Yap Fu Lan, Yap
Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi, FKIP, Universitas Katolik Indonesia, Atma Jaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ORANG MUDA BICARA TENTANG PENGARUH KOMUNIKASI BERBASIS KOMPUTER TERHADAP KEHIDUPAN UMAT BERIMAN Yap Fu Lan
Jurnal Teologi (Journal of Theology) Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : P3TK, Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/jt.v1i1.490

Abstract

This research explores young peoples perspective of the use of computer based communication and its influence to the meaning of human communication and to the life of religious communities. The method occupies focus group discussion, plain analysis, and narrative description. The young peoples speaking content three paradoxical pictures: extending human communication dissolves the personal aspect of it in a certain way; promoting virtual presence as the virtue of contemporary human communication, computer based communication corrupts the communal dimension of religious life; and giving hope to interreligious dialogue, computer based communication brings forth the concerns of religious leadership.
PEMBELAJARAN ASG: FORMASI OMK SEBAGAI AGEN PERUBAHAN GEREJA DAN MASYARAKAT Liria Tjahaja; Yap Fu Lan
Bahasa Indonesia Vol 20 No 1 (2020): April 2020
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34150/jpak.v20i1.244

Abstract

For more than one century, Catholic social teaching (CST) has become the wealth of faith of the church. Nonetheless, CST has not been made known to lay people at the grassroots level, in particular to young people. This article contains the results of two studies on this issue. The studies were conducted in 2012 and 2015-2016 involving young Catholics who were students of Catholic schools in Jakarta and its surrounding areas. The result of the first study in 2012 showed that most young Catholics have a lack of knowledge about CST. The second study was carried out in two phases. In 2015, the first phase of study was in the form of workshop and a CST-themed-film-and-photography competition. Forty students from eight Catholic high schools in Jakarta and Bogor participated in both the workshop and the competition. The second stage of the study was done in 2016 through focused group discussions and interviews involving young Catholics, their teachers, and the heads of their schools. The foci of this second stage study was CST learning process and its impacts to the life of young people. The processes as well as the results of these two phases of study were scrutinized. The final finding was the ideas of learning CST that functions as a formation of social-change agents. The ideas include features of process, learning content, peer group characteristics, and opportunities for interreligious, intercultural, and intergeneration education.
Allah Trinitaris Dalam Refleksi John Zizioulas Yap Fu Lan
DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA Vol. 13 No. 2 (2014): Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara
Publisher : STF Driyarkara - Diskursus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.232 KB) | DOI: 10.36383/diskursus.v13i2.81

