This Author published in this journals
All Journal Buletin Palma
Ismail Maskromo
Balit Palma

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Keragaman Fenotipe dan Genetik Kumbang Brontispa longissima (Coleoptera: Chrysomelidae) pada Tanaman Kelapa [The Genetic and Phenotypic Diversities of Brontispa longissima Beetle (Coleoptera: Chrysomelidae) on Coconut Palms] Jelfina C. Alouw; Ismail Maskromo; Fadjry Djufry
Buletin Palma Vol 18, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v18n2.2017.83-90

Abstract

ABSTRAKBrontispa longissima merupakan salah satu hama utama kelapa yang dapat menyebabkan kerusakan daun dan kehilangan hasil kelapa secara ekonomi. Terdapat variasi warna dan pola pewarnaan elytra B. longissima yang tersebar di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis keragaman fenotipe dan genetik hama Brontispa longissima yang berasal dari beberapa daerah dengan menggunakan marka RAPD. Analisis keragaman genetik berdasarkan marka RAPD dilakukan terhadap hama B. longissima yang dikoleksi dari Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Selatan (Sulsel), Ambon/Seram, dan Papua Barat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), dari Bulan Maret sampai dengan November 2016. Berdasarkan analisis RAPD menggunakan 3 primer pada enam sampel B. longissima menunjukkan sampel mengelompok menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok I terdiri atas sampel Papua Barat dan Sulsel 2 dan kelompok II  terdiri dari sampel  Ambon/Seram, Sulut 1, Sulut 2 dan Sulsel 1  dengan tingkat kemiripan sekitar 50%. Pada kelompok I, sampel Papua Barat dan Sulsel 2 mempunyai kemiripan sekitar 75%. Kemiripan tertinggi      (> 80 %) tampak antara sampel Sulut 1 dan Sulut 2 yang memiliki warna dan pola warna elytra yang berbeda. Primer OPA 01 dapat digunakan untuk membedakan antar sampel atau keragaman populasi sehingga dapat diaplikasikan sebagai alat deteksi yang cepat dan akurat.    ABSTRACTBrontispa longissima is one of the main pests of coconut causing leaf damage and yield losses. Variation of color and pattern of the elytra was found among population of B. longissima distributed in Indonesia. The objective of the study was to analyze the phenotypic and genetic diversities of Brontispa longissima pests from several regions using RAPD markers. RAPD marker based diversities analysis was carried out to evaluate genetic and phenotipic relationships among population of B. longissima collected from North Sulawesi (Sulut), South Sulawesi (Sulsel), Ambon/Seram, and West Papua. Laboratory expriments were carried out at the Integrated Pest and Disease Laboratory of The Indonesian Palm Crops Research Institute (IPCRI) and the Laboratory of The Indonesian Center For Agricultural Biotechnology And Genetic Resources Research and Development (ICABOG RAD) from March to November 2016.  Three of the twenty primers selected, have grouped the samples into two distinct clusters.  Cluster analysis indicated 75% similarities between West Papua (P) populations and collections from South Sulawesi 2, and 50% similarities among samples from Ambon/Seram, North Sulawesi 1 and 2, and South Sulawesi 1. The highest similarity of more than 80% was found on two samples from North Sulawesi having different color and pattern of elytra. Primer OPA-01 showed highest polymorphism percentage.
Keragaan Genetik Plasma Nutfah Kelapa Dalam (Cocos nucifera L) di Kebun Percobaan Mapanget Berdasarkan Penanda DNA SSRs Jeanette Kumaunang; Ismail Maskromo
Buletin Palma No 33 (2007): Desember, 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v0n33.2007.18-27

