Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERSEPSI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK ( Studi Kasus di MI Se-Kecamatan Mlarak) Kharisul Wathoni
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v10i1.814

Abstract

Berita terkait pelecehan seksual terhadap anak di berbagai penjuru tanah air dari hari ke hari semakin menunjukkan perkembangan yang menghawatirkan. Dari semua itu yang paling mengejutkan adalah pelecehan seksual ini terjadi di sekolah yaitu sebuah institusi yang dianggap “paling aman” bagi orang tua “menitipkan” anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Namun alih-alih ingin mendapatkan pendidikan dan pengajaran justru anak-anak mereka mendapat perlakuan yang tidak senonoh yang dilakukan oleh orang seharusnya melindungi mereka dan menjadi pengganti orang tua mereka.Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)[1] mengungkapkan kasus kekerasan seksual di Indonesia menunjukan trend peningkatan. Berdasarkan pantauan KPAI, terjadi peningkatan 20 hingga 30 persen. Peningkatan itu signifikan dan membahayakan."Yang pasti, akses anak terhadap internet meningkat serta fasilitas yang mudah diperoleh ke anak masif," ujar Asrorun Niam kepada wartawan seusai jumpa pers 'Darurat pornografi dan kekerasan seksual terhadap anak di kantor KPAI, Jakarta Pusat.[2] Dari sini sini bisa dipahami trouble maker dari semua ini adalah terbukanya pintu pornografi[3] secara bebas.Menurut Aris Merdeka Sirait, Ketua Umum Komnas PA, lingkungan sekolah sebagai tempat merebaknya kekerasan seksual,  tidak lebih disumbang peranan guru di sekolah yang tidak menempatkan fungsinya dalam membangun emosional, karakter dan aklak di sekolah. Saat ini, aspek tersebut sulit ditemukan di lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, sistem pendidikan di Indonesia perlu dibenahi mulai dari pola rekrutmen guru, karena sistem tidak hanya berkaitan dengan proses belajar mengajar, tetapi kedepan harus diimbangi dengan EQ. Peranan guru yang tidak maksimal di sekolah membuat dunia pendidikan kurang bisa memainkan peranannya dalam mencetak manusia Indonesia yang berkualitas.Fenomena di atas menggambarkan salah satu dimensi fakta abnormal tentang seks yang terjadi di kalangan anak maupun remaja, walaupun dalam konteks di atas anak lebih menjadi korban. Di sisi lain ada hal yang juga menjadi keprihatinan terkait remaja dan anak Jumlah kasus remaja atau ABG yang hamil di luar nikah belakangan ini semakin memprihatinkan kita. Betapa tidak, setiap tahun angka tersebut terus bertambah sejalan dengan semakin longgarnya nilai-nilai sosial, agama dan etika pergaulan di tengah masyarakat kita. Paling tidak pergaulan bebas yang kini banyak dianut oleh kaum remaja di tanah air, telah berkontribusi terhadap tingginya angka kasus-kasus aborsi di tanah air tercinta ini.Selain itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfa Anshori  pernah melakukan penelitian bersama Pusat Kajian Kesehatan Perempuan Universitas Indonesia (UI) soal aborsi pada 2003. Dari penelitian itu tercatat rata-rata terjadi 2 juta kasus aborsi per tahun. Lalu pada tahun berikutnya, 2004 penelitian yang sama menunjukkan kenaikan
Pendidikan Islam Multikultural sebagai Upaya Meneguhkan Moderasi Islam di Pesantren Siti Rohmaturrosyidah Ratnawati; Kharisul Wathoni
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.425

Abstract

Violence, conflict, and terrorism in the name of religion often occur in Indonesia. These led to the emergence of prejudice and public perception that pesantren as educational institution which contributed to growing the seeds of fanaticism and radicalism. However, not all pesantrens act as they think and accuse. There are still a lot of pesantrens that remain consistent in instilling the values of Islam’s moderation in their students to this day, including Pondok Modern Arrisalah, one of pesantrens in Ponorogo that has implemented multicultural Islamic education because it has many students with different backgrounds in terms of region, ethnicity, language, culture, and class. This study aims to describe and analyze the implementation of multicultural Islamic education at Pondok Modern Arrisalah Slahung Ponorogo as an effort to strengthen the moderation vision of Islam to its students. The researcher in this case used the type of field research and a qualitative descriptive approach. The research data were collected through interview, observation, and documentation techniques. The results show that Pondok Modern Arrisalah has implemented multicultural Islamic education which can be seen from various aspects, namely the curriculum, supporting programs and activities, the creation of a religious-multicultural culture and gender relation in it.
Building Public Trust through The Excellency Program; A Study on Tahfidz Branding in Pesantren Ima Rahmawati; Harles Anwar; Kharisul Wathoni; Izzul Maromi
JURNAL AL-TANZIM Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Nurul Jadid University, Probolinggo, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33650/al-tanzim.v7i1.3897

Abstract

This study aims to understand the tahfidz branding strategy by Islamic boarding schools to build public trust. This study uses a qualitative approach, using interviews, observation and documentation to obtain valid and accurate data. The data analysis was carried out circularly, starting with data collection, data reduction, data presentation and concluding. The results showed that the branding of tahfidz Al-Qur'an at the Pondok Pesantren Nurul Jadid and Pondok Pesantren Modern Sahid in building public trust was carried out through sima'an activities, syi'ar through You Tube media, Musabaqoh Al-Qur'an, delegation to caravans in various activities. This research has implications for the importance of designing a superior product for educational institutions as a medium to increase public trust.