Aziza Aryati
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

REKONSILIASI ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA Telaah Pemikiran Filsafat Al-Farabi Aziza Aryati
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 12, No 2 (2012): Agustus 2012
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.743 KB) | DOI: 10.29300/syr.v12i2.1533

Abstract

Al-Farabi is an outstanding Muslim philosopher. He is well known as the second master. He learnt logic, politics, and music. His thought on metaphysics specially emanation has been studied broadly by scholars. Emanation theory that developed by al-Farabi, although regarded inappropriate with cosmonology theory, was an effort to unite religion and philosophy. Trough his thoughts, Al-Farabi, in fact, tried to strengthen the core of Islamic tenet, i.e. tauhid, even though some  scholars denied because of religious reasons. 
Gerakan Intelektual Islam Masa Klasik Hingga Modern Aziza Aryati
At-Ta'lim : Media Informasi Pendidikan Islam Vol 14, No 1 (2015): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.592 KB) | DOI: 10.29300/attalim.v14i1.263

Abstract

Pemikiran Pendidikan Al-Mawardi (Etika Antara Guru - Murid) Aziza Aryati
At-Ta'lim : Media Informasi Pendidikan Islam Vol 15, No 1 (2016): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.754 KB) | DOI: 10.29300/attalim.v15i1.295

Abstract

Filsafat Etika Mulla Shadra antara Paradigma Mistik dan Teologi Ismail Ismail; Aziza Aryati
Manthiq Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Manthiq
Publisher : Sekolah Pasca Sarjana IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mtq.v3i2.2900

Abstract

Abstrak: Filsafat Etika Mulla Shadra antara Paradigma Mistik dan Teologi. Secara historis, etika sebagai wahana filsafat lahir akibat dari rusaknya tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun yang lampau. Pandangan-pandangan lama mengenai hakekat baik dan buruk tidak lagi dipercaya, karenanya para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi keakuan manusia saat itu. Persoalan yang sering mengemuka saat itu, apa norma-norma untuk menentukan sesauatu yang harus dianggap sebagai kewajiban? Misalnya, dalam bidang etika hubungan antara suami dan istri, hubungan anak dan orang tua, kewajiban terhadap Negara, etika dalam pergaulan serta penilaian terhadap nyawa manusia. Pandangan-pandangan tersebut sangat berbeda satu sama  lainnya. Untuk mengatasi pergolakan perbedaan pendapat tersebut, diperlukan refleksi kritis terhadap etika. Persoalan etika atau moralitas selalu menarik untuk dikaji kapanpun atau dalam kontek apapun. Tulisan ini membicarkan seorang filosof Muslim yang memiliki kepedulian terhadap etika atau moralitas manusia, yaitu Mulla Shadra. Filsafat moral yang ditawarkan oleh Mulla Shadra sering disebut dengan istilah al-Hikmah al-Muta’aliyah. Secara epistemologis al-Hikmah al-Muta’aliyah didasarkan pada tiga prinsip, yaitu pertama; intuisi intelektual (dzawaq atau isyraaq), kedua; pembuktian rasional (‘aql atau istidlal), dan ketiga; syariat. Dengan demikian, hikmah mengandung arti kebijaksanaan (wisdom) yang diperoleh melalui pencerahan rohaniyah atau intuisi intelektual dan disajikan dalam bentuk yang rasional dengan menggunakan argumen-argumen rasional. Hikmah ini bukan hanya memberikan pencerahan kognitif, tetapi juga realisasi yang mengubah wujud penerima pencerahan itu merealisasikan pengetahuan sehingga terjadi transformasi wujud hanya dapat dicapai dengan mengikuti syariat.