Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Identifikasi Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Pantai Deri Dan Pantai Watotena Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur Hawan, Florensia Keneka; Bullu, Novi Ivonne; Ballo, Apriliana
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 22, No 1, Tahun 2020
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.78 KB) | DOI: 10.14710/bioma.22.1.15-25

Abstract

Gastropods are the class with the largest number of species, because it is a class of mollusk phylum that is most successfulin adapting to various types of marine and freshwater habitats to the terrestrial environment. The research was carried out on the identification of the types of gastropods in the Deri Beach and Watotena Beach with the aim to determine the type of gastropods in the region. The result of researchon the identification of the types of gastropods in the intertidal zone of Deri Beach and Watotena Beach found 9 types of gastropods, including Cypraea caputserpentis 14 individuals, Cypraea moneta 50 individuals, Nerita albicilla 86 individuals, Nerita polita 52 individuals, Nerita costata 39 individuals, Conus flavidus 24 individuals, Cantharus undosus 10 individuals, Morula granulate 213 individuals dan Drupa morum 25 individuals. The result of the calculation of the density  obtained the highest density on these two beaches there is the type of Morula granulate which is equal to 2,36 ind/m2 in Deri Beach with a relative density of 60,6%. Based on the calculation of values on both beaches this is categorized as having low diversity because the H’ < 1. Furthermore, in the calculation of the dominance index, values are found on both beaches close to 0 so it is categorized low. In addition, measurements were also taken environmental  parameters which include temperature, salinity, pH, and turbidity which result shows that Deri Beach  and Watotena Beach have decent conditions for gastropod life.
Uji Efektivitas Ekstrak Alkohol Daun Cengkeh (Syzigium aromaticum) Sebagai Repellent Semprot Terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) Bili, Risniati; Ballo, Apriliana; Blegur, Willem A.
SCISCITATIO Vol. 2 No. 1 (2021): Volume 2, Number 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/sciscitatio.2021.21.46

Abstract

Lalat rumah (Musca domestica) merupakan anggota dari familia Muscidae yang umum dijumpai pada daerah permukiman di Indonesia. Kebiasaan lalat rumah dalam mencari makanan pada sampah basah hasil buangan rumah tangga berpotensi menjadikannya vektor patogen penyebab penyakit diare. Daun cengkeh (Syzigium aromaticum) diketahui mempunyai senyawa fitokimia yang berpotensi sebagai pengusir lalat. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari konsentrasi ekstrak alkohol S. aromaticum yang efektivitas sebagai repellent semprot terhadap M. domestica dengan cara penyemprotan ekstrak ke wadah yang berisi ikan. Penelitian ini dirancang menggunakan metode ekperimental RAL sederhana dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Variasi konsentrasi 0% (control) 10%, 15%, 20%, 25% dari 1000 ppm. Analisis data menggunakan analisis uji statistik Anova versi SPSS 24 pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun cengkeh yang digunakan dalam repellent semprot, maka semakin banyak lalat yang menjauh. Kemampuan tolak repellent semprot terhadap lalat rumah adalah sebesar sebesar 83,7% untuk konsentrasi ekstrak 10%, 88,88% untuk konsentrasi ekstrak 15%, 91,10%untuk konsentrasi ekstrak 20% dan 95,55% untuk konsentrasi ekstrak 25% Ekstrak alkohol daun cengkeh berpotensi untuk digunakan sebagai bahan aktif repellent semprot yang efektif terhadap lalat rumah.
STUDI ETNOBOTANI JENIS-JENIS TUMBUHAN BERACUN PADA SUKU DAWAN KECAMATAN FATULEU TENGAH, KABUPATEN KUPANG (Ethnobotany study of poisonous plants in Dawan Tribe Fatuleu Tengah Subdistrict, Kupang District) Arnold christian hendrik; Anriyani Ivanita Pinat; Apriliana Ballo
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.1.31-46