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman genetik plasma nutfah kelapa Dalam yang di tanam secara ex situ di Kebun koleksi Mapanget Balitka Manado berdasarkan penanda DNA SSRs. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tumbuhan, Pusat Studi Ilmu Hayati LP-IPB Bogor tahun 2004. Materi kelapa sebanyak 12 aksesi kelapa Dalam yang ditanam di Kebun Percobaan Mapanget terdiri dari Dalam Ilo Ilo (DIO), Dalam Aertembaga (DAG), Dalam Tontalete (DTT), Dalam Pungkol (DPL), Dalam Pandu (DPA), Dalam Marinsow (DMW), Dalam Wusa (DWA), Dalam Talise (DTS), Dalam Sea (DSE), Dalam Takome (DTE), Dalam Kalasey (DKY) dan Dalam Kinabuhutan (DKN). Masing-masing aksesi diwakili oleh 2 nomor pohon sampel. Analisa DNA 12 aksesi kelapa Dalam dianalisis keragamannya berdasarkan penanda DNA Simple Sequence Repeats (SSRs) menggunakan 3 primer atau lokus yaitu CNZ 18, CNZ 21,  CNZ 51. Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 primer SSRs yang digunakan semuanya polimorfik.  Masing-masing aksesi yang dianalisis memiliki kemiripan genetik sebesar 100% kecuali aksesi  kelapa Dalam Pungkol yang hanya memiliki kemiripan 60 %. Pada jarak genetik 0,5 atau 50% kemiripan genetik diperoleh dua kelompok aksesi kelapa. Kelompok I terdiri dari Kelapa Dalam Ilo Ilo, Dalam Aertembaga, Dalam Tontalete, Dalam Pandu dan Dalam Pungkol dan kelompok II terdiri dari kelapa Dalam Marinsow, Dalam Wusa, Dalam Talise, Dalam Sea, Dalam Takome, Dalam Kalasey dan  Dalam Kinabuhutan. Keragaman genetik 12 aksesi kelapa Dalam di Kebun Percobaan Mapanget rendah.
Varietas Kelapa Sri Gemilang untuk Lahan Pasang Surut [Sri Gemilang Coconut Variety for Tidal Area] Donata Suriaty Pandin; E. T. Tenda; Meity T. Tulalo; Ismail Maskromo
Buletin Palma Vol 17, No 1 (2016): Juni, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.028 KB) | DOI: 10.21082/bp.v17n1.2016.1-13

Abstract

Indonesia has a tidal swampy area of about 33.4 million hectares, from which + 20 million hectares could be cultivated as a coconut plantation. If it is used optimally, the area could play an important role in supporting the national food security. Several technologies have been produced and applied, and the use of adaptive varieties in tidal land, can improve and enhance the productivity of the land. The availability of superior tall coconut varieties to meet the required coconut seeds for coconut development program is still limited. All of the coconut high yielding varieties launched by the Minister of Agriculture are suitable for dry land only, and not for tidal one. Sri Gemilang, a coconut variety grown in tidal land in Parit Sialang Krubuk, Hidayah Village, Pelangiran District, Indragiri Hilir, Riau Province was evaluated from 2012 to 2016. Observations showed that the production of frutis and copra were relatively stable, averaging above 3.0 tons of copra/ha/year. Sri Gemilang variety with a potential endosperm weight of about 518 g/nut was selected as palms for superior seed sources. Weight of nuts decreased to about 433 g/nut during observation in 2016, after long dry season. However, it was still higher than the control varieties, DTA (371 g/nut) and DMT (366 g/nut) grown on the same tidal land. If the weight of coconut meat is converted to the production of copra/ha, it can reach > 3.0 tons of copra/ha/year, while DTA and DMT grown on tidal land was only 1.6 tons and 1.56 tons of copra/ha/year, respectively. The low weight of endosperm of DTA and DMT is presumably because both varieties which typically grow well on dry land, less adaptable on tidal land. ABSTRAKIndonesia memiliki lahan rawa pasang surut 33,4 juta hektar, sekitar 20 juta hektar dapat diusahakan sebagai perkebunan kelapa. Jika dimanfaatkan secara optimal akan berperan penting dalam mendukung swasembada dan ketahanan pangan nasional. Beberapa teknologi telah dihasilkan dan diterapkan, penggunaan varietas adaptif di lahan pasang surut, dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Jenis kelapa Dalam unggul yang tersedia masih sangat terbatas sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan benih untuk program pengembangan kelapa. Varietas unggul kelapa yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian, semuanya memiliki habitat pada lahan kering, sedangkan habitat pada lahan pasang surut belum ada. Kelapa Dalam Sri Gemilang tumbuh di lahan pasang surut, yaitu di Parit Sialang Krubuk, Desa Hidayah, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Hasil penelitian tahun 2012 hingga 2016, menunjukkan bahwa produksi buah kelapa dan kopra relatif stabil, yaitu rata-rata di atas 3,0 ton kopra/ha/tahun. Pada varietas kelapa Sri Gemilang dilakukan pemilihan Pohon Induk dengan potensi rata-rata berat daging buah 518 g/butir. Kemarau panjang pada tahun 2015 mengakibatkan berat daging buah turun pada tahun 2016, yaitu 433 g/butir, namun lebih tinggi dibandingkan kelapa DTA (371 g/butir) dan DMT (366 g/butir) sebagai varietas pembanding yang ditanam di lahan pasang surut. Jika berat daging buah kelapa dikonversi ke produksi kopra per hektar maka kelapa Dalam Sri Gemilang mencapai > 3,0 ton kopra/hektar/tahun, sedangkan kelapa DTA dan DMT yang ditanam di lahan pasang surut masing-masing 1,6 ton dan 1,56 ton kopra/hektar/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Kelapa DTA dan DMT yang biasanya tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada lahan kering, kurang adaptif pada lahan pasang surut.
Karakteristik Empat Aksesi Baru Aren (Arenga pinnata Merr) dari Kalimantan Selatan Elsje Tenda; Ismail Maskromo; Miftahorachman Miftahorachman
Buletin Palma No 35 (2008): Desember, 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v0n35.2008.%p

