Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DI PERAIRAN BATUBAO TELUK KUPANG DENGAN MENGGUNAKAN BIBIT PETIKAN (F2) L. M. Takanjanji; Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe; Yulianus Linggi
Jurnal Akuatik Vol 1 No 1 (2018): Jurnal Aquatik
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.988 KB)

Abstract

Abstract - The study has been conducted in Batubao,west region of Kupang, for 3 mounths, to know the rates of E. cottonii growing and carragenan content by second pitch of seaweed reding. The second pitch seeds were the newtreatent that thalus was pitched out from two times 25 days cultivation of F2_seed. The rates of growing and carragenan production of F2_seed was companing to 45 days cultivation of sea weed, a conventional seed called control seed. Both of seed eas cultivated subseguently for 45 days. The results shows that the biomas of F2_seed treatment raise to 636±23,30 g and control are 617±23,97 g. The carragenan protection of F2_seed are 7,2% and control are 6,4%. The corelysion is growing and carragenan production of F2_seed treatment are higher them the conventional seed. Keyword : Seaweed, Eucheuma cottonii, Growth, Carrageenan.
Performa Sosial Ekonomi Budidaya Makroalga Pesisir Kabupaten Kupang: Review Keberlanjutan Usaha 20 Tahun Sejak Insepsi Welem Turupadang; Marcelien Dj Ratoe Oedjoe; Sunadji Sunadji
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.483 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5956

Abstract

Makroalga sudah menjadi salah satu ciri khas komoditas perikanan budidaya di pesisir Kabupaten Kupang sejak insepsinya awal tahun 2000-an. Adapun tujuan review ini untuk untuk memberikan gambaran sosial dan ekonomi tentang praktek sukses maupun kegagalan budidaya rumput pesisir Kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan pesisir Kabupaten Kupang, yakni Kupang Barat, Semau, Semau Selatan, dan Sulamu. Sembilan desa dan 27 responden terpilih secara acak untuk pengumpulan data melalui aplikasi Android ODK (Kobo Collect©). Secara umum, setelah dua dekade berjalannya budidaya rumput laut di Kabupaten Kupang ternyata telah memberikan kontribusi pada kesejahteraan bagi masyarakat pesisir. Masyarakat paling banyak memilih metode tali tunggal panjang (monoline/longline). Pada awalnya masyarakat pesisir menjadikan aktivitas ini sebagai alternatif saja, sekarang telah menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Kecamatan Semau dan Kupang Barat tercatat sebagai daerah dengan produkktivitas paling tinggi pesisir Kupang berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah di kedua kecamatan tersebut. Aktivitas padat karya dicirikan dengan lebih dari setengah keterlibatan anggota keluarga dalam proses budidaya. Tenaga kerja tergolong masih dalam usia produktif yaitu rata-rata 49 tahun bagi wanita dan 50 tahun bagi pria. Namun yang masih menjadi kendala adalah pemakaian repetitif propagul vegetatif serta pemakaian spesies tunggal.
BUDIDAYA IKAN DALAM EMBER (BUDIKDAMBER) DALAM MENINGKATKAN GIZI MASYARAKAT KOTA KUPANG Immaria Fransira; Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe; Felix Rebhung
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 5 (2023): Volume 4 Nomor 5 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i5.20504

Abstract

Permasalahan gizi pada kota Kupang beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Sehingga diperlukan usaha untuk mengatasi hal tersebut. Budidaya ikan dalam ember (budikdamber) menjadi kegiatan yang banyak digalakan sebagai usaha untuk meningkatkan gizi dalam rangka mengatasi stunting. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pelatihan terkait budikdamber pada masyarakat kota Kupang, dalam hal ini kelompok pemuda Gereja Kota Kupang. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemuda Gereja Kota Kupang akan berbudidaya ikan melalui teknik budikdamber, sehingga dapat tercipta sistem budidaya ikan dan sayuran untuk keperluan konsumsi yang dapat meningkatkan gizi masyarakat. Metode pada kegiatan ini adalah sosialisasi, penyuluhan dan demonstrasi. Hasil kegiatan ini adalah kelompok pemuda Gereja Kota Kupang memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait budikdamber. Dengan mendapat hal tersebut diharapkan akan berdampak bagi peningkatkan gizi masyarakat kota Kupang.
Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) sebagai Komoditas Unggulan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur [Seaweed (Kappaphycus Alvarezii) as Potential Commodity in Added Value Development for The Prosperity of Sumba Timur Regency Communities, Nusa Tenggara Timur Province] Marcelien Djublina Ratoe Oedjoe; Felix Rebhung; Sunadji Sunadji
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i1.10992

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi nilai tambah di antara tiga stakeholder utama pada usaha budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu pembudidaya, pedagang dan industri rumput laut telah dilakukan. Data kualitatif dan kuantitatif diperoleh lewat survei, observasi langsung, wawancara dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion, FGD). Sampel/unit usaha budidaya rumput laut diambil secara representative dan purposive. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif disertai perhitungan Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP) dan Benefit Cost ratio (B/C). Hasil menunjukkan nilai PBP = 0,72 yang berarti unit usaha dapat mengembalikan modal dalam 8 bulan. Nilai BEP per unit usaha budidaya rumput laut sebesar Rp. 3.435,77 dan BEP produksi sebesar 2.007,50 kg. Nilai B/C ratio 1.09 menunjukkan bahwa usaha rumput laut di lokasi study layak dilaksanakan. Nilai tambah pada pembudidaya sebesar Rp 3.575/kg, pedagang sebesar Rp 2.175/kg dan industri rumput laut sebesar Rp 41.000/kg. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pada tingkat kelayakan usaha budidaya rumput laut di NTT dewasa ini, nilai tambah tertinggi dinikmati oleh industri pengolahan rumput laut, diikuti pembudidaya dan pedagang.AbstractThis study aims to determine the distribution of value added among the three main stakeholders in seaweed farming in the Province of East Nusa Tenggara (NTT), namely the farmers, traders and seaweed industries. The study applied a qualitative and quantitative method through a survey, direct observation, and interviews. Data were representatively and purposively collected. The study used descriptive analysis, focus group discussion, and simple mathematics. Results showed that payback period was 0.72 meaning that the investment could be returned in 8 months; break-even point (BEP) per seaweed culture business unit was IDR. 3,435.77; the break-even point of production was 2,007.50 kg; benefit-cost (B/C) was 1.09 meaning that the seaweed culture was feasible to do. There were 3 successive seaweed marketing channels such as producer, collector, merchant, manufacturer, consumer, or direct delivery from producers to consumers, producer to collecting merchant, big merchant to the consumer. The added value was IDR. 3,575/kg for the seaweed farmer, IDR. 2,175/kg for big merchant, and IDR. 41,000/kg for seaweed industry.