Abstract

AbstractPoisonous plants are plants containing a poison that can cause pain or death. The people of the Dawan Fatuleu Tengah tribe have used poisonous plants in their daily lives.  However, these types of poisonous plants have not been well documented. The purpose of the present study was to determine the types of poisonous plants and their utilization by the Dawan Fatuleu Tengah tribe. The data collection was conducted by interviewing the respondents for the use of poisonous plants. The obtained results showed that eight types of poisonous plants from six families used by the Dawan Fatuleu Tengah tribe, namely arbila nuts (Phaseolus lonatus L.), tubaroot (Deris elliptica L.), cassava (Manihot esculent), sengon (Paraserianthes faltacataria L.), ginje (Thevetia peruvianan), kecubung (Datura metel L.), ceremai (Phyllanthus acidus L.), and biduri (Calotropis gigantean L.). The Dawan Fatuleu Tengah tribe community uses these poisonous plants to poison fish in the river for consumption, as a natural pesticide, to kill insect disease vectors, and for attacking the enemy. AbstrakTumbuhan beracun merupakan tumbuhan yang mengandung racun dan dapat menyebabkan rasa sakit atau kematian. Masyarakat suku Dawan Fatuleu Tengah telah lama memanfaatkan tumbuhan beracun dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sampai saat ini jenis-jenis tumbuhan beracun tersebut belum terinventarisasi dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan beracun dan pemanfaatannya oleh suku Dawan Fatuleu Tengah. Teknik pengambilan data berupa pengambilan sampel responden dapat dilakukan dengan menghimpun keterangan melalui wawancara tentang pemanfataan tumbuhan beracun. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis tumbuhan beracun dari 5 famili yang dimanfaatkan suku Dawan Fatuleu Tengah yaitu kacang arbila (Phaseolus lonatus L.), akar tuba (Deris elliptica L.), ubi kayu (Manihot esculenta), sengon (Paraserianthes faltacataria L), ginje (Thevetia peruviana), kecubung (Datura metel L), ceremai (Phyllanthus acidus L), biduri (Calotropis gigantean L). Masyarakat suku Dawan Fatuleu Tengah memanfaatkan tumbuhan beracun tersebut untuk meracuni ikan di sungai untuk dikonsumsi, sebagai pestisida alami, untuk membunuh serangga vektor penyakit, dan juga untuk menyerang musuh
Jenis-Jenis Tanaman Obat Yang Terdapat Ditaman Hutan Raya Prof.Ir Herman Yohanes Desa Kotabes Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Deli Sukardi umbu Tamu; Yanti Daud; Apriliana Ballo
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 3 No 1 (2020): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v3i1.60

Abstract

Tanaman obat merupakan jenis tumbuhan yang dapat memberikan manfaat medis bagi manusia, jenis tanaman ini banayak ditemukan dilingkungan sekitar maupun dihutan. Penelitian tentang tanaman obat di Taman Hutan Raya Prof.Ir Herman Yohanes Desa Kotabes berlangsung selama satu bulan yaitu bulan Februari-Maret 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat yang berpotensi sebagai obat trdisional bagi masyarakat Desa Kotabes. Manfaat dari penelitian ini yaitu seabagai informasi bagi masyarakat Nusa Tenggra Timur secara khususnya dan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Manfaat lain yaitu sebagai data keanekaragaman tanaman obat Nusantara khususnya di TAHURA Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode belt transek (transek sabuk) dengan transek kuadran. Hasil penelitian dianalisis berdasarkan pada buku Tanaman obat Andriani & Arisandi 2008, buku Flora Van Stenis 2008 dan jurnal. Analisis keanekaragaman jenis tanaman obat menggunakan rumus Shannon-Wiener. Adapun spesies tanaman obat yang ditemukan yakni: Arange pinnate, Plectocomiopsis mira, Strobilantes crispus, Annona muricata, Chromolaena odorata, Alstonia scholaris, Garnicia cf.bancana, Ceiba pentandra, Swietenia macrophylla, Piper caducibra cteum, Morinda citrifolia, dan sterculia quadrifa. Ke-sebelasan spesies tergolong dalam famili : Araceae, Acantahceae, Annonaceae, Asteraceae, Apocynaceae, Gutiferae, Malvaceae, Meliaceae, Piperaceae, Rubiaceae, dan Sterculiaceae. Indeks keanekaragaman tanaman obat pada setiap stasiun yaitu pada stasiun 1dengan H’= 0,87, stasiun 2 dengan H’= 0,71, dan pada stasiun 3 dengan H’= 0,78 yang diperoleh di Taman Hutan Raya Prof.Ir Herman Yohanes dan tergolong dalam indeks keanekaragaman rendah. Dari penelitian ini diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui kandungan kimia dan pemakaian dosis agar terjamin keamanan kesehatan pengguna.
JENIS-JENIS DAN PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT DI TAMAN HUTAN RAYA PROF. IR. HERMAN JOHANNES KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG indan karipalai; Arnold Ch Hendrik; Apriliana Ballo
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 2 No 3 (2019): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v2i3.74

