Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Evaluasi Pelayanan Ground Handling di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu Lita Yarlina; Harry Yanto Lumban Batu; Evy Lindasari; Arman Mardoko
Warta Penelitian Perhubungan Vol 32, No 1 (2020): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.505 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v32i1.1368

Abstract

AbstrakLalu lintas angkutan udara di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu menunjukkan pertumbuhan yang meningkat selama periode 2015-2019. Pengelolaan Ground Support Equipment (GSE) dan Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelayanan ground handling di sisi udara, khususnya apron, untuk mewujudkan keselamatan penerbangan, kinerja ketepatan waktu, kepuasan pelanggan, serta keandalan yang sesuai dengan regulasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas layanan ground handling di Bandar Udasar Mutiara SIS Al-Jufri. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengacu pada kriteria dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 91 tahun 2016 tentang Pembatasan Usia Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/ GSE) dan Kendaraan Operasional yang Beroperasi di Sisi Udara, serta Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/81/X/1998 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Ground Support Equipment (GSE). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kegiatan ground handling telah menunjukkan komitmen dalam memenuhi pelayanannya. Walaupun demikian, masih terdapat deviasi berupa kendaraan dengan usia operasi lebih dari 10 tahun yang masih beroperasi di apron, antara lain Aircraft Towing Tractor (ATT), Air Starter Unit (ASU), dan Ground Power Unit (GPU). Oleh karena itu, direkomendasikan untuk melakukan penyesuaian peralatan dengan mengacu pada regulasi yang berlaku.Kata kunci: Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri, ground handling.Ground Handling Services at Mutiara SIS Al-Jufri Airport Palu: Air transport traffic at Mutiara SIS Al-Jufri Airport, Palu-Indonesia, showed an increase in growth from 2015 until 2019. In an attempt to meet the ground handling service requirements on the air side, especially aprons, it is necessary to properly manage Ground Support Equipment (GSE) and Human Resources to achieve flight safety, punctuality performance, customer satisfaction, and regulatory compliance. This study aimed to determine the quality of ground handling services at Mutiara SIS Al-Jufri Airport. It employeda descriptive qualitative method by referring to the criteria issued in the Regulation of Minister of Transportation PMNo. 91 of 2016 concerning Age Limits for Supporting GSE and Operational Vehicles Operating on the Air Side andthe Decree of the Director-General of Civil Aviation No. SKEP/81/X/1998 on General Guidelines for Management of Ground Support Equipment. The results showed that the ground handling activities hadsuccessfully committedto fulfilling their functions, but a few deviations from the recommended age of vehicles in operation on the aprons were identified. Aircraft Towing Tractor (ATT), Air Starter Unit (ASU), and Ground Power Unit (GPU) had been operated for more than ten years. Therefore, this study recommends that equipment adjustments be made following applicable regulations.Keywords: Mutiara SIS Al-Jufri Airport, ground handling.
PENDIDIKAN, TERHADAP SIKAP DAN MORAL HAZARD KESELAMATAN PENERBANGAN (STUDI KASUS LAYANAN RAPID TEST OLEH STAF PT. KIMIA FARMA DIAGNOSTIKA DI BANDAR UDARA SOETTA DAN KUALANAMU) Erwansyah Sjarief; Dony Prasetyo Siswantoro; Evy Lindasari
Jurnal Ilmiah Manajemen SURYA PASCA SCIENTIA Vol 11, No 2 (2022): Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Manajemen Surya Pasca Scientia
Publisher : Jurnal Ilmiah Manajemen SURYA PASCA SCIENTIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/jimspc.v11i2.944

Abstract

Dalam dunia penerbangan, segala sesuatu yang terkait dengan keselamatan dilaksanakan secara ketat, tanpa kompromi, apalagi dalam situasi darurat (pandemi Covid-19), yang mengancam keselamatan jiwa manusia. Untuk itu pengaturan penumpang di Bandar Udara dilakukan rapid tes sebelum penumpang naik ke pesawat terbang. Pengetatan persyaratan terbang bagi penumpang, dimanfaatkan oleh oknum petugas garda terdepan pencegahan penyebaran Covid-19, dengan melakukan moral hazard. Kasus ini terjadi di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) (memperjualbelikan hasil rapid tes) dan di Bandara Kualanamu (menggunakan alat rapid tes bekas) yang kedua kasus ini dilakukan oleh staf PT. Kimia Farma Diagnostika. Tindakan ini jelas berbahaya bagi keselamatan jiwa manusia, apalagi dilakukan di Bandar Udara Internasional, yang akibanya sangat mungkin Bandara menjadi kluster penyebaran virus baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif menggunakan data sekunder. Kesimpulan dibuat berdasarkan triangulasi antara temuan penelitian dengan teori. Hasil penelitian ini menemukan bahwa, petugas tes RT-PCR belum memahami Pandemi Covid-19 sebagai ancaman keselamatan penerbangan. Pemahaman ancaman keselamatan penerbangan cenderung baru sebatas ancaman yang terkait dengan terjadinya kecelakaan pesawat terbang atau segala sesuatu yang terkait dengan terorisme di lingkungan penerbangan. Latar belakang pendidikan petugas yang bertanggungjawab terhadap tes RT-PCR, sekalipun lulusan pendidikan tinggi, tidak menjamin mereka paham terhadap bentuk- bentuk ancaman keselamatan penerbangan, selain terkait dengan terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Akibat ketidakpahaman terhadap berbagai potensi ancaman keselamatan penerbangan, pelaku mencoba mengambil keuntungan bagi kepentingan pribadi dalam situasi pandemi, dengan mengabaikan prinsip-prinsip keselamatan penerbangan. Ancaman keselamatan penerbangan, bisa terjadi secara tiba-tiba, dalam bentuk yang tidak diketahui, sehingga banyak regulasi yang belum siap menghadapi kedaruratan. Akibatnya membuka peluang bagi oknum petugas untuk memanfaatkan keterbatasan regulasi dengan melakukan tindakan moral hazard. Lemahnya pengawasan terhadap petugas yang menjadi garda terdepan dalam mencegah penumpang yang tidak memenuhi syarat keberangkatan, menjadi salah satu penyebab terjadinya kedua kasus ini. Hasil penelitian ini menjadi penting dalam menyusun kebijakan keselamatan penerbangan untuk situasi darurat. Keywords: Pendidikan, Sikap, Moral Hazard, Keselamatan Penerbangan