Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara

PENGARUH UKURAN PARTIKEL, SUHU, STOIKIOMETRI NaOH TERHADAP EKSTRAKSI ALUMINA DAN KANDUNGAN SILIKA TERLARUTNYA DARI BAUKSIT KALIMANTAN BARAT (SKALA LABORATORIUM) DESSY AMALIA; SUGANAL SUGANAL; TATANG WAHYUDI; HUSAINI HUSAINI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 10, No 2 (2014): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2014
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.887 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol10.No2.2014.738

Abstract

Salah satu permasalahan utama dalam proses ekstraksi bijih bauksit untuk memproduksi alumina adalah silika terlarut yang berasal dari silika reaktif dalam bijih. Keberadaan silika reaktif cenderung meningkatkan konsumsi NaOH, silika terlarutnya dapat menimbulkan kerak pada dinding reaktor dan tabung penukar panas. Selain itu silika terlarut dapat menurunkan perolehan alumina karena bereaksi dengan sodium alumina serta memperlambat presipitasi alumina hid- rat. Beberapa variasi kondisi proses ekstraksi dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ekstraksi alumina dan kandungan Si dan Ti terlarut dalam larutan sodium aluminat yang dihasilkan. Percobaan ekstraksi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 129 g/L dan kecepatan pengadukan 500 rpm. Tujuan utama adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu, suhu, fraksi ukuran bijih dan konsentrasi NaOH terhadap perilaku pelarutan aluminium dan silika reaktif. Persen ekstraksi Al terlarut yang terbaik diperoleh sebesar 95,42% yang dihasilkan dari bauksit fraksi ukuran partikel -100 mesh pada suhu 160°C. Nilai ekstraksi Al fluktuatif karena adanya silika terlarut yang merupakan hasil reaksi sodium aluminat dan sodium silikat. Konsentrasi SiO2 terlarut hasil percobaan ekstraksi sudah baik (kurang dari 0,6 g/L) yaitu 0,3% pada kondisi hasil ekstraksi alumina terbaik. Ti terlarut bertambah dengan meningkatnya suhu.
STUDI BIOLEACHING BATUAN FOSFAT MENGGUNAKAN JAMUR ASPERGILLUS NIGER SRI HANDAYANI; TATANG WAHYUDI; SURATMAN SURATMAN
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 5, No 4 (2009): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Oktober 2009
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.462 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol5.No4.2009.887

Abstract

Endapan fosfat alam Indonesia umumnya berkadar rendah. Berbagai cara pengolahan fosfat kadar jenis ini telah banyak dilakukan, namun umumnya kurang memuaskan. Kendala yang dihadapi adalah mahalnya ongkos produksi dan benturan dengan lingkungan. Bila mengacu kepada kebutuhan fosfat di Indonesia yang selama ini kebanyakan dipenuhi oleh impor, maka perlu dicari suatu proses yang relatif murah dan ramah lingkungan. Teknik bioleaching nampaknya memenuhi kedua kriteria di atas. Teknik bioleaching terhadap mineral fosfat kadar rendah Cijulang yang dilakukan pada kegiatan penelitian ini masih berskala laboratorium. Pada percobaan ini kuantitas fosfat terekstraksi yang paling tinggi (82,2%) diperoleh bila menggunakan persen padatan 5% dan menurun secara drastis sejalan dengan meningkatnya persen padatan. Walaupun demikian kadar fosfat yang diperoleh pada percobaan ini mencapai 42 sampai 45%. Kondisi ini sebetulnya sudah memenuhi syarat yang ditetapkan konsumen. Namun, logam-logam pengotor seperti aluminum (Al), besi (Fe) dan kalsium (Ca) ikut terektrasi dalam kuantitas cukup besar. Masing-masing sekitar 29,4%, 48,2%, 25,6%.
UJI COBA PELARUTAN DOLOMIT KARO DENGAN ASAM SULFAT MENJADI KISERIT TATANG WAHYUDI; BUDHY A. SUPRIYANTO
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 6, No 4 (2010): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Oktober 2010
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.673 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol6.No4.2010.849

Abstract

2- Kiserit adalah mineral magnesium sulfat yang sangat tidak stabil berkomposisi MgSO4·H2O. Di alam, pembentukanmineral ini merupakan hasil penguapan air laut yang mengandung 1,299 ppm Mg2+  dan 2,715 ppm SO4. Sebagaipupuk tanaman, mineral ini mempunyai kelarutan hara lambat dan di dalam air, ber-pH netral. Pengguna terbesarpupuk kiserit di Sumatera Utara adalah tanaman kelapa sawit dan karet. Luas lahan perkebunan tersebut masing- masing sebesar 957 ribu dan 125 ribu Ha, sehingga total kebutuhan kiserit mencapai 311 ribu ton. Selama ini kebutuhan kiserit tersebut masih diimpor dari Jerman dan Cina. Kiserit dapat dibuat dari dolomit dengan cara menambahkan sejumlah asam sulfat. Dolomit cukup banyak terdapat di Sumatera Utara terutama di daerah Karo. Cadangan tereka dolomit daerah ini mencapai 11,52 juta ton. Kualitasnya cukup memadai yang ditunjukkan oleh kadar MgO antara 20,7 - 21,4 %; unsur pengotor Fe2O3 dan Al2O3 di bawah 1,0 %; berat jenis antara 2,80 - 2,85. Uji–coba optimal pembuatan kiserit dari dolomit Karo menghasilkan pupuk kiserit dengan kadar MgO di atas kadar MgO kiserit standar (25,0 %), yaitu antara 25,2 - 28,6 %. Pengotornya relatif kecil yang ditunjukkan oleh kadar Pb sebesar 0,002 % (di bawah kadar Pb kiserit impor, yaitu 0,003 %). Perolehan dari uji -coba cukup tinggi, yaitu 97,9 %.
KARAKTERISASI MINERAL AMPAS PENGOLAHAN BIJIH EMAS PONGKOR NGURAH ARDHA; TATANG WAHYUDI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 7, No 1 (2011): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2011
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.384 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol7.No1.2011.840

Abstract

Mineral ampas dari proses sianidasi Unit Pengolahan  Emas  Pongkor  saat  ini  berjumlah  sekitar  1,46  juta  ton  yang masih mengandung rata-rata 1,3 g/ton Au dan 43 g/ton Ag. Perusahaan berupaya mengurangi jumlah mineral ampas tersebut. Selain pemanfaatan mineral ampas, juga merencanakan mengambil kembali kandungan mineral berharganya. Sebelum mempelajari teknologi yang tepat untuk kemungkinan mengolah kembali emas dan perak yang tidak terlindi, maka perlu mengkaji karakteristik keberadaannya di dalam ampas tersebut. Telah dilakukan pemercontohan secara acak mineral ampas di lokasi kolam pelimbahan. Pengujian menggunakan cara analisis XRD, analisis sebaran ukuran butiran, pengkayaan kandungan emas cara graviti, analisis kimia dengan fire assay dan AAS, analisis mineralogi optik dan SEM. Hasilnya menunjukkan partikel emas elektrum berukuran 3 – 24 µm dalam bentuk seperti emas refraktori terperangkap di dalam partikel pirit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan mineral ampas mengandung emas/perak, termasuk kemungkinan perencanaan teknologi  untuk  mengolah  kembali  emas/ perak tersebut.