Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS TERIPANG DI PANTAI LANDU, PULAU LANDU, KABUPATEN ROTE NDAO arnold christian hendrik; alefane ndun; Yanti Daud
Biocelebes Vol. 15 No. 1 (2021)
Publisher : Biology Department, Mathematics and natural science, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/bioceb.v15i1.15487

Abstract

Landu beach is a beach located on Landu Island, Southwest Rote District, Rote Ndao Regency, which is the southernmost district in Indonesia. Sea cucumbers are used by the coastal community of Landu Beach as food and sold to the market as a source of income. So far, it is not scientifically known the types of sea cucumbers and the level of sea cucumber diversity in the coastal waters of Landu. Therefore, this study aims to identify the diversity and abundance of sea cucumbers on Landu Beach, Landu Island, Rote Ndao Regency. This study used a survey method with the sampling technique using the quadratic transect method (quadrant transect method). With 5 transects, each transect consists of 5 plots. The data taken were in the form of sea cucumber species, the number of sea cucumbers per plot, and the state of the substrate per observation plot. The results of the study found 4 types of sea cucumber species in Landu Beach, namely Holothuria scabra, Holothuria arata, Holothuria leucospilota, and Bohadchia marmorata. The abundance of each type of sea cucumber found was Holothuria Scabra with the highest abundance value, namely 2.44 ind / m2 followed by Holothuria Arta (2.16ind / m2), Bohadchia Marmorata (1.92 ind / m2), and Holothuria Leucospilota (1.68 ind. / m2). Bohadchia Marmorata species has a frequency of 1.0 which means this species was found in the research plot seedlings. The next frequency values ​​are Holothuria Scabra (0.72), Holothuria Arta (0.68), and the lowest frequency value is Holothuria Leucospilota (0.60). For the diversity index value according to the Shannon-Wiener index (H ') ranges from 1.37 so it is categorized that Landu Beach has moderate diversity.
PENGARUH LAMA PERENDAMAN KNO3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PINANG (ARECA CATECHU LINN) Hartini R.L Solle; Sonya I Taniu; Arnold Christian Hendrik
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2022.6.1.16-28

Abstract

Pinang merupakan salah tanaman penting dalam kebudayaan NTT. Benih pinang yang keras sehingga memiliki dormansi menjadikan proses persemaian memakan waktu lama dan daya kecambahnya cenderung rendah. Sampai saat ini belum ada laporan tentang teknik perkecambahan pinang dengan menggunakan perendaman KNO3 untuk meningkatkan performa perkecambahan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui lama perendaman KNO3 dan konsentrasi KNO3 terhadap perkecambahan benih pinang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen RAL pola faktorial. Faktor dalam penelitian ini adalah konsentrasi KNO3(%) dan lama perendaman. Faktor konsentrasi KNO3 dengan 5 taraf perlakuan ditambah dengan 1 kontrol terdiri atas 0%, 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5%. Lama waktu perendaman dengan 3 taraf perlakuan terdiri atas 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Data dianalisis menggunakan ANOVA (uji F), dilanjutkan dengan uji DMRT. Berdasarkan hasil ANOVA, variasi konsentrasi KNO3 berpengaruh signifikan terhadap parameter pengamatan daya kecambah, kecepatan berkecambah dan nilai rata-rata perkecambahan harian. Perlakuan lama perendaman KNO3 dan kombinasi perlakuan variasi konsentrasi KNO3 dan lama waktu perendaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap daya kecambah, kecepatan berkecambah dan nilai rata-rata perkecambahan harian. Uji DMRT menunjukkan perlakuan perendaman dengan konsentrasi KNO3 0,4% dan 0,5% merupakan konsentrasi optimal untuk meningkatkan perkecambahan benih pinang.
STUDI ETNOBOTANI JENIS-JENIS TUMBUHAN BERACUN PADA SUKU DAWAN KECAMATAN FATULEU TENGAH, KABUPATEN KUPANG (Ethnobotany study of poisonous plants in Dawan Tribe Fatuleu Tengah Subdistrict, Kupang District) Arnold christian hendrik; Anriyani Ivanita Pinat; Apriliana Ballo
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.1.31-46

