Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Transformatif

BAHASA SEBAGAI NILAI PEREKAT DALAM SIMBOL BUDAYA LOKAL TOKOH AGAMA Abubakar Abubakar; Ngalimun Ngalimun; Fimier Liadi; Latifah Latifah
Transformatif Vol 4, No 2 (2020): ISSUED IN OCTOBER 2020
Publisher : POSTGRADUATE OF PALANGKA RAYA STATE ISLAMIC INSTITUTION

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/tf.v4i2.2174

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menekankan metode observasi dan wawancara mendalam dengan subyek penelitian yang dipilih secara sengaja. Subyek penelitian yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah para tokoh Agama, para tokoh budaya, tokoh intelektual dan akademisi dan tokoh pejabat pemerintah. Secara umum bahwa nilai perekat dalam simbol budaya lokal Tokoh Agama di Palangka Raya adalah pola interaksi “solidaritas integratif”, hal tersebut ditandai dengan beberapa nilai perekat  dalam simbol bahasa budaya lokal di Palangka Raya yaitu: Nilai Belom Bahadat, nilai budaya yang selalu menjunjung adat. memiliki rasa kebersamaan dalam membangun solidaritas, keterbukaan dan ketulusan  dalam melayani tamu sebagai wujud masyarakat plural, kemudian saling menghargai persatuan dan kesatuan serta perbedaan masing-masing agama, karena perbedaan  merupakan sunnatullah dan keniscayaan yang tidak mungkin diabaikan. Semangat  gotong royong, musyawarah dan  kesetaraan  sebagai wujud dari  budaya huma betangyang menjadi budaya masyarakat Dayak. Adil Ka’talino, yaitu menghargai keadilan dan kebenaran, membangun keseraian, keselarasan dan kesimbangan  sebagai tradisi turun temurun yang telah diwariskan dari generasi terdahulu. Nilai Belom Penyang Simpei, yaitu hidup damai dan sejahtera sebagai implementasi dari harmonisasi budaya Dayak. Nilai spiritualitas Pancasila, sebagai simpul perekat semangat kebangsaan berdasarkan kearifan budaya lokal dan kekuatan integratif budaya nasional Pancasila, sehingga Palangka Raya Kalimantan Tengah dikenal dengan motto, “Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila, Bhinneka Tungggal Ika.”Kata Kunci: nilai perekat, simbol budaya, tokoh agama. ABSTRACTThis research is a field research by emphasizing the method of observation and in-depth interviews with deliberately selected research subjects. Research subjects deemed relevant in this study were religious leaders, cultural leaders, intellectual and academic figures and government official figures. In general, the value of adhesive in local cultural symbols Religious Leaders in Palangka Raya is a pattern of interaction “integrative solidarity”, it is marked by some adhesive values in local cultural symbols in Palangka Raya, namely: Belom Bahadat values, cultural values that always uphold custom. have a sense of togetherness in building solidarity, openness and sincerity in serving guests as a form of plural society, then respecting the unity and unity and differences of each religion, because differences are sunnatullah and inevitability that cannot be ignored. The spirit of mutual cooperation, deliberation and equality as a form of betang huma culture which became the culture of the Dayak community. Adil Ka'talino, which values justice and truth, builds harmony, harmony and balance as a hereditary tradition that has been passed down from previous generations. The value of the Simpang Penyang Simpei, which is to live in peace and prosperity as an implementation of the harmonization of Dayak culture. The value of Pancasila spirituality, as the glue of national spirit, is based on local cultural wisdom and the integrative power of the Pancasila national culture, so Palangka Raya in Central Kalimantan is known for its motto, “Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila, Bhinneka Tungggal Ika.”Keywords: adhesive values, cultural symbols, religious leaders.