Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS PADA PELAJAR TK DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2019 Ardiya Garini; sri hartini harianja; Dian Adhe Bianggo NauE; Anton Syailendra
Jurnal LINK Vol 16, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1258.032 KB) | DOI: 10.31983/link.v16i1.5631

Abstract

Kecelakaan saat dijalan raya terjadi akibat kendaraan bermotor yang  bertabrakan, bisa mengakibatkan kehancuran, luka, hingga kematian. Tidak ada yang bisa menduga waktu dan lokasi akan terjadinya kecelakaan. Jumlah penduduk yang cukup padat dan pembangunan yang pesat menyebabkan mobilitas penduduk menjadi tinggi bisa meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas. Pada kasus kecelakaan ini kadangkala diperlukan penanganan yang cepat untuk menyelamatkan nyawa korban misalnya dengan tindakan transfusi darah. Rendahnya pengetahuan tentang golongan darah yang dimiliki korban bisa mengakibatkan penanganan tindakan transfusi darah menjadi terlambat dan menyebabkan kematian. Golongan darah ABO dan Rh adalah golongan darah yang paling penting meskipun beberapa golongan darah yang lain telah ditemukan sejauh ini. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan informasi tentang jenis golongan darah yang dimiliki oleh masing-masing pelajar TK, kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan distribusi frekuensi golongan darah sistem ABO yang dimiliki oleh pelajar TK, diperoleh hasil golongan darah A lebih banyak jumlah nya dari golongan darah lainnya dan seluruh responden mempunyai Rhesus positif (Rh+). 
HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG TAHUN 2016 DENI PURWA AJI; ARDIYA GARINI
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 12 No 1 (2017): JPP Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.428 KB)

Abstract

Soil Transmitted Helminth (STH) adalah kelompok nematode usus yang penularannya melalui tanah. Infeksi STH dapat menyerang semua umur namun angka tertinggi didapatkan pada anak SD yakni 60-80%. Infeksi STH dapat menyebabkan gizi buruk, pertumbuhan fisik dan mental yang kurang baik, anemia, serta kemunduran intelektual pada anak. Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit dan kadar hemoglobin (hb) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen yang cukup kejaringan perifer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara infeksi STH dengan anemia padasiswa SD. Jenis penelitian ini adalah survey analitik korelatif dengan pendekatan Cross Sectional dan sampel diambil secara proportional random sampling. Pemeriksaan telur cacing menggunakan Metode Kato-Katz, sedangkan pemeriksaan Kadar Hb menggunakan metode POCTR esponden merupakan siswa SDN 170 kelas 5 dan 6 sebanyak 50 orang. Hasil penelitian menunjukan dari 50 siswa ada sebanyak 6 orang (12%) yang terinfeksi STH dan semuanya menderita anemia. Hasil uji statistic Chi-Squar menunjukkan bahwa ada hubungan antara infeksi STH dengan anemia (p value 0,003). Disarankan kepada para siswa agar dapat menjaga kebersihan diri, selalu menggunakan alas kaki pada saat bermain, serta memperhatikan asupan gizi setiap harinya.
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK VEGETARIAN DENGAN ANEMIA DI INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY KOTA PALEMBANG NABELLA ERLIANI; ARDIYA GARINI; M IHSAN TARMIZI
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 10 No 1 (2015): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6167.089 KB)

Abstract

Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Anemia adalah penyakit kurang darah yang sebagian besar disebabkan oleh konsumsi makan yang dimakan kurang mengandung besi. Kurangnya konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya daripada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi, sehingga sangat berisiko terhadap terjadinya anemia. Hal inilah yang membuat kaum vegetarian sering dicurigai lebih rentan terkena anemia ketimbang kelompok non-vegetarian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan faktor-faktor karakteristik vegetarian (kelompok umur.jenis kelamin.jenis vegetarian dan lamanya menjadi vegetarian) dengan anemia di Indonesia Vegetarian Society (IVS) Kata Palembang Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode yang dipakai adalah cara automatik. Data yang didapat dianalisis menggunakan uji Chi Square. Jumlah sampel 40 orang vegetarian anggota IVS. Hasil 14 orang vegetarian (35%) yang mengalami anemia dan 26 vegetarian (65%) tidak mengalami anemia. Hasil 6 orang vegetarian (42,9%) menderita jenis anemia mikrositik-hipokromik, 8 orang vegetarian (5 7, 1 %) menderita jenis anemia normositik-normokromik dan tidak ada yang menderita jenis anemia makrositik-normokromik. Dari hasil uji statistik yang dilakukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin (p value: 0,036) dengan anemia. Sedangkan untuk kelompokumur (p value: 1,000),jenis vegetarian (pvalue: 0,453) dan lamanya menjadi vegetarian (p value: 0,316) tidak ada hubungan dengan anemia. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dan melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan sediaan apus darah untuk melihat morfologi eritrosit.
Perbandingan Hasil Hitung Jumlah Trombosit Secara Otomatik Pada Darah Yang Ditambahkan Antikoagulan NA2EDTA 10% Dengan K2EDTA VACUTAINER Ardiya Garini
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 11 (2012): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.056 KB)

