Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kajian Dampak Pembangunan Embung Konservasi Mendekati Zero Run Off Dalam Pengendalian Banjir Kawasan Prasoni Agung; Bakhtiar Abu Bakar; R. Didin Kusdian
TECHNO-SOCIO EKONOMIKA Vol 12, No 1 (2019): Jurnal Techno-Socio Ekonomika - April
Publisher : LPPM Universitas Sangga Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.778 KB)

Abstract

Embung adalah suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam yang digunakan untuk menampung air hujan dan air limpasan sekitar untuk keperluan cadangan air pada saat musim kemarau. Tetapi embung dapat juga dikembangkan sebagai sarana kolam retensi untuk pengendalian banjir dalam skala kecil, diharapkan air hujan yang jatuh dikawasan pemukiman tersebut dapat ditampung di embung ini, sehingga kawasan ini dapat disebut sebagai kawasan zero runoff, dimana tidak terdapat limpasan air yang keluar ke hilir dari kawasan ini. DAS Cipamokolan bagian hulu tergolong tidak sering banjir, tetapi kejadian luar biasa terjadi pada bulan Maret 2018, dimana pada saat itu terjadi banjir bandang beserta lumpur yang menerjang pemukiman. DAS Cipamokolan sampai dengan titik tinjau ini  luas DASnya sebesar 6,705 km2, berdasarkan analisa frekuensi curah hujan rencana adalah 10 tahunan sebesar 129,7 mm dengan debit puncak banjir sebesar 32,084 m3/det, Rencana pengendalian banjir Cipamokolan ini adalah dengan membuat embung di hulu sehingga limpasan air ke arah hilir dapat dikurangi. Dan analisa reduksi banjir dihitung dengan menggunakan penelusuran banjir melalui embung/waduk dengan menggunakan software HECHMS 3.5. dan dapat mereduksi puncak debit banjir sebesar 7,60% sampai 34,76% dari debit puncak kondisi eksisting.  Kapasitas alur sungai Cipamokolan di ruas ini adalah sebesar 28,681 m3/det. Dengan kapasitas sebesar ini, maka kondisi dengan adanya embung ini akan dapat menampung debit dengan kala ulang 10 tahun, dimana dengan adanya embung maka debit puncak banjir dari sebesar 32,084 m3/det dapat menjadi sebesar 24,441 m3/det. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya embung ini kondisi zero run off masih belum bisa dicapai, tetapi debit puncak banjir dapat tereduksi, sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak banjir yang mungkin terjadi. DOI: https://doi.org/10.32897/techno.2019.12.1.5