Kebijakan pembatasan interaksi sosial di masa pandemi Covid-19 berdampak pada proses pembelajaran anak di sekolah. Proses belajar secara daring membuat anak harus lebih lama menggunakan gawai. Kebiasaan ini memicu terjadinya peningkatan risiko nyeri muskuloskeletal akibat tubuh dipaksa bekerja lebih keras daripada fungsinya. Keterbatasan anak untuk dapat mengeksplor gerakan melalui aktivitas fisik dalam bentuk permainan juga menjadi indikasi peningkatan risiko gangguan muskuloskeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak gangguan muskuloskeletal setelah pembelajaran daring terhadap keseimbangan dinamis pada anak usia 6-13 tahun di Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor. Metode penelitian ini adalah deksriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebesar 69 anak. Alat yang digunakan meliputi kuesioner untuk mengetahui lama sekolah dari rumah, penggunaan gawai, dan kesempatan anak bermain di luar rumah, unterberger test, dan pemeriksaan gangguan muskuloskeletal menggunakan pGALS. Hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan (p=0,641) antara gangguan muskuloskeletal dan keseimbangan dinamis selama pembelajaran daring pada anak usia 6-13 tahun. Namun, terdapat risiko 1,378 kali (OR=1,378) terjadinya gangguan keseimbangan dinamis pada anak yang mengalami gangguan muskulskeletal.