Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Gambaran Tingkat Kecemasan Masyarakat dalam Menghadapi Situasi Pandemi Covid-19 Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : STIKES YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v9i1.96

Abstract

Pandemi COVID-19 (Corona Virus Desease -2019) merupakan wabah penyakit saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh Virus SARS-CoV-2 yang menular melalui droplet saat batuk atau bersin dan kontak langsung. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Wuhan China pada akhir bulan Desember 2019 kemudian menyebar ke banyak negara termasuk negara Indonesia. Di Indonesia terdapat kasus positif COVID-19 pada awal bulan Maret 2020. Saat ini data yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 1.528 orang (BNPB, 2020). Semakin naiknya angka kasus COVID-19 setiap harinya dapat menyebabkan kecemasan tersendiri pada masyarakat di Indonesia. Kecemasan (ansietas/anciety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) (Hawari, 2011). Tujuan penelitian ini untuk gambaran tingkat kecemasan masyarakat di pulau Jawa saat menghadapi pandemi COVID-19. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross-sectional study. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 52 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir tingkat kecemasan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji deskriptif. Hasil yang didapatkan yaitu; responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 7,55%, yang mengalami cemas ringan sebanyak 24,53%, cemas sedang 58,49%, cemas berat 7,55%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar masyarakat mengalami kecemasan tingkat sedang.
Efek Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Sudut Fleksibilitas Sendi Lansia di Dusun Mojosari Desa Sitimulyo Piyungan Bantul DIY 2019 Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : STIKES YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v8i2.118

Abstract

Latihan dan aktifitas fisik pada lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas. Fleksibilitas sendi yang memadai pada semua bagian tubuh sangat penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan kelincahan pada lansia. Penurunan fleksibilitas sendi pada kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktifitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL) lansia. Latihan Range of Motion (ROM) aktif merupakan latihan yang dapat dilakukan pada lansia dengan keterbatasan fleksibilitas sendi. ROM dapat mencegah terjadinya kontraktur,atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas bawah, mengurangi kelumpuhan vaskular dan memberikan kenyamanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek latihan ROM aktif bagi lansia apakah dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan fleksibilitas sendi lutut. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi experiment control group design. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 30 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir pengukuran fleksibilitas sendi dan goniometer. Latihan ROM aktif dilakukan satu kali sehari dengan delapan kali setiap gerakan ROM selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sudut fleksibilitas sendi lutut mengalami peningkatan yaitu sebesar, 10,00º pada lutut kanan, 11,04º pada lutut kiri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) aktif mempunyai efek terhadap peningkatan sudut fleksibilitas sendi lutut lansia.
Efek Latihan dan Konsumsi Madu dalam Meningkatkan Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal selama Olahraga Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : STIKES YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v10i1.143

Abstract

Gaya hidup sedentary meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas, saat ini masyarakat cenderung untuk malas bergerak atau berjalan, hal ini dapat dilihat dari tingkat kebugaran yang dimiliki (Lontoh et al., 2020). Kebugaran Jasmani dapat dinilai berdasarkan Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal saat melakukan latihan (Legert & Lambert, 1982). Madu merupakan sumber karbohidrat, vitamin dan mineral yang sifatnya low glycemic index sehingga mudah diserap tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai pembentuk energi cepat jangka panjang tanpa efek samping. Konsumsi madu dapat memelihara simpanan glikogen otot, menjaga stamina dan mencegah kelelahan lebih lebih awal saat olahraga (Yosef & Shalaby, 2010). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian madu selama latihan aerobik terhadap kecepatan ambilan Oksigen maksimal selama olahraga. Penelitian ini merupakan penelitian perlakuan/eksperimen semu dengan pretest-posttest control group design. Subjek adalah 16 orang, yang dibagi menjadi 2 yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Semua kelompok melakukan latihan aerobik lari selama 30-50 menit, 3 hari dalam sepekan. Penilaian Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal diambil 2 kali yaitu sebelum latihan aerobik dan setelah periode latihan aerobik. Analisis data menggunakan Repeated Anova. Hasil analisis dari perhitungan Repeated annova dari Kecepatan Ambilan Oksigen maksimal (VO2.max) yaitu p-value sebesar 0,04 pada kelompok yang diberikan madu dan p-value sebesar 0,103 pada kelompok kontrol/placebo. Kesimpulan; latihan aerobik dan konsumsi madu dapat meningkatkan kecepatan ambilan O2 maksimal (VO2.max).
Korelasi Mekanisme Koping dengan Risiko Bunuh Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RS Nur-Hidayah Bantul Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 10 No 2 (2022): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka - Fakultas Ilmu Keperawatan - Universitas Y
Publisher : Universitas YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v10i2.169