Abstract

Abstrak: John Zizioulas merefleksikan kembali doktrin Allah Trinitaris dan mencoba mencari cara-cara baru menolong umat beriman zaman ini menemukan makna ajaran iman ini. Merujuk teologi para Bapa Gereja Kapadokia, Zizioulas mengajukan gambar Allah Trinitaris sebagai Pribadi yang berkomunitas. Pribadi memiliki tiga karakteristik: primer dan absolut, ekstasis dan hipostasis, unik dan tak tergantikan. Pribadi selalu bergerak ke luar dirinya, ke arah pribadi yang lain, maka ia menerima keberbedaan. Kehidupan dan identitas otentik pribadi ditemukan hanya di dalam komunitas yang dibangunnya bersama pribadi-pribadi yang lain. Gerak Pribadi Allah adalah eros, cinta yang merangkul pribadi-pribadi yang lain beserta keberbedaan mereka, yakni manusia dan segenap ciptaan. Berkomunitas dengan Allah dan segenap ciptaan, manusia melampaui substansi manusiawi dan kondisi naturalnya. Manusia tidak lagi menjadi milik kematian melainkan kehidupan kekal. Gereja adalah image Allah Trinitaris karena ia adalah komunitas pribadi-pribadi yang mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus di dalam peristiwa Kristus. Sebagai image Allah Trinitaris, cara Gereja hadir di dunia ialah dengan menjadi komunitas katolik dan ekaristis. Untuk menjadi komunitas katolik-ekaristis, pembaruan cara hidup, struktur hirarkis, dan pelayanan Gereja adalah sebuah kebutuhan. Kata-kata Kunci: pribadi, substansi, ekstasis-hipostasis, keberbedaan, identitas otentik, komunitas ekaristis, imago Dei/Trinitatis, eros. Abstract: John Zizioulas did his reflection on the doctrine of the Trinity in term to seek new ways that help the faithful to grasp the meaning of this teaching. Referring to the theology of Cappadocian Fathers, Zizioulas provides a picture of the Trinity as Persons within communion. A person has three primary characteristics: primary and absolute, ecstatic and hypostatic, unique and irreplaceable. A person always moves towards others, thus she/he embraces otherness. The very life and authentic identity of a person can be found only in communion with others. The Person of God moves as eros, God’s love which embraces the others and otherness, i.e. human beings and the rest of creation. Being in communion with God and all creations, human being overcomes the human substance and its nature. Human being no longer belongs to death but to eternal life. The church is an image of the Trinity for it is a communion of the new persons that were delivered by the Holy Spirit within the Christ event. As the image of the Trinity, the Church’s way of being in this world is by becoming a catholic and eucharistic community. To be such a community, the renewal of the Church’s way of life, hierarchical structure, and ministries is a necessity. Kata-kata Kunci: Person, substance, ecstatic-hypostatic, otherness, authentic identity, eucharistic community, image of God/image of the Trinity, eros.
Veven Sp. Wardhana, Budaya Massa, Agama, dan Wanita, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2013, 228 hlm. Yap Fu Lan
DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA Vol. 12 No. 2 (2013): Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara
Publisher : STF Driyarkara - Diskursus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.236 KB) | DOI: 10.36383/diskursus.v12i2.112

