M. Asrul Pattimahu
Department Of Islamic Community Development, Ambon State Islamic Institute, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

SPIRIT TAUHID DALAM MEMBANGUN GERAKAN KEMANUSIAAN M. Asrul Pattimahu
Jurnal Studi Islam Vol 9, No 2 (2020): Desember
Publisher : Pascasarjana IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.321 KB) | DOI: 10.3347/jsi.v1i2.2100

Abstract

The effects of the spirit of monotheism. Tauhid or unfamiliarity memahaesakan God is a conception which contains the teachings of faith and a call that a man can only devote themselves to God as satau only God worthy of worship. The logical consequence of the spirit of monotheism gave birth to the conception that the worship of other than Allah is the forbidden, so the ideology-ideology such as polytheism, animsiem, dynamism which orients servitude to other than Allah is a false servitude orientation. If the wrong man devote themselves not only to God, then humans will fall into disrepute. Born later than the spirit of pure Tawheed it is a principle that would put humans so as not to oppress, not mutually mengsubordinasi, thus giving birth to the spirit of humanism in which humans have the same status.
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS KOLEKTIF M. Asrul Pattimahu; Demsy Wattimena
BADATI Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38012/jb.v5i2.651

Abstract

Artikel ini mengkaji kedalaman makna kehidupan berbangsa sekaligus bernegara di Indonesia ditengah tumbuhnya politik identitas. Dalam artikel ini Pancasila tidak hanya dimaknai sebagai suatu doktrin, tetapi sebagai proyek yang harus terus dihidupkan dalam membangun dan menumbuhkan spiritualitas sosial, menjadi factor kohesi dan melahirkan kesadaran kolektif sebagai identitas pemersatu bangsa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kualitatif dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasi data dan memberi makna terhadap data yang dikumpulkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pancasila harus dipahami dalam pengertian sebagai proyek dalam konstruksi identitas nasional, yang muncul setelah identitas agama dan budaya. Dalam situasi ini, Pancasila merupakan nilai baru yang menyatukan dan melengkapi kekayaan makna hidup dalam konteks kehidupan sosial suatu bangsa. Pancasila tidak berhenti pada satu era dalam memberi makna pada kehidupan sosial; justru, kedalaman makna hidup berbangsa terus tumbuh karena membutuhkan kreativitas untuk beradaptasi dengan konteks masyarakat yang juga selalu berkembang.
Agama dan Masa Depan Kebangsaan Indonesia M Asrul Pattimahu
DIALEKTIKA Vol 13, No 1 (2020): DIALEKTIKA : Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/dj.v13i1.1362

Abstract

Kehidupan kebangsaan di Indonesia adalah suatu realitas multikultural. Fakta itu dibuktikan tidak hanya dengan melihat secara kasat mata bahwa Indonesia dihuni oleh berbagai latar belakang agama dan etnis yang penuh dengan kekayaan budaya. Kebangsaan Indonesia adalah produk dari keragaman etnis dan agama itu sendiri. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis masa depan dan kelanjutan kehidupan kebangsaan Indonesia ditengah kuatnya kompetisi entitas termasuk entitas agama dan kebangsaan. Sebagai bangsa yang lahir dari kesadaran keberagaman, Indonesia harus tetap memupuk pola kehidupan sosial yang menjadi dasar kelahiran bangsanya sendiri dengan menyadari hal-hal sebagai berikut; Pertama, agama dan negara (bangsa) harus tetap diletakkan dalam relasi untuk saling mengisi. Indonesia harus dibangun diatas nilai-nilai luhur keagamaan. Kedua, banga Indonesia harus menyadari bahwa agama dan negara adalah masalah yang telah didamaikan pendiri bangsa sejak awal pembentukkan Indonesia sebagai negara-bansa. Ketiga, moralitas bangsa Indonesia merupakan moralitas yang di produksi dari moralitas agama sehingga kehidupan sebagai bangsa tetap tumbuh dalam kesadaran natural, bukan kasadaran yang dipaksakan. Kata Kunci : Agama, bangsa, keberagaman, moralitas
Integrasi Agama dan Budaya dalam Ritual Hitirima Masyarakat Negeri Pelauw Maluku Tengah M Asrul Pattimahu; Abdul Manaf Tubaka
DIALEKTIKA Vol 14, No 2 (2021): Pemikiran Sosial Keagamaan
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/dj.v14i2.2563

Abstract

The purpose of writing this article is to explain the integration of religion and culture in the implementation of the Hitirima ritual in the Muslim community in the State of Pelauw. How the Hitirima ritual is carried out in the context of religious and cultural relations as a model for the diversity of the Muslim community in Maluku is the main problem in this article. Sources of data were obtained through participatory observations and in-depth interviews with a number of religious leaders, traditional leaders and community leaders in the land of Pelauw. This study confirms that (1) the mono-dualistic cosmology of the Maluku community contributes to the strength of integration between Islamic values and local cultural values. (2) The religious pattern of the Hatuhaha community, especially the Pelauw country, emphasizes the importance of the position of local wisdom values in this case the Hitirima tradition and Islamic values as the construction of religious models of shared social life. (3) there is a strong relationship between religion and culture in the Hitirima ritual which can be seen from the use of attributes where there is a combination of Islamic culture and customs, prayers that are read during rituals, as well as religious values that are internalized from the implementation of the ritual. Keywords: Integration, Religion and Culture, Hitirima Ritual, Pelauw Society
Filosof Islam Pertama (Al-Kindi) Muhammad Asrul Pattimahu MA
Konfrontasi: Jurnal Kultural, Ekonomi dan Perubahan Sosial Vol 4 No 1 (2017): Konfrontasi, January
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.912 KB) | DOI: 10.33258/konfrontasi2.v6i1.28

