Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DIFERENSIASI WANDA-WANDA ARJUNA GAGRAK SURAKARTA DALAM PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN SECARA MATEMATIS Ratna Cahaya Wirawan; Yasraf Amir Piliang; Ira Adriati; I Irfansyah
Jurnal Sosioteknologi Vol. 19 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2020.19.1.1

Abstract

Arjuna dalam wayang kulit memiliki bentuk ekspresi (disebut dengan wanda) yang penciptaannya didasarkan pada bentuk dan posisi tubuh dan diidentifikasi dengan menggunakan rasa. Penelitian ini melangkah lebih jauh dari sekedar rasa untuk mencari diferensiasi secara terukur pada wanda-wanda Arjuna dan membaca pola dari diferensiasi tersebut. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan mengukur dan menghitung secara matematis elemen-elemen Arjuna wayang kulit. Arjuna wayang kulit dalam penelitian ini dilihat sebagai suatu struktur di mana setiap elemen-elemennya terkait satu sama lain sehingga dapat diketahui diferensiasinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pola diferensiasi yang bersifat kontinum dari tiga yang menjadi obyek penelitian, di mana wanda Kinanthi mengantarai diferensiasi wanda Kedhu yang menjadi patokan (titik awal) dan wanda Muntap yang menjadi titik akhir. Pola yang muncul ini dapat digunakan untuk memperkirakan arah penciptaan wanda berikutnya.
NILAI ESTETIS BATIK GARUT PEGUNUNGAN DAN PESISIR Ira Adriati
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 1 (2019): NUSANTARA & MEDIA
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no1.a2117

Abstract

Batik is a result of a tradition of ownership owned by various regions in Indonesia. One ofthe areas in West Java is known as Batik Priangan, including the region of Garut. Each regionin Priangan has a batik that is batik with unique motifs and coloring in each region. In this paper,it describes the aesthetic value of batik Garut in the mountainous areas with the coastal areas.This research uses historical approach, the value of tradition-oriented, and in cultural acculturation.Based on the analysis, it can be known that the waters can be different from the visualizationof batik motifs in the mountainous regions, which tend to be classic motifs, typical of the latenight and the coast of the region. The other difference appears from the ability of the craftsmen,the craftsmen in the mountainous regions show more detailed and smooth skills, while on thecoast there is no detail.
ANALISIS STRATEGI AKTUALISASI DIRI SASYA TRANGGONO PEREMPUAN PERUPA INDONESIA DALAM MASA PANDEMIK COVID-19 Ira Adriati
Jurnal Budaya Nusantara Vol 4 No 2 (2021): NUSANTARA & RUANG VIRTUAL
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol4.no2.a4023

Abstract

Sasya Tranggono is an Indonesian female artist who works with the subjects of puppets, flowers and butterflies. Her work is well known in the Indonesian art social scenes; she has actualized herself. In this research condition analyzes the self-actualization process during the Covid-19 pandemic. This research is a qualitative research. Using Abraham Maslow's theory of self-actualization which has been converted to fine arts, Hans Van Maneen's theory for the exhibition process, and Hennessy's theory relating to publication on social media. Based on the analysis, it can be seen that Sasya Tranggono tries to maintain her self-actualization even through social media such as Instagram and the web. She has collaborated with several galleries to exhibit her work online and offline. All of her publication strategies kept her at the pinnacle of self-actualization.
MANIFESTASI LAMBI TEI, TENUN IKAT ASAL ROTE NDAO Retno Walfiyah; Ira Adriati
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32859