Abstract

Pemeriksaan jumlah trombosit sangat dipengaruhi ketepatan perbandingan pemberian dosis EDTA dengan volume darah. Ketepatan dosis Na2EDTA 10 % sangat tergantung dari ketrampilan, ketelitian dan pengalaman petugas laboratorium, sedangkan K2EDTA vacutainer mempunyai perbandingan dosis antikoagulan dengan volume darah yang tepat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan membandingkan jumlah trombosit pada darah yang ditambahkan antikoagulan Na2EDTA 10 % dengan K2EDTA vacutainer dengan menggunakan alat otomatik Sismex XT 2000i. Metoda yang digunakan adalah Electronik impedance dengan laser optik dan fluorescence. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit pada pemberian antikoagulan Na2EDTA 10 % dengan K2EDTA vacutainer. Analisa data menggunakan uji t paired. Sampel pemeriksaan dalam penelitian adalah pasien yang datang melakukan check up kesehatan dimana penelitian dilakukan di Laboratoriun Rumah Sakit RK Charitas Palembang dari tanggal 2 - 30 januari 2011. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan kedua antikoagulan tersebut di atas didapat hasil thit =14.060 dan t tab = 1.960 yang berarti ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan pada laboratorium agar menggunakan antikoagulan K2EDTA vacutainer, karena ditemukan perbedaan yang bermakna pada perhitungan jumlah trombosit.
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Cara Westergren Menggunakan Darah Edta Tanpa Pengenceran Dengan Cara Otomatik Ardiya Garini
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 12 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.039 KB) | DOI: 10.36086/jpp.v1i12.142

Abstract

Laju Endap Darah merupakan salah satu parameter pemeriksaan darah lengkap yang menggambarkan perbandingan antara eritrosit dan plasma. Peningkatan Laju Endap Darah merupakan respon yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara otomatik. Jenis penelitian ini adalah potong lintang. Sampel yang digunakan adalah 50 orang laki-laki yang melakukan general cek-up calon pegawai pada instansi BUMN dengan usia 19 – 35 tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi statistik hasil laju endap darah cara Westergen menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran memiliki median 5,00 dan hasil laju endap darah minimumnya 1 mm/jam dan maksimumnya 20 mm/jam. Distribusi statistik laju endap darah cara Otomatik memiliki median 5,00 dan hasil laju endap darah minimumnya 1 mm/jam dan maksimumnya 14 mm/jam. Berdasarkan Uji statistik yang dilakukan didapat hasil p value = 0,084, berarti Ha ditolak yang artinya tidak ada pengaruh rata-rata hasil pemeriksaan laju endap darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara Otomatik. Dari hasil tersebut dapat disimpukan bahwa tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara otomatik. maka dari itu diharapkan pada klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laju endap darah untuk melakukan diagnosa dan pengobatan bagi masyarakat yang membutuhkan .
Gambaran Jumlah Leukosit Pada Tukang Ojek Yang Merokok Di Pasar Km 5 Palembang Tahun 2013 Ardiya Garini; Sri Hartini Harianja; Witi Karwiti; Uci Astari
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 14 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.109 KB)

Abstract

Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang mengandung inti, dan berperan khusus dalam sistem imun dalam tubuh. Jumlah normal leukosit dalam darah manusia yaitu 5000-10000 sel/mm darah. Salah satu penyebab jumlah leukosit meningkat adalah kebiasaan merokok. Penelitian ini bersifat deskriftif observasional dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan penelitian pada satu waktu saja dan tidak bersifat kontinu. Sampel penelitian ini berjumlah 54 responden yang diambil secara accidental sampling, pada tukang ojek yang merokok di pasar KM 5 Palembang tahun 2013. Kemudian sampel di periksa dengan alat sysmex XT 4000i dengan menggunakan metode blood cell counter analyzer. Hasil penelitian distribusi frekuensi jumlah leukosit dari 54 responden didapatkan 48 responden (88,9%) jumlah leukosit normal, sedangkan 6 responden (11,1%) leukositosis. Dari 25 responden yang usia perokok berisiko didapatkan 19 responden (76,0%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (24,0%) leukositosis. Dari 20 responden yang menghisap rokok jenis nonfilter didapatkan 14 responden (70,0%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (30,0%) leukositosis. Dari 48 responden yang merokok relatif lama didapatkan 42 reponden (87,5%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (12,5%) leukositosis. Dari 16 responden yang kategori perokok berat didapatkan 10 responden (62,5%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (37,5%) leukositosis. Dengan demikian masyarakat agar mengurangi kebiasaan merokok bahkan berhenti merokok karena merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Ardiya Garini
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 13 No 2 (2018): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v13i2.234