Abstract

This research aims to analyze the first Islamic philosophers (Al-Kindi). Philosophy which developed in the Islamic world is a legacy of Greek philosophy. Many Muslim philosophers took the thoughts of Aristotle, Plato, and Plotinus, so many Greek philosophical theories were taken by Muslim philosophers. It is this influence of Greek philosophy which is the basis of the counter-expression around the problem of philosophy in Islam. The results showed that the birth and development of philosophical thought in Islam was a necessary historical reality because of the interaction that was built between Muslim Arabs with conquered areas (non-Muslim nations), namely the Persians, Indians and especially Greek people. , so Islamic philosophy is said to contain many elements of Hellenism.
The Influence of Religious Intellectual Humility (IH) in the Learning Process Shapes Student Tolerance Behavior Muhammad Kashai Ramdhani Pelupessy; Andi Rahmat Abidin; M. Asrul Pattimahu
Jurnal pendidikan agama Islam Vol. 19 No. 2 (2022): Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpai.2022.192-10

Abstract

Purpose –Understanding of religious extremism has begun to enter the world of campuses in Indonesia today. Of course, this has an impact on intolerance behavior. Recent studies show that religious intellectual humility (IH) can shape a person's tolerant behavior. But so far, this topic has been minimally replicated in the learning process in Indonesia. Therefore, this research seeks to prove and explain the influence of religious IH in the learning process in shaping students' tolerant behavior. Design/methods/approach–This study is an ex-post facto research. The subjects were lecturers (29 people) and students (41 people) at Islamic Education Department (IED) from one of the Islamic universities in Maluku. Data collection techniques use the IHS scale, RHS, and tolerance behavior scale. Data analysis used a simple linear regression technique. Findings –The results of the study show that there is an influence of religious IH in the learning process to shape student tolerance behavior by p = 0,000 (p<0,05). The contribution of religious IH forms tolerance behavior of 76.2%. This means that apart from religious IH, around 23.8% of other variables also shape tolerant behavior such as empathy, self-disclosure, and giving support for the rights of others. Research implications/limitations –The limitation of this research is that the subject comes from a limited number of lecturers and students in Maluku. In addition, this study also did not use an experimental design. It is suggested that the next study needs to involve a large number of samples (educators and students), it is also expected that it needs to be replicated in the form of an experimental design. Originality/value –This study recommends educators (lecturers) continue to practice religious IH in the learning process, especially for their students (prospective IED teachers) so that later they can practice it in the IED learning process in the future.
PERAN SUNNI-SYIAH DALAM PEMBENTUKAN BUDAYA MASYARAKAT MUSLIM HATUHAHA DI PULAU HARUKU, MALUKU Muhammad Asrul Pattimahu; Eka Dahlan Uar; Abubakar Kabakoran; Adam Latuconsina
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 19, No 1 (2023): JURNAL STUDI AGAMA DAN MASYARAKAT
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/jsam.v19i1.6364

Abstract

Dalam berbagai kasus ditemukan bahwa Sunni dan Syiah sebagai aliran dalam Islam selalu muncul sebagai dua kutub yang berlawanan dan saling menegasikan, bahkan relasinya selalu identik dengan konflik. Hal yang berbeda ditemukan dalam masyarakat Muslim Hatuhaha di Pulau Haruku, Maluku. Artikel ini mengkaji peran Sunni-Syiah dalam pembentukan budaya Islam pada Masyarakat Muslim Hatuhaha. Diasumsikan bahwa dalam kebudayaan masyarakat Muslim Hatuhaha terdapat jejak yang dapat diidentifikasi sebagai warisan atau merupakan kelanjutan dari tradisi Sunni maupun Syiah. Tulisan ini disajikan dari hasil studi pustaka dan kajian fenomenologi terhadap ritual agama dan budaya masyarakat Muslim Hatuhaha yang dianalisis dengan metode deskriptif  kualitatif. Hasil studi ini menemukan bahwa Sunni maupun Syiah sama-sama berperan dan memberi sumbangan terhadap pembentukan kebudayaan Islam pada masyarakat Muslim Hatuhaha. Hal ini secara fenomenologi dapat dilihat dari praktik ritual adat ma’atenu, dan tradisi perkawinan sebagai pengaruh Syiah, serta praktik ibadah shalat dan pemaknaan terhadap konstruksi bangunan masjid yang merupakan budaya Sunni.
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS KOLEKTIF M. Asrul Pattimahu; Demsy Wattimena
JURNAL BADATI Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38012/jb.v5i2.651

Abstract

Artikel ini mengkaji kedalaman makna kehidupan berbangsa sekaligus bernegara di Indonesia ditengah tumbuhnya politik identitas. Dalam artikel ini Pancasila tidak hanya dimaknai sebagai suatu doktrin, tetapi sebagai proyek yang harus terus dihidupkan dalam membangun dan menumbuhkan spiritualitas sosial, menjadi factor kohesi dan melahirkan kesadaran kolektif sebagai identitas pemersatu bangsa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kualitatif dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasi data dan memberi makna terhadap data yang dikumpulkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pancasila harus dipahami dalam pengertian sebagai proyek dalam konstruksi identitas nasional, yang muncul setelah identitas agama dan budaya. Dalam situasi ini, Pancasila merupakan nilai baru yang menyatukan dan melengkapi kekayaan makna hidup dalam konteks kehidupan sosial suatu bangsa. Pancasila tidak berhenti pada satu era dalam memberi makna pada kehidupan sosial; justru, kedalaman makna hidup berbangsa terus tumbuh karena membutuhkan kreativitas untuk beradaptasi dengan konteks masyarakat yang juga selalu berkembang.