Abstract

Salah satu penyebab dilakukannya hemodialisis pada penderita Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Baik buruknya mekanisme koping penderita mampu mempengaruhi proses penderita dalam mempertahankan kualitas hidup pasien tersebut sehingga dapat terhindar dari tekanan depresi, dan terhindar untuk kearah perilaku risiko bunuh diri. Terapi hemodialisis dan transplantasi ginjal menjadi satu-satunya jalan untuk mempertahankan fungsi tubuh.Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, korelasi mekanisme koping dengan risiko bunuh diri pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis di RS Nur-Hidayah Bantul Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional, kemudian teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling. Total responden yaitu 50 orang yang menjalani terapi hemodialisis lebih dari 2 tahun di Rumah Sakit RS Nur-Hidayah Bantul Yogyakarta. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara mekanisme koping dengan risiko bunuh diri pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis, dengan nilai p = 0,424 pada item pemecahan masalah dengan risiko bunuh diri. Hasil item mencari dukungan sosial dengan risiko bunuh diri nilai p = 0,752. Untuk item penghindaran dengan risiko bunuh diri p = 0,540.
Gambaran Tingkat Kecemasan Masyarakat dalam Menghadapi Situasi Pandemi Covid-19 Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : Universitas YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v9i1.96

Abstract

Pandemi COVID-19 (Corona Virus Desease -2019) merupakan wabah penyakit saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh Virus SARS-CoV-2 yang menular melalui droplet saat batuk atau bersin dan kontak langsung. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Wuhan China pada akhir bulan Desember 2019 kemudian menyebar ke banyak negara termasuk negara Indonesia. Di Indonesia terdapat kasus positif COVID-19 pada awal bulan Maret 2020. Saat ini data yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 1.528 orang (BNPB, 2020). Semakin naiknya angka kasus COVID-19 setiap harinya dapat menyebabkan kecemasan tersendiri pada masyarakat di Indonesia. Kecemasan (ansietas/anciety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) (Hawari, 2011). Tujuan penelitian ini untuk gambaran tingkat kecemasan masyarakat di pulau Jawa saat menghadapi pandemi COVID-19. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross-sectional study. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 52 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir tingkat kecemasan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji deskriptif. Hasil yang didapatkan yaitu; responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 7,55%, yang mengalami cemas ringan sebanyak 24,53%, cemas sedang 58,49%, cemas berat 7,55%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar masyarakat mengalami kecemasan tingkat sedang.
Efek Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Sudut Fleksibilitas Sendi Lansia di Dusun Mojosari Desa Sitimulyo Piyungan Bantul DIY 2019 Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : Universitas YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v8i2.118