Abstract

Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir. Herman Johannes merupakan kawasan hutan yang dilindungi oleh pemerintah yang terletak di wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Kupang tepatnya berada diantara 2 (dua) wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Amarasi dan Kecamatan Amarasi Selatan. Rotan merupakan jenis palem memanjat yang termasuk dalam family Palmae yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Rotan digunakan oleh masyarakat sebagai bahan anyaman, pembuatan kursi, tali sebagai bahan pengikat dan lain sebagainya. Mengingat pengetahuan akan jenis rotan yang ada di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir Herman Johannes tidak maksimal atau belum teridentifikasi jenis-jenisnya untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis rotan apa saja dan bagaimana pemanfaatannya oleh masyarakat di Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir. Herman Johannes. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kombinasi teknik garis transek (line transect) dengan teknik sampling kuadran. Analisis data meliputi jenis rotan dimana data yang diperoleh dianalisis untuk menetukan kerapatan, frekuensi dan dominasi. Sedangkan analisis pemanfaatan rotan dilakukan dengan Index of Cultural Significance (ICS) atau indeks kepentingan budaya. Dari hasil penelitian didapatkan dua spesies rotan yaitu Rotan Balukbuk (Calamus burkianus Becc) dengan nilai kerapatan 0,008 Ind/Ha, frekuensi 0,18, dominasi 0,034 mm/Ha, dan nilai ICS 7, sedangkan Rotan Samare (Plectocomiopsis mira J.Dransf) memiliki nilai kerapatan 0,024 Ind/Ha, frekuensi 0,68, dominasi 0,002 mm/Ha, dan nilai ICS 8,5.
Analisis kandungan vitamin c pada kandungan buah enau ( a. pinnata ) di desa nekmese Felyxcia Cyndi Claudia Rianghepat; Andriani Rafael; Apriliana Ballo
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 4 No 1 (2021): Indigenous Biologi April 2021
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v4i1.92

Abstract

ABSTRACTPalm trees (Arenga pinnata (wurmb.) Merr.) Are plantation crops that have the potential to be cultivated in the future, because they have high economic value and are prospective for commercial development given the diverse uses. Enau is a plant that was developed from generation to generation on Timor Island. Communities in the village of Nekmese still manage traditional palm trees. Vitamin C or ascorbic acid is one of the vitamins made from hexose derivatives which is water soluble and easily oxidized. The purpose of this study was to determine the vitamin C content of palm meat (A. pinnata). This research was conducted in May 2019 at the TPH Laboratory of the State Polytechnic of Kupang. Determination of vitamin C content in the sample is determined by titration using a solution of iodine. From the results of the study showed that the content of vitamin C in the flesh of the most palm fruit is found at a temperature of 5 ° C and 10 ° C while the content of vitamin C which is the least amount is at a temperature of 15 ° C.Keywords: palm plant and vitamin C
Keanekaragaman Mangrove dan Pemanfaatannya di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Propinsi Nusa Tenggara Timur Ratna B. Ngoma; Arnold Christian Hendrik; Apriliana Ballo
SIMBIOSA Vol 9, No 2 (2020): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v9i2.2498

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Jenis-jenis mangrove di Desa Daiama khususnya Pulau Rote, pulau paling selatan Indonesia sampai saat ini belum diinventarisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove dan pemanfaatannya di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao. Teknik pengumpulan data struktur vegetasi mangrove dilakukan dengan membuat peletakan sebanyak plot 16 pada 4 stasiun. Penempatan plot dilakukan dengan metode purposive sampling. Data pemanfaatan diperoleh dengan wawancara terhadap masyarakat Desa Daiama. Hasil penelitian yang diperoleh terdapat 11 jenis mangrove yang terdapat di Desa Daiama yang terdiri dari 6 family, antara lain: Rhizophoraceae (Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Ceriops spp, Ceriops tagal, Ceriops decandra, dan Bruguiera sexangula), Soneratiaceae (Soneratia alba), Lythraceae (Pemphis acidula), Myrsinaceae (Aegiceras floridum), Rubiaceae (S.hydrophylacea), Sapindaceae (Dodonaea viscose). Jenis mangrove yang paling dominan untuk tingkat pohon yaitu Rhizophora stylosa (89,54%), pancang yaitu Ceriops tagal (40,02%), dan tingkat semai Phempis acidula (59,09%). Indeks keanekaragaman vegetasi mangrove di Desa Daiama tergolong sedang pada setiap stasiun yaitu berkisar 1,67-2,00. Pemanfaatan mangrove di Desa Daiama tercatat dijadikan bahan obat, kayunya bahan bangunan dan pembuatan perahu, buah mangrove dijadikan bahan makanan, digunakan sebagai pewarna alami kain tenun. 
ANALISIS KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR KALIUM TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) Apriliana Ballo; Sonya Titin Nge; Andriani Rafael; Novi Ivoni Bullu
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol 13, No 1 (2022): BIOEDUKASI, MEI 2022
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/bioedukasi.v13i1.5314