Abstract

Eksplorasi plasma nutfah aren di Kalimantan Selatan bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetik aren yang akan digunakan sebagai materi pemuliaan dalam perakitan aren unggul di masa yang akan datang, menggunakan metode survei berdasarkan pedoman pengelolaan plasma nutfah perkebunan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tiga kabupaten tersebut terdapat tiga aksesi aren tipe Dalam dan satu aksesi aren tipe Genjah. Produksi nira dan kadar gula nira tertinggi ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Seleksi perlu dilakukan pada sifat produksi dan kadar gula nira pada empat aksesi aren di Kalimantan Selatan karena  memiliki keragaman tinggi. Keragaman genetik keempat aksesi aren di Kalimantan Selatan, yaitu 95 -100%, sehingga memungkinkan untuk dilakukan seleksi untuk materi pemuliaan dalam perakitan varietas unggul aren.
Jarak Genetik Sebelas Aksesi Plasma Nutfah Pinang (Areca catechu L.) Miftahorrachman Miftahorrachman; Ismail Maskromo
Buletin Palma No 33 (2007): Desember, 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v0n33.2007.78-86

Abstract

Analisis jarak genetik dilakukan terhadap sebelas populasi pinang (Areca catechu L.) hasil eksplorasi di daerah Kalimantan Barat bulan Juni 2007, yaitu Sungai Kakap-1, Sungai Kakap-2, Sungai Kakap-3, Sungai Kakap-4, Sungai Kakap-5, Sungai Kakap-6, Rasau Jaya (Asal Kabupaten Pontianak), Singkawang-1, Singkawang-2 (Asal Kabupaten Singkawang), Sambas-1, dan Sambas-2 (asal Kabupaten Sambas) dan telah dikoleksi di KP. Kayuwatu, Sulawesi Utara. Tujuan analisis adalah untuk mengetahui jarak genetik antara ke sebelas aksesi pinang sekaligus untuk mengelompokkan kesebelas aksesi tersebut. Analisis menggunakan Uji Statistik D2 dari Mahalanobis, sedangkan untuk pengelompokan populasi menggunakan metode Tocher. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari kesebelas aksesi pinang membentuk 4 kelompok yaitu, kelompok I terdiri dari aksesi Sungai Kakap-1, Singkawang-1, Singkawang-2, dan Sambas-2; kelompok II terdiri dari 3 aksesi yaitu Sungai-Kakap-2, Rasau Jaya, dan Sambas-1;  kelompok III terdiri dari 2 aksesi yaitu Sungai Kakap-5 dan Sungai Kakap-6; sedangkan kelompok IV terdiri dari 2 aksesi, yaitu Sungai Kakap-3 dan Sungai Kakap-4. Jarak genetik paling jauh adalah antara  kelompok I dan IV dengan nilai D2 = 162,56 diikuti jarak genetik antara kelompok I dan II dengan nilai D2 = 152,57. Sementara, jarak genetik terdekat antar kelompok adalah antara kelompok II dan III dengan nilai D2 = 79,65. Penyumbang terbesar terjadinya pengelompokan tersebut adalah karakter panjang polar buah dengan persentase sumbangan sebesar 89.09 persen.