Abstract

Latihan dan aktifitas fisik pada lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas. Fleksibilitas sendi yang memadai pada semua bagian tubuh sangat penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan kelincahan pada lansia. Penurunan fleksibilitas sendi pada kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktifitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL) lansia. Latihan Range of Motion (ROM) aktif merupakan latihan yang dapat dilakukan pada lansia dengan keterbatasan fleksibilitas sendi. ROM dapat mencegah terjadinya kontraktur,atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas bawah, mengurangi kelumpuhan vaskular dan memberikan kenyamanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek latihan ROM aktif bagi lansia apakah dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan fleksibilitas sendi lutut. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi experiment control group design. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 30 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir pengukuran fleksibilitas sendi dan goniometer. Latihan ROM aktif dilakukan satu kali sehari dengan delapan kali setiap gerakan ROM selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sudut fleksibilitas sendi lutut mengalami peningkatan yaitu sebesar, 10,00º pada lutut kanan, 11,04º pada lutut kiri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) aktif mempunyai efek terhadap peningkatan sudut fleksibilitas sendi lutut lansia.
Efek Latihan dan Konsumsi Madu dalam Meningkatkan Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal selama Olahraga Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : Universitas YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v10i1.143

Abstract

Gaya hidup sedentary meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas, saat ini masyarakat cenderung untuk malas bergerak atau berjalan, hal ini dapat dilihat dari tingkat kebugaran yang dimiliki (Lontoh et al., 2020). Kebugaran Jasmani dapat dinilai berdasarkan Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal saat melakukan latihan (Legert & Lambert, 1982). Madu merupakan sumber karbohidrat, vitamin dan mineral yang sifatnya low glycemic index sehingga mudah diserap tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai pembentuk energi cepat jangka panjang tanpa efek samping. Konsumsi madu dapat memelihara simpanan glikogen otot, menjaga stamina dan mencegah kelelahan lebih lebih awal saat olahraga (Yosef & Shalaby, 2010). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian madu selama latihan aerobik terhadap kecepatan ambilan Oksigen maksimal selama olahraga. Penelitian ini merupakan penelitian perlakuan/eksperimen semu dengan pretest-posttest control group design. Subjek adalah 16 orang, yang dibagi menjadi 2 yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Semua kelompok melakukan latihan aerobik lari selama 30-50 menit, 3 hari dalam sepekan. Penilaian Kecepatan Ambilan Oksigen Maksimal diambil 2 kali yaitu sebelum latihan aerobik dan setelah periode latihan aerobik. Analisis data menggunakan Repeated Anova. Hasil analisis dari perhitungan Repeated annova dari Kecepatan Ambilan Oksigen maksimal (VO2.max) yaitu p-value sebesar 0,04 pada kelompok yang diberikan madu dan p-value sebesar 0,103 pada kelompok kontrol/placebo. Kesimpulan; latihan aerobik dan konsumsi madu dapat meningkatkan kecepatan ambilan O2 maksimal (VO2.max).
Korelasi Mekanisme Koping dengan Risiko Bunuh Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RS Nur-Hidayah Bantul Ivana Eko Rusdiatin
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 10 No 2 (2022): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka - Fakultas Ilmu Keperawatan - Universitas Y
Publisher : Universitas YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51997/jk.v10i2.169

Abstract

Salah satu penyebab dilakukannya hemodialisis pada penderita Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Baik buruknya mekanisme koping penderita mampu mempengaruhi proses penderita dalam mempertahankan kualitas hidup pasien tersebut sehingga dapat terhindar dari tekanan depresi, dan terhindar untuk kearah perilaku risiko bunuh diri. Terapi hemodialisis dan transplantasi ginjal menjadi satu-satunya jalan untuk mempertahankan fungsi tubuh.Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, korelasi mekanisme koping dengan risiko bunuh diri pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis di RS Nur-Hidayah Bantul Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional, kemudian teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling. Total responden yaitu 50 orang yang menjalani terapi hemodialisis lebih dari 2 tahun di Rumah Sakit RS Nur-Hidayah Bantul Yogyakarta. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara mekanisme koping dengan risiko bunuh diri pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis, dengan nilai p = 0,424 pada item pemecahan masalah dengan risiko bunuh diri. Hasil item mencari dukungan sosial dengan risiko bunuh diri nilai p = 0,752. Untuk item penghindaran dengan risiko bunuh diri p = 0,540.