terhadap penghambatan pertumbuhan Xanthomonas. oryzae pv. oryzae secara in vitro dilakukan dengan Metode Difusi Cakram kertas. Pengamatan penghambatan pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae oleh ekstrak tumbuhan dilakukan 24 jam setelah perlakuan dengan mengukur lebar zona bening yang terbentuk disekitar kertas saring. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program Statistical Analysis System (SAS). Perlakuan yang berpengaruh diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf α = 0,05. Berdasarkan hasil uji daya hambat, semua larutan uji pestisida nabati memiliki aktivitas daya hambat dengan persentase daya hambat yang berbeda. Menurut hasil analisis ragam, daya hambat tertinggi yang mencapai 50% ditunjukkan oleh larutan uji SI5, yaitu sebesar 73.81%.  Perlakuan lain yaitu MN3 sampai MM5 tidak memiliki perbedaan nyata diantara perlakuan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa tiap perlakuan memiliki potensi yang besar sebagai antibakteri dengan potensi yang menyerupai antibiotik chloramfenicol.
SODIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN FORMULASI GRANULAR NEMATODA ENTOMOPATOGEN, Steinernema sp. Irwanto Sucipto
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 4 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, November 2023 (In Progress)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i4.6469

Abstract

Salah satu alternatif yang berpotensi sebagai agen hayati untuk hama Lepidiota stigma Fabr. (Coleoptera: Scarabaeidae)adalah nematoda entomopatogen karena aman, aktif mencari inang, memiliki kisaran inang yang luas dan ramah lingkungan. Meskipun juvenil infektif nematoda entomopatogen dapat disimpan selama beberapa bulan di air dalam refrigator, biaya yang mahal dan kesulitan mempertahankan kualitas menjadi penghalang pada metode ini. Jadi, biasanya nematoda diformulasikan dalam bentuk padat atau semi padat setelah diproduksi. Salah satu metode formulasi yang dapat digunakan adalah formulasi gel alginat. Pengamatan dilakukan terhadap tiga variabel yaitu ketahanan bentuk formulasi gel alginat, viabilitas dan virulensi Steinernema sp. isolat lokal pada formulasi gel alginat. Ketahanan bentuk formulasi ditentukan dengan mengukur ukuran formulasi menggunakan alat pengukur (penggaris). Viabilitas nematoda ditentukan dengan membandingkan jumlah nematoda hidup (per gram granul dan per 10 gram granul) sedangkan virulensi nematoda ditentukan dengan menghitung persentase kematian L. stigma dan Tenebrio molitor pada setiap perlakuan. Pengamatan ketahanan bentuk formulasi, viabilitas dan virulensi tersebut diamati setiap minggu selama 2 bulan setelah pembuatan formulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi gel alginat akan lebih stabil dan tahan lama apabila disimpan pada suhu 200C. Kombinasi jenis isolat dan suhu penyimpanan untuk formulasi gel alginat yang terbaik adalah penggunaan Steinernema sp.isolat Kediri yang disimpan pada suhu 200 C karena viabilitasnya lebih tinggi daripada isolat lainnyaÂ