Hendrick Lusikooy
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, Surabaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Pandangan Gereja di Indonesia terhadap Perjanjian Pra-Nikah Frederich Oscar L. Lontoh; Hendrick Lusikooy; Jonathan Octavianus
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.177 KB) | DOI: 10.55884/thron.v1i1.8

Abstract

Prenuptial agreement has been implemented for a long time in Indonesia, mainly by couples from middle and upper socioeconomic strata. It is a common legal step taken before marriage, and establishes the property and financial rights of each spouse in the event of a divorce. Nowadays, the rapid growth and development in all fronts of human life, particularly in information and communication, make people more aware about this agreement, both in Christian and non-Christian couples. The high divorce rate that affects the integrity of family life and the well-being of children, is one of the reasons that increases couples to bind themselves in this agreement. Prenuptial agreement avoid arguments in case of divorce and can also be used to protect spouses from disputes. The method used is a qualitative method using interviews with several informants who are considered eligible to obtain valid data. The conclusion of the Understanding of the Pastors reached 75% stating disagree of the Premarital Agreement in Christian marriage and the conclusion of lay Christians is that up to 50% disagree with the Premarital Agreement in Christian marriage. Facing the increasing tendency of people performing this marriage prenuptial agreement, church leaders need to better understand this agreement, so that they can explain it to Christian couples who are planning  AbstrakPerjanjian pranikah telah lama diterapkan di Indonesia, terutama oleh pasangan dari strata sosial ekonomi menengah ke atas. Ini adalah langkah hukum umum yang diambil sebelum menikah, dan menetapkan hak milik dan keuangan masing-masing pasangan jika terjadi perceraian. Saat ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepat di semua bidang kehidupan manusia, khususnya dalam informasi dan komunikasi, membuat orang lebih sadar tentang perjanjian ini, baik dalam pasangan Kristen dan non-Kristen. Tingkat perceraian yang tinggi yang mempengaruhi integritas kehidupan keluarga dan kesejahteraan anak-anak, adalah salah satu alasan yang meningkatkan pasangan untuk mengikat diri dalam perjanjian ini. Perjanjian pranikah menghindari argumen jika terjadi perceraian dan juga dapat digunakan untuk melindungi pasangan dari perselisihan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan data yang valid. Kesimpulan dari Pemahaman Para Pendeta mencapai 75% yang menyatakan tidak setuju atas Perjanjian Pranikah dalam pernikahan Kristen dan kesimpulan dari umat Kristen awam adalah bahwa hingga 50% tidak setuju dengan Perjanjian Pranikah dalam pernikahan Kristen. Menghadapi kecenderungan yang semakin meningkat dari orang-orang yang melakukan perjanjian pranikah pernikahan ini, para pemimpin gereja perlu lebih memahami perjanjian ini, sehingga mereka dapat menjelaskannya kepada pasangan Kristen yang merencanakan pernikahan mereka.Â