Abstract

Latar belakang : Gagal ginjal merupakan kondisi yang mengakibatkan ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makan normal. Faktor utama penyebab anemia pada gagal ginjal kronik disebabkan berkurangnya sel darah merah akibat turunnya kadar hormon eritropoetin (EPO). Salah satu terapi pada pasien gagal ginjal kronik adalah dengan hemodialisis, tetapi cara ini dapat menimbulkan komplikasi diantaranya anemia yang semakin parah. Tujuan : untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berdasarkan umur, jenis kelamin, lama sakit dan lama hemodialisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian di RSI Siti Khodijah Palembang dengan jumlah 48 sampel. Hasil : Rata-rata kadar hemoglobin = 8,065 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin perempuan = 7,794 gr/dl, laki-laki = 8,213 gr/dl Rata-rata kadar hemoglobin remaja = 6,150 gr/dl, dewasa = 7,831 gr/dl, lansia 8,273 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin dengan lama sakit ≤ 3 bulan = 6,750 gr/dl dan > 3 bulan = 8,122 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin dengan lama hemodialisis ≤ 12 bulan = 7,600 gr/dl, > 12 bulan = 8,186 gr/dl. Kesimpulan : Kadar hemoglobin yang rendah didapat pada pasien jenis kelamin perempuan, berumur remaja, lama sakit ≤ 3 bulan dan lama hemodialisis ≤ 12 bulan.
PERBANDINGAN TEKNIK HOMOGENISASI DARAH EDTA DENGAN TEKNIK INVERSI DAN TEKNIK ANGKA DELAPAN TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT Hartina Hartina; Ardiya Garini; M. Ihsan Tarmizi
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 13 No 2 (2018): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v13i2.239

Abstract

Tahapan pra analitik sangat penting untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat. Spesimen yang tidak dihomogenkan dengan baik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah sel dalam darah khususnya darah yang menggunakan antikoagulan EDTA. Menurut Decie and Lewis, homogenisasi dilakukan menggunakan teknik inversi dengan membolak-balikkan tabung 8 sampai 10 kali. Namun teknik inversi ini tidak semuanya dilakukan oleh ATLM, sebagian ATLM menggunakan teknik homogenisasi dengan membentuk angka delapan. Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang adekuat dapat menyebabkan agresi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah trombosit pada darah yang dihomogenkan dengan teknik inversi dan teknik angka delapan menggunakan Automatic Hematology Analyzer Sysmex KX-21. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratotium Kesehatan Palembang pada bulan Maret-Juni 2018. Sampel diambil dari pasien yang melakukan pemeriksaan darah lengkap di Balai Besar Laboratorium Kesehatan sebanyak 33 responden. Dari analisis uji statistik parametrik t paired sample test didapat nilai p = 0,001 artinya yang signifikan pada jumlah trombosit darah EDTA yang dihomogenkan dengan teknik inversi dan teknik angka delapan. Disarankan pada ATLM sebaiknya darah EDTA dihomogenkan dengan teknik inversi agar didapatkan hasil yang akurat.
ANALISIS JUMLAH TROMBOSIT PADA IBU HAMIL PREEKLAMSIA DI KOTA PALEMBANG Ardiya Garini; Erisa Febriyani; Sri Hartini Harianja; Septi Wulandari; Yusneli Yusneli; Tiara Oktavia
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 3 No 1 (2023): Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v3i1.1696

Abstract

Latar Belakang: Preeklamsia merupakan kondisi pada ibu hamil dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria tinggi pada akhir kehamilan atau lebih dari 20 minggu kehamilan. Preeklamsia menyebabkan disfungsi endotel, dan vasospasme atau vasokontriksi. Vasospame memicu agregasi trombosit sehingga menyebabkan penggunaan trombosit meningkat dan menyebabkan trombositopenia. Metode: Jenis penelitian yang digunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami preeklamsia di RSIA Rika Amelia Kota Palembang tahun 2021 dan mempunyai rekam medis pemeriksaan jumlah trombosit dan diambil dengan teknik total sampling berjumlah 105 pasien. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit menggunakan metode otomatik dengan alat hematology analyzer Dirui BCC-3600. Hasil: Didapatkan rata- rata jumlah trombosit 296.77 K/μl dengan jumlah trombosit terendah 107 K/μl dan jumlah trombosit tertinggi 548 K/μl. Berdasarkan umur, pada 35 ibu hamil preeklamsia dengan umur berisiko didapat rata- rata jumlah trombosit 277 K/μl sedangkan pada 70 pasien dengan umur tidak berisiko didapatkan rata- rata jumlah trombosit adalah 306 K/μl, dari pengujian T-test di peroleh P value = 0,149. Berdasarkan usia kehamilan, pada 35 ibu hamil preeklamsia dengan usia kehamilan < 37 minggu diperoleh rata- rata jumlah trombosit adalah 306 K/μl sedangkan pada 70 ibu hamil preeklamsia dengan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu diperoleh rata- rata jumlah trombosit adalah 292 K/μl, dari pengujian T-test di peroleh P value = 0,514 Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap jumlah trombosit pada ibu hamil preeklamsia berdasarkan umur ibu dan usia kehamilan.