Abstract

Jackfruit seed is usually thrown away after being consumed as fresh fruit or being processed as a jackfruit crackers and other food product. Jackfruit seed consist of carbohydrate (36,7 g/100 g) and also as a source minerals. The availability of jackfruit seed was found abundance but the use of it not maximize yet.  The flour from jackfruit seed can be used an alternative for making food product. The flour extracted from (40,891) jackfruit seed have longer storage time and easy to turn it to other product. The aim of this research was to measure water content, protein content and potassium level from jackfruit flour. The method used during the research was experimental research which is to compare the treatment between boiled and fresh jackfruit seed. The findings showed that water content of boiled jackfruit seed are higher (43,844 unit) than the flour of the fresh jackfruit flour (40,891 unit).The protein content are lowest of flour of boiled jackfruit seed with the value of 7,51 and highest of fresh jackfruit seed with value of 7,72. The potassium content the flour of boiled jackfruit seed was higher with the value of 0.062 than the flour of fresh jackfruit seed with value of 0.006. Kata kunci: Biji Nangka,  Kadar Air, Kadar Kalium, Kadar Protein, Tepung Biji Nangka.
Uji Karakteristik Hasil Enkapsulasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropusandrogynus L. merr) dengan Variasi Dekstrin Menci A Nahak; Apriliana Ballo; Sonya Titin M. Nge
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2018: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.856 KB)

Abstract

Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) adalah salah satu tanaman pangan yang banyak tumbuh dan menjadi bahan pangan lokal dan dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan karena memiliki sumber suplemen yang mempunyai potensi cukup baik untuk kesehatan tubuh. Manfaat daun katuk sebagai bahan makanan tambahan dan juga berpotensi untuk mengobati penyakit seperti penyakit kulit, mengatasi sembelit, menyembuhkan luka, menurunkan demam. Daun katuk mengandung beberapa senyawa kimia antara lain alkaloid, papaverin, protein, lemak, vitamin, mineral, saponin, flavonoid dan tanin. Pengolahan daun katuk menjadi serbuk ekstrak daun katuk dapat dilakukan secara enkapsulasi. Enkapsulasi adalah suatu proses dimana sel-sel dipertahankan dalam matriks atau membran. Enkapsulasi memerlukan penambahan enkapsulan antara lain berupa campuran dekstrin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuikarakteristik serbuk ekstrak daun katuk. Rancangan Penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 faktor yang terdiri dari 5 perlakuan dan 1 kontrol. Jumlah penambahan campuran dekstrin pada ekstrak pekat daun katuk dengan variasi perlakuan konsentrasi sebesar 10%, 11%, 12%, 13%, dan 14%. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Analisis parameter yang diamati meliputi; kadar air, total polifenol, dan perhitungan perlakuan terbaik. Dari Hasil Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa dengan penambahan dekstrin menurunkan kadar air, total polifenol. Hasil analisis kadar air dengan kisaran 6%-14%. Hasil total polifenol dengan kisaran 0,8510-1,195mg/g. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun katuk dengan variasi dekstrin dapat menurun kadar air, total polifenol, dan hasil perhitungan nilai terbaik pada konsentrasi 10%.
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol dan Tingkat Kesukaan Wine Sorgum (Sorghum bicolor l. Moench) Sonya Titin Nge; Apriliana Ballo
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 7 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JITPA.2022.v07.i02.p08

Abstract

Wine is a drink made through the fermentation process of sugar in grapes which is then converted into alcohol. Apart from grapes there is another alternative for wine making, namely sorghum seeds. The starch content in sorghum seeds can be used in wine making. The purpose of this study was to determine the effect of fermentation time on alcohol content and level of preference for sorghum wine. This research was conducted at the Laboratory of Biological Education, Artha Wacana Christian University, Kupang, using the RAL experimental method with 4 treatments and 4 repetitions. Wine is made by mixing sorghum seed extract with yeast. The treatment of fermentation time in this study was P1 (7 days), P2 (14 days), P3 (21 days) and P0 / control (5 days). The resulting wine will be tested for alcohol content using an alcohol meter and an organoleptic test to determine the panelists' preference for sorghum wine. Data analysis using ANOVA and further Duncan / DMRT test. The results showed that the highest alcohol content was in the P3 treatment with an average of 8.75%. Overall, the parameters of taste, aroma and color have a significant effect. The data showed that the average panelists preferred the P3 treatment of taste (3,41), aroma (3,55), and color (3,38). Thus sorghum seeds can be an alternative ingredient in sorghum wine making.