Judi Januadi Endjun
UPN Veteran Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penggunaan Drawing Pen Tablet sebagai Media Pembelajaran Cardiotocography di Masa Pandemi Covid-19 Leni Suhartini; Judi Januadi Endjun
Maternal & Neonatal Health Journal Vol 2 No 2 (2021): Maternal & Neonatal Health Journal
Publisher : Neolectura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.128 KB) | DOI: 10.37010/mnhj.v2i2.324

Abstract

Pemantauan kesejahteraan janin (PKJ) sangat penting semasa penjagaan dan kelahiran antenatal. Alat elektronik yang digunakan untuk memantau kesejahteraan janin adalah kardiotokografi (CTG). Melalui CTG, kekerapan dan kebolehubahan kadar denyutan jantung janin (FHR), kontraksi rahim, dan pergerakan janin dapat dipantau pada masa yang sama. Penggunaan media tablet pena menggambar membantu pensyarah ketika menjelaskan cara membaca dan memahami corak rekaman yang digambarkan di atas kertas. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui faedah menggunakan tablet pen lukisan sebagai alat pembelajaran CTG semasa pandemi Covid-19. Kaidah penyelidikan: reka bentuk penyelidikan pra-eksperimen dengan ujian pretest-post satu kumpulan. Sampel kajian ini adalah 58 orang pelajar Program Pengajian Kebidanan D-3 STIKes RSPAD Gatot Soebroto. Data kajian diperoleh menggunakan skor pretest (ujian awal) dan ujian pasca (ujian akhir). Analisis data menggunakan uji beda uji t dengan tahap signifikan 5%. Hasilnya, skor min pada pretest adalah 61.03 dengan sisihan piawai 10.99. Setelah mendapatkan bahan dengan bantuan melukis media tablet pen dan menjalankan praktikum pemantauan kesejahteraan janin, ujian akhir dilakukan, nilai rata-rata adalah 71.03 dengan sisihan piawai 19.84. Perbedaan min antara ujian awal dan akhir adalah 10.345 dengan sisihan piawai 21.416. Hasil ujian statistik memperoleh nilai signifikan 0.001, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ujian awal dan ujian akhir praktikum pemantauan kesejahteraan janin. Media pembelajaran tablet pena melukis membantu pemahaman dalam pembelajaran CTG.
Etika Pemusnahan Zigot pada Proses Fertilisasi In Vitro Judi Januadi Endjun; Azharul Yusri; Mohammad Baharuddin; Fadlika Harinda; Budi Wiweko
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 5, No 2 (2021): VOL 5, NO 2 (2021)
Publisher : Majelis Kehormatan Etik Indonesia PBIDI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Hukum yang mengatur pengelolaan teknologi reproduksi terbantu (TRB) belum komprehensif. TRB merupakan kemajuan teknologi kesehatan yang dapat membantu pasangan memiliki anak di luar cara alamiah. Mekanisme dilakukan dengan membekukan embrio dengan nitrogen cair sehingga embrio tetap viabel dan sewaktuwaktu dapat ditanamkan ke dalam rahim. Sudah banyak peraturan yang mengikat tentang pemanfaatan TRB, di antaranya UU no. 36 tahun 2009, PP no. 61 tahun 2014, dan Permenkes no. 43 tahun 2015. Ditinjau dari segi etik, salah satu lafal sumpah dokter yang berbunyi “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan” menjadi landasan etik pengelolaan TRB. MUI juga telah mengeluarkan fatwa bahwa TRB merupakan usaha yang dibolehkan untuk memiliki anak, namun dengan batasan-batasan tertentu. Namun, hingga kini, pemusnahan sisa embrio yang sudah tidak digunakan lagi masih belum memiliki payung hukum yang jelas sehingga diperlukan revisi KUHP dan UU lex spesialis untuk memperjelas status bahwa tindakan medis tanpa niat jahat tidak termasuk hukum pidana.Abstract Regulation which manage the use of In Vitro Fertilization (IVF) is not comprehensive yet. IVF is an advanced in health reproduction technology which facilitates couples to concieve in a way other than the natural one. IVF was done by freezing the embryo with liquid nitrogen so the embryo stay viable and can be implanted in the uterus at any time. There are many regulations regarding the use of IVF, including Constitution no. 36 of 2009, Government Regulations no. 61 of 2014, and Ministry of Health Regulations no. 43 of 2015. From an ethical point of view, in one of Hippocratic Oath for physician is said that “I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception” has become the ethical basis for IVF. Indonesian Ulema Council (MUI) has also issued a fatwa which stated that IVF is an effort that is allowed to have children, but with certain limitations. However, until now, the extermination of the remaining embryos that are no longer needed still has no legal clarity, so that an amandement of the criminal code (KUHP) and the Lex Specialist Law is needed to clarify the status that medical actions without malicious intent are not included in the criminal law.