Abstract

The manifestation of Lambi tei, ikat weaving from Rote Ndao is one of the many cultural products of the people on the island of Rote Ndao, namely a special ikat called Lambi Tei made using young gewang leaf fibers or called hakenak. In the past, when cotton had not been planted in Rote, at the behest of the Dutch through the cultur stelsel, the people of Rote made clothing from the fibers of young gewang leaves. The motifs emerged when cotton was present and then people made yarn. When the nobility made patterned cloth, the commoners only weaved plain cloth and then dyed it black. Rote Island is located at the southern tip of Indonesia and Lambi Tei ikat weaving has a dominant role in almost every activity of the Rote Ndao community, especially its function during traditional wedding rituals, funeral ceremonies, and is one of the benchmarks for women's maturity. Initially, the fibers used were young gewang leaves without motifs which later developed into a unique motif and became the pride of every clan (family). Each clan will have a distinctive motif, and usually the to'o (uncle) of the mother's family becomes the leader for the delivery of cloth. The characteristic color of Rote ikat weaving is black and white. The natural color used is thread soaked in mud in the lake where the animals wallow for months then soaked in pama'a, which is the skin of the nitas fruit, which is burned and then the ashes are soaked. Using qualitative methods, collecting data by interviewing related sources and studying Pustaka. Rote Ndao ikat weaving is very closely related to people's lives. Family motifs are considered valuable because they are hereditary. The Rote Ndao ikat motif is a manifestation of their life.Keywords: lambi tei, tenun ikat, gewang. AbstrakManifestasi Lambi tei, tenun ikat asal Rote Ndao adalah satu dari banyak produk budaya masyarakat di pulau Rote Ndao adalah tenun ikat khas bernama Lambi Tei dibuat menggunakan serat daun gewang muda atau disebut dengan hakenak. Di masa lalu saat kapas belum ditanam di Rote atas perintah belanda melalui cultur stelsel penduduk Rote membuat busana dari serat daun gewang muda. Motif-motif muncul ketika kapas hadir dan kemudian orang membuat benang. Ketika kaum bangsawan membuat kain yang bermotif, rakyat jelata hanya menenun kain polosan dan kemudian diwarnai hitam. Pulau Rote terletak di ujung selatan Indonesia dan tenun ikat Lambi Tei memiliki peran yang dominan pada hamper setiap aktivitas masyarakat Rote Ndao, terutama fungsinya ketika acara ritual adat pernikahan, upacara kematian, dan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan perempuan. Awal mula yang digunakan adalah serat daun gewang muda tanpa motif kemudian berkembang menjadi  motif yang unik dan menjadi  kebanggaan setiap marga (family). Setiap marga akan memiliki motif khas, dan biasanya to’o (paman) dari keluarga ibu menjadi pimpinan untuk penyerahan kain. Ciri khas warna tenun ikat Rote adalah warna hitam dan putih. Warna alami yang digunakan adalah benang yang direndam dalam lumpur di danau tempat berkubangnya hewan-hewan selama berbulan-bulan kemudian direndam dalam pama’a yaitu kulit buah nitas dibakar kemudian abu tersebut direndam. Menggunakan kualitatif, melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara sumber terkait dan studi Pustaka.Tenun ikat Rote Ndao sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya. Motif keluarga dianggap sebagai sesuatu yang berharga karena bersifat turun temurun. Motif tenun ikat Rote Ndao merupakan manifestasi kehidupan mereka.Kata Kunci: lambi tei, tenun ikat, gewang. Authors:Retno Walfiyah: Institut Teknologi BandungIra Adriati: Institut Teknologi Bandung References:Amalo, Gentry, “Kain Raja-Raja Termanu”. Hasil Wawancara Pribadi: 2 Mei 2021, Bandung.Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Haning, Paula. (2016). Fungsi Kain Tenun Ikat NTT, Asal-usul Bunga Sarung dan Selimut Orang Rote Ndao. http://paulahaning.blogspot.com/2016/02/fungsi-kain-tenun-ikat-ntt.html. (diakses tanggal 22 Mei 2021).James, J. Fox. (1960). Master Poets, Ritual Master The Art of Oral Composition Among the Rotenese of Eastern Indonesia. Australia: Australia Nation University.Lenggu, Margareth. (2020). Perempuan di Balik Tinta. Jakarta: Loka Media.Wilson, Markus Andreas T. (2014). Relasi Negara dan Masyarakat Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press.Melalatoa, Junus. (1995). M. Ensiklopedia Suku Bangsa D Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.Blanc, W. S., & Sukardja, P. (2016). Tenun Ikat Masyarakat Kampung Ndao di Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Humanis, 270-278.