Sugih Wijayati
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Relaxation Methods To Reduce Pain And Injuries SEFT Post Sectio Caesaria Sugih Wijayati; Ngadiyono Ngadiyono; Triana Sri Hardjanti
Jurnal Riset Kesehatan Vol 2, No 3 (2013): September 2013
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2238.376 KB) | DOI: 10.31983/jrk.v2i3.390

Abstract

Various ways are used to eliminate or reduce pain during childbirth with spontaneous or with Sectio Caesarian birth using non-pharmacological and pharmacological. Approaches one intervention that can be done through non-pharmacological approach by midwives is throug with relaxation and spiritual emotional freedom tecnique(SEFT) methods.The purpose of this study was is to investigate the different methods of relaxation and SEFT to decrease pain intensity because Sectio Caesaria Operation at Semarang District Hospital and Dr.Adyatma,MPH Hospital in Semarang City.The design used was is pre experimental design, posttest only design with control group design with time spent crosssectional approach.The results shown of significant differences method of relaxation and SEFT to decrease level of pain (pain value) because Sectio Caesaria Operation. It is shown the average respondent without any pain and SEFT relaxation method at 5,60 and the average respondent pain with relaxation methods and SEFT of 4,13. There is a decrease in the mean or average - average labor pain 1,47and p valueof 0.004.
Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Kanker Serviks Sugih Wijayati; Suci Abrelia Fitriyanti; Arwani Arwani
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 2 (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.626 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i2.511

Abstract

Latar Belakang: Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien didiagnosis kanker serviks pada umumnya merasa shock mental, takut, tidak bisa menerima kenyataan, sampai pada keadaan depresi. Depresi berdampak pada gangguan mood yang dikarakteristikkan dengan kesedihan yang intens, berlangsung dalam waktu lama, dan mengganggu kehidupan normal.Kondisi ini terjadi pada pasien kanker servix .Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien kanker servix yaitu terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).Salah satu dampak depresi yang akan muncul adalah lemahnya kondisi fisik yang akan menghambat proses pengobatan dan mendukung sel kanker servix semakin berkembang. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat depresi pada pasien kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian pra – eksperimental dengan desain penelitian pre and post-test without control group. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 responden dengan teknik consecutive sampling. Uji analisis data dengan uji Wilcoxon – test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penurunan skor depresi dari 28 (depresi sedang) menjadi 20 (depresi klinis) setelah dilakukan SEFT dan perubahan skor depresi secara statistik bermakna (p = 0,000). Kesimpulan: ada penurunan terapi SEFT terhadap tingkat depresi pada pasien kanker serviks. Kata kunci : depresi , SEFT, kanker serviks. Abstract Background : Psychological reactions commonly occur among cervical cancer patients are mental alteration, fear, denial and depression. Depression is a mood disorder characterized by prolonged sorrow, which can disrupt normal life. The SEFT therapy is an effective complementary therapy to reduce depression level. Aims: This study aims to examine the effect of SEFT therapy on depression among cervical cancer patients at Dr. Moewardi Surakarta General Hospital. Methods: A pre - experimental study using pre and post-test without control group design was applied to 33 respondents recruited by consecutive sampling method. The data were analyzed using the Wilcoxon test. Result: The depression score was decreased from 28 (moderate depression) to 20 (clinical depression) after intervention, which is statistically significant (p= 0.000). Conclusion : It is concluded that there is positive effect of SEFT therapy on depression level among cervical cancer patients. Keyword : depression, SEFT. Cervical Cancer.
Kelompok Dukungan Sebaya berhubungan dengan Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS Sekar Ayuningtyas; Sugih Wijayati; Muhamad Jauhar
JURNAL KEPERAWATAN RAFLESIA Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Keperawatan Raflesia, Prodi Keperawatan Curup, Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.345 KB) | DOI: 10.33088/jkr.v3i1.623

Abstract

The phenomenon of HIV / AIDS has an impact on the national stablity. The factors is risky sexual behavior and drugs. The impact is a community stigma that affects the quality of life of people living with HIV/AIDS (PLWHA). Peer group support can improve the quality of life of PLWHA. This study aims to determine the relationship between peer group support and the quality of life of PLWHA. This study used an analytic observation design with a cross sectional approach. The study used simple random sampling. A sample of 62 clients in the Peer Support Group (KDS) Arjuna Plus Semarang. The study used a peer group support questionnaire (validity value 0.335-0.708 and reliability 0.426) and quality of life (validity value 0.325-0.602 and reliability 0.582). Data analysis using Pearson product moment correlation test. The mean ageof PLWHA is 33.56 years, male (62.9%), high school (40.3%), private employees (75.8%). There was a significant relationship between peer group support and quality of life among PLWHA (p value = 0.045). Peer group support is related to the quality of life of PLWHA. Nurses as a health service providers collaborate with Peer Support Groups in improving the quality of life of PLWHA.
Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (Diabetes Melitus) Melalui Program “MASDARMin” (Masyarakat Sadar DM Secara Independen) Di Kelurahan Banyumanik, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Arwani Arwani; Sugih Wijayati
Jurnal Pengabdian Perawat Vol. 1 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jpp.v1i1.1516

Abstract

Pengelolaan penderita diabetes melitus tipe 2 di Indonesia saat ini masih lebih berfokus pada peran sentral tenaga kesehatan (health officers-centered care) dibandingkan dengan berpusat pada pasien (patient-centered care), keluarga (family-centered care), ataupun masyarakat. Pasien dan keluarganya masih terkesan dianggap sebagai objek yang pasif dan bukan sebagai mitra dalam pengelolaan diabetes melitus tipe 2. Kesempatan untuk mengambil keputusan penting seperti meminum obat belum didasarkan pada aspek-aspek latar belakang pasien dan keluarga pasien seperti nilai dan budaya serta aspek spiritualitas. Pengelolaan diabetes melitus tipe 2 menjadi tidak optimal dan dan tidak tuntas. Pemberdayaan masyarakat menjadi penting untuk pengelolaan penyakit diabetes melitus secara mandiri melalui program MASDARMIn. Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan cara melakukan pendampingan kepada masyarakat yang anggota keluarganya terdapat penderita diabetes melitus tipe 2. Hasil pendampingan melalui program MASDARMIn berdampak pada peningkatan tingkat pemahaman dan pengetahuan keluarga dan penderita DM tentang DM dan cara pengelolaannya; meningkatkan pelibatan secara aktif anggota keluarga; memampukan keluaraga memilih alternatif tindakan yang baik; memunculkan rasa nyaman pada klien karena dikelola oleh orang yang sangat dikenal dan dekat dengan klien seperti pasangan hidup (suami-istri) dan anak dewasa yang sangat memahami karakter dan latar belakang budaya; memberikan dampak secara nyata pada perilaku keluarga dan penderita DM tipe 2 untuk melakukan Diabetes Self-Management (DSM). Disarankan untuk melakukan sosialisasi program MASDARMIn di wilayah yang lebih luas dan diberikan pada kelompok prediabetes.