Abstract

Budaya massa, dalam pengertian sederhana adalah “karya kreatif yang dimassalkan, yang diproduksi secara masif, yang ditunjang teknologi dan industri tinggi [...] termasuk model pakaian, fashion, film, televisi, musik pop, lifestyle atau gaya hidup” (hlm. xiii-xiv). Agama, atau lebih tepatnya “tafsir atas agama, atau tafsir atas ajaran agama” (hlm. xiv) dapat menjadi tema karya kreatif itu. Contohnya, terutama, sinetron-sinetron religi bernuansa Islami yang sekarang ini semakin banyak tampil pada layar televisi, tanpa menunggu bulan istimewa Ramadhan. Selain itu, agama juga dapat menjadi sensor untuk menentukan karya kreatif yang pantas dimassalkan lewat media elektronik maupun media cetak. sense yang digunakan oleh para penyensor adalah moral dan ajaran agama, yang dalam keyakinan mereka harus dijaga. Para penyensor ini bukan hanya lembaga sensor, melainkan juga kelompok- kelompok yang menyebut diri pembela agama tertentu. Lembaga sensor menyampaikan larangan; kelompok-kelompok ini menyerukan protes. Mengemban misi menjaga moral dan ajaran agama, para penyensor dan pemrotes lebih sering mengajukan argumen sensor yang tidak masuk akal (doesn’t make sense) alias “ajaib” (hlm. 163) dan konyol. Lebih ajaib dan konyol, mereka, yang mengaku menjunjung agama dan moral, tidak punya sense mengenai ketidakadilan, khususnya yang dialami wanita. Produk budaya massa yang menciptakan image negatif wanita dibiarkan menjejali benak masyarakat. Wanita harus dikendalikan sebab ia binal, nakal—dengan cara diambil hak atas tubuhnya, dibung- kam suaranya, dipermalukan di hadapan publik, dan kalau perlu dira- jam oleh massa, yang adalah laki-laki dan (sama-sama) wanita. Ketidakadilan terhadap wanita, yang dipublikasikan oleh budaya massa dan ajaran agama menjadi sorotan utama Veven Sp. Wardhana di dalam buku ini. Dipublikasikan di sini berarti ditampilkan di ruang publik supaya diterima sebagai sesuatu yang wajar dan sewajarnya oleh masyarakat. Perempuan: seksualitas, sunat, syahwat; Puanografi: Yang Bukan Perempuan (Tak) Ambil Bagian; Televisi dan Fashionista atawa Perempuan Nista; Perempuan di Layar Televisi: Dari Losmen sampai sinema Relijius; dan Catatan sipil, Media Hiburan, dan Fatwa Haram adalah lima judul yang paling sarat dengan gugatan Wardhana atas perlakuan tidak adil terhadap wanita di negeri ini. ................. Pembaca perlu mengingat bahwa buku ini merupakan kumpulan delapan belas tulisan Wardhana dari berbagai waktu dan ruang publi- kasi. Oleh sebab itu, ada beberapa pembahasan dan contoh kasus yang muncul berulang-ulang, antara lain, mengenai sensor film Yang Muda Yang Bercinta (1977) karya Sjuman Djaya dan isu perkawinan Bambang- Halimah. Dengan demikian, kedelapan belas judul pada buku tidak merepresentasikan sebuah rangkaian pemikiran yang sistematik. Na- mun, hal ini tidak mengurangi nilai karya Wardhana, tidak pula menum- pulkan kritiknya terhadap keempat penguasa ruang publik: budaya massa, agama, kapitalisme, dan politik. Akhirnya, menyajikan karyanya kepada masyarakat, Wardhana mengajak setiap warga negara ini untuk bersikap kritis terhadap karya- karya kreatif yang dipublikasikan lewat media cetak dan media elek- tronik. Masyarakat tidak perlu menunggu pemerintah dan para kreator budaya massa mengubah haluan dari pembodohan ke pencerdasan. Masyarakat sendiri harus mampu menghentikan proses pembodohan dengan menyeleksi bacaan dan tontonan yang mereka sajikan, dan me- milih hanya yang mencerdaskan dirinya. (Yap Fu Lan, Program studi Ilmu Pendidikan Teologi, FKIP, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta).
Silence, The Origin Of Evangelization A Discourse With Max Picard, Raimon Panikkar, And Aloysius Pieris Yap Fu Lan
DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA Vol. 10 No. 1 (2011): Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara
Publisher : STF Driyarkara - Diskursus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.437 KB)

Abstract

Abstract: Max Picard argues that silence is the source of the word. The word that does not come from silence equals noise. A true word, or meaningful speech, springs from silence. Raimon Panikkar and Aloysius Pieris contend that silence is a characteristic of God. God’s Silence is spoken through the Word, expressed through the language of Body and Blood, the person of Jesus Christ. Christian evangelization is prophetic. It responds to human suffering, following the dynamism of Silence and Word, of life-death-resurrection. Christian evangelization is not merely about delivering the Word of God, but also about returning to its origin, the Silence of God. Keywords: silence, evangelization, Body-and-Blood language, prophetic, human suffering. Abstrak: Max Picard berargumen, keheningan adalah sumber ucapan. Ucapan yang tidak berasal dari keheningan hanyalah suara bising tanpa makna. Ucapan atau kata-kata sejati yang bermakna bersumber dalam keheningan. Raimon Panikkar dan Aloysius Pieris berpendapat, keheningan adalah karakter Allah. Keheningan ilahi diungkapkan melalui Sabda, melalui bahasa Tubuh dan Darah, yakni pribadi Yesus Kristus. Evangelisasi Kristiani sesungguhnya bersifat profetik. Evangelisasi Kristiani tanggap terhadap penderitaan umat manusia, mengikuti dinamika Keheningan dan Sabda Illahi, atau dinamika hidup-kematian-kebangkitan. Evangelisasi Kristiani bukan hanya hal mewartakan Sabda, melainkan juga hal kembali kepada sumbernya yang sejati, yakni Keheningan Allah. Kata-kata Kunci: keheningan, evangelisasi, ”bahasa Tubuh-dan-Darah,” profetis, penderitaan manusia.