edward pandelaki
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

SHOPPING MALL DI KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP TAMAN ayu, puspa; purwanto, edi; pandelaki, edward
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2363.974 KB)

Abstract

Beberapa Shopping Mall yang telah ada di Kota Semarang merupakan bangunan komersial yang lebih mengutamakan fungsi bangunan sebagai tempat untuk berbelanja saja. Pada saat ini tampak adanya perkembangan ketertarikan konsumen akan tempat-tempat hang-out untuk refreshing yang lebih diminati daripada sekedar tempat berbelanja. Penggabungan fungsi shopping mall sebagai fasilitas perdagangan serta fenomena globalisasi yang ada dengan berkembangnya tempat-tempat untuk refreshing adalah suatu alternative tempat tujuan masyarakat Kota Semarang yang membutuhkan refreshing dan ingin memenuhi kebutuhan dalam satu waktu. Di Kota Semarang belum ada sebuah fasilitas komersial sebagai tempat berbelanja sekaligus refreshing yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tempat hiburan dan taman hijau. Shopping mall berkonsep taman dengan mengefisiensikan lahan yang ada. Tujuan shopping mall dengan konsep taman adalah memberi keleluasaan pada pengunjung untuk menikmati suasana outdoor yang lebih nyaman. Selain itu, mall dengan penambahan konsep taman dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
FRAGRANCE GARDEN CITY HOTEL DI KOTA SURAKARTA charisma, galing; pandelaki, edward; suprapti, atiek
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2288.017 KB)

Abstract

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menjadi barometer di Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari, yang terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. Sebagian besar lahan dipakai sebagai permukiman sebesar 65%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi memakan ruang yang cukup besar pula yakni berkisar antara 16% dari luas lahan yang ada. (Bappeda, 2013) Kota Surakarta pada tahun 2012 memiliki penduduk sebanyak 578.892 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 13.144 jiwa/km2. Dengan penduduk yang sebanyak itu, maka Kota Surakarta memerlukan banyak lapangan kerja. Sedangkan Kota Surakarta sendiri tidak memiliki lahan pertanian sehingga sebagian besar penduduk di kota ini menggantungkan pendapatan dari sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang pariwisata, seperti hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di Surakarta mulai mengalami peningkatan setelah tahun 2010 seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. (Biro Pusat Statistik Kota Surakarta, 2013).
PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR EKSPRESIONIS rachmat, gumelar; suprapti, atiek; pandelaki, edward
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.74 KB)

Abstract

Pada saat ini perpustakaan daerah Kota Bogor belum mengalami perkembangan yang menggembirakan, terutama dalam beberapa tahun terakhir malah pengunjung perpustakaan cenderung menurun. Tanggal November 2013 pengunjung di Perpusatakaan Kota Bogor di Jl. Juanda, tak kurang dari 500 orang (pos kota 8 nov 2013), padahal target yang direncanakan oleh oleh pemda Kota Bogor pada tahun 2014 masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan harusnya berjumlah 40.000 pengunjung. Ditenggarai rendahnnya masyarakat yang mengunjungi perpustakaan ini di antaranya, perkembangan teknologi yang semakin canggih, sehingga hampir setiap masyarakat memiliki akses langsung mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan via internet. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan di atas yaitu dengan membangun suatu perpustakaan yang memiliki konsep baru, yang tidak hanya menjadikan perpustakaan hanya sebagai tempat membaca dan mencari buku, namun tempat tersebut dirancang untuk tujuan rekreatif sekaligus edukatif. Perpustakaan yang dapat menampung kegiatan edukatif dan rekreatif di Kota Bogor ini disebut Perpustakaan Hibrida. Dengan konsep arsitektur ekspresionis diharapkan bangunan yang dirancang tidak kaku dan membuat masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi perpustakaan Kota Bogor.
MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK budianto, teguh; pandelaki, edward; purwanto, edi
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.772 KB)

Abstract

Pusat perbelanjaan merupakan suatu wadah pemenuh kebutuhan gaya hidup masyarakat di kota besar. Pada awalnya pusat perbelanjaan diperuntukan untuk berbelanja. Namun seiring perkembangan zaman, fungsi pusat perbelanjaan tidak lagi sebagai tempat berbelanja, tetapi sudah merupakan tempat rekreasi. Pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas lengkap untuk melakukan kegiatan berbelanja sekaligus berekreasi tidak lagi disebut dengan pusat perbelanjaan, saat ini masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Mall. Selama populasi di kota besar tumbuh, maka pembangunan mall akan mengikuti pertumbuhan populasi tersebut. Saat ini banyak mall-mall yang bersaing untuk memberikan pelayanan yang maksimal untuk memanjakan pengunjungnya. Pengelola mall memberikan konsep-konsep yang menarik agar dapat menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Maka pembangunan suatu pusat perbelanjaan saat ini tidak hanya menyediakan unit toko yang lengkap, melainkan juga harus dapat memberi kesan yang menyenangkan dan menarik dari segi arsitektur interior dan eksteriornya. Mall dengan konsep city walk merupakan sebuah konsep baru yang belum banyak diaplikasikan pada mall di Indonesia. Dengan terdapatnya mall yang berkonsep city walk membuat kesan baru pada pengunjung dimana pengunjung akan merasakan hal berbeda karena pengunjung dapat berbelanja sekaligus berekreasi di taman yang terdapat di tengah kota.
SMP-SMA ALAM AR-RIDHO SEMARANG Arif, Nur; pandelaki, edward; suprapti, atiek
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.808 KB)

Abstract

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki akal dan budi. Hal tersebut yang mampu membedakan manusia dengan makhluk Tuhan yang lain. Dalam mengembangkan atau mengasah akal dan budinya manusia membutuhkan suatu proses untuk menjadi lebih baik. Proses inilah yang sering disebut dengan belajar. Dalam proses belajar ini dibutuhkan suatu wadah yang khusus bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk sarana pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan wadah untuk mendidik masyarakat agar mampu mengembangkan kemampuan dan melatih akal serta budi manusia. Di era saat ini, sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan konagtif para siswa. Namun pada umumnya sekolah yang ada saat ini memprioritaskan untuk mengembangkan aspek kognitif para siswa saja dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan sekolah lebih memprioritaskan evaluasi pada kemampuan akademis semata, karena telah terdapat pedoman penilaian yang jelas dan dapat mudah dipahami oleh orang tua. Padahal untuk menghadapi dunia yang selalu berubah saat ini kemampuan menghafal saja masih dianggap kurang. Ada hal yang lebih penting dari itu yaitu kemampuan dalam memperoleh informasi atau data, memahami, mengelola dan memanfaatkanya agar dapat menjawab tantangan dan memecahkan persoalan kehidupan.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang sekolah alam, pengertian dan standar-standar mengenai fasilitas-fasilitas sekolah alam serta studi banding beberapa sekolah alam yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Semarang, perkembangan fasilitas di kota tersebut . Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