Abstract

AbstractPoisonous plants are plants containing a poison that can cause pain or death. The people of the Dawan Fatuleu Tengah tribe have used poisonous plants in their daily lives.  However, these types of poisonous plants have not been well documented. The purpose of the present study was to determine the types of poisonous plants and their utilization by the Dawan Fatuleu Tengah tribe. The data collection was conducted by interviewing the respondents for the use of poisonous plants. The obtained results showed that eight types of poisonous plants from six families used by the Dawan Fatuleu Tengah tribe, namely arbila nuts (Phaseolus lonatus L.), tubaroot (Deris elliptica L.), cassava (Manihot esculent), sengon (Paraserianthes faltacataria L.), ginje (Thevetia peruvianan), kecubung (Datura metel L.), ceremai (Phyllanthus acidus L.), and biduri (Calotropis gigantean L.). The Dawan Fatuleu Tengah tribe community uses these poisonous plants to poison fish in the river for consumption, as a natural pesticide, to kill insect disease vectors, and for attacking the enemy. AbstrakTumbuhan beracun merupakan tumbuhan yang mengandung racun dan dapat menyebabkan rasa sakit atau kematian. Masyarakat suku Dawan Fatuleu Tengah telah lama memanfaatkan tumbuhan beracun dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sampai saat ini jenis-jenis tumbuhan beracun tersebut belum terinventarisasi dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan beracun dan pemanfaatannya oleh suku Dawan Fatuleu Tengah. Teknik pengambilan data berupa pengambilan sampel responden dapat dilakukan dengan menghimpun keterangan melalui wawancara tentang pemanfataan tumbuhan beracun. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis tumbuhan beracun dari 5 famili yang dimanfaatkan suku Dawan Fatuleu Tengah yaitu kacang arbila (Phaseolus lonatus L.), akar tuba (Deris elliptica L.), ubi kayu (Manihot esculenta), sengon (Paraserianthes faltacataria L), ginje (Thevetia peruviana), kecubung (Datura metel L), ceremai (Phyllanthus acidus L), biduri (Calotropis gigantean L). Masyarakat suku Dawan Fatuleu Tengah memanfaatkan tumbuhan beracun tersebut untuk meracuni ikan di sungai untuk dikonsumsi, sebagai pestisida alami, untuk membunuh serangga vektor penyakit, dan juga untuk menyerang musuh
Karakteristik Getah Tumbuhan Berpotensi Sebagai Bahan Perekat Asal Desa Duawutun Kabupaten Lembata Felix Laba Gole; Arnold Christian Hendrik; Yanti Daud; James Ngginak; Sonya T.M Nge
Quagga : Jurnal Pendidikan dan Biologi Vol 15, No 1 (2023): QUAGGA : Jurnal Pendidikan dan Biologi
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/quagga.v15i1.4586

Abstract

Kabupaten Lembata merupakan daerah kepulauan yang kaya akan Sumber daya alam (SDA) hayati. Tumbuhan bergetah merupakan salah satu komoditi penting bagi masyarakat lembata. Perekat merupakan hal yang sangat penting dalam industri pengolahan kertas, kayu dan literatur lainnya. Jenis perekat yang digunakan dalam industri pengolahan sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh getah dari mangga, nangka, maja dan kudo untuk pembuatan perekat, kemudian memperoleh perekat kertas, dan membandingkan karakteristik perekat dari masing masing tumbuhan bergetah tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli-september di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Proses pengujian karakterisasi perekat dari getah  tumbuhan yaitu uji kenampakan, uji keasaman (pH), berat jenis perekat. Hasil pengamatan yang diperoleh pada pengujian nilai berat jenis pada perekat dekstrin dari getah nangka yaitu 1,05 gram, perekat dari getah mangga yaitu 1,00gram, perekat dari getah maja yaitu 1,03 gram, dan perekat dari getah kudo yaitu 1,15 gram. Nilai berat  jenis yang diperoleh  mendekati nilai berat  jenis air yaitu  1,00.(a) Uji kenampakan: getah nangka berwarna putih kecoklatan, getah maja berwarna orange, getah mangga berwarna kuning kecoklatan dan getah kudo berwarna cokelat kehitaman. (b) Tingkat keasaman (pH)  Mangga =6 pH;Nangka = 7pH;Maja = 3pH; dan Kudo = 5pH. (c) Berat jenis perekat getah pohon:Nangka = 1,05 g/cm3; Mangga= 1,00 g/cm3; Maja = 1,03 g/cm3; dan Kudo = 1,15 g/cm3.