Haqqul Yaqin
UIN Sunan Ampel Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Keimanan Rasional dan Genius Spiritual: Upaya Mencari Titik Temu Kredo Agama dan Sains Haqqul Yaqin
MAARIF Vol 15 No 1 (2020): Agama, Sains, dan Covid-19: Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47651/mrf.v15i1.82

Abstract

Sains yang berpusat pada rasio dan agama yang bertumpu pada iman lebih sering tampak berseberangan daripada bergandengan.Kaum sainstis merasa lebih superior dengan berbagai capaian ilmiahnya dan menuduh kaum agamawan sebagai kelompok tradisional yang irasional. Namun begitu, sejatinya dua komunitas tersebut sedang mendaki untuk mencapai kebenaran. Pokok persoalannya terletak pada munculnya determinisme kalangan sainstis akan metode ilmiah yang diyakini sebagai satu-satunya tuntutan yang dapat dipercaya untuk memperoleh kebenaran. Sementara di sisi lain, agama dengan klaim-klaimnya dianggap terlalu otoritatif dan cenderung meniadakan faktafakta riil, atau bahkan mendahului sains dalam melegitimasi suatu realitas. Namun begitu, di tengah perkembangan kehidupan sosial politik dan keagamaan, perbincangan urgensi dialektika dua kubu yang berseteru secara diametral tersebut, kini mulai mendapat momennya. Banyak kejadian-kejadian kontemporer yang mencoba mengambil manfaat dari seteru tersebut.
PANDEMI, NEW NORMAL, DAN LIMINALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA DI JAWA TIMUR Haqqul Yaqin; Feryani Umi Rosyidah; Ali Mursyid Azisi
Jurnal Sosiologi Agama Vol 16, No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsa.2022.161-03

Abstract

The Covid-19 pandemic affects almost all dimensions of human life, including religious life. As an entity also affected by the pandemic, religious life manifests as part of the social problems and dilemmas in the pandemic era. This article tries to explain the liminal movement of religious life in East Java. The aim is to find some urgent dimensions regarding the practice of religious life in the era of the Covid-19 pandemic. The qualitative approach was chosen as a technique to find several essential aspects in the liminal process. By conducting interviews and being supported by online data categorized thematically, this technique can reinforce views and patterns of religious experience. Interviews were conducted with academics, mosque managers, religious leaders, mosque congregations, and community leaders. The research findings are that as a form of experience in the pandemic era, liminality can transmit ritual practices and cultural codes into new ways of doing and adapting religious life into new everyday habits. Amid an increasingly blurred rationality and demands for survival that continue to whack, people take various ways to resist epidemics and disasters and seek protection with various patterns, including religion.
Keimanan Rasional dan Genius Spiritual: Upaya Mencari Titik Temu Kredo Agama dan Sains Haqqul Yaqin
MAARIF Vol 15 No 1 (2020): Agama, Sains, dan Covid-19: Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47651/mrf.v15i1.82

Abstract

Sains yang berpusat pada rasio dan agama yang bertumpu pada iman lebih sering tampak berseberangan daripada bergandengan.Kaum sainstis merasa lebih superior dengan berbagai capaian ilmiahnya dan menuduh kaum agamawan sebagai kelompok tradisional yang irasional. Namun begitu, sejatinya dua komunitas tersebut sedang mendaki untuk mencapai kebenaran. Pokok persoalannya terletak pada munculnya determinisme kalangan sainstis akan metode ilmiah yang diyakini sebagai satu-satunya tuntutan yang dapat dipercaya untuk memperoleh kebenaran. Sementara di sisi lain, agama dengan klaim-klaimnya dianggap terlalu otoritatif dan cenderung meniadakan faktafakta riil, atau bahkan mendahului sains dalam melegitimasi suatu realitas. Namun begitu, di tengah perkembangan kehidupan sosial politik dan keagamaan, perbincangan urgensi dialektika dua kubu yang berseteru secara diametral tersebut, kini mulai mendapat momennya. Banyak kejadian-kejadian kontemporer yang mencoba mengambil manfaat dari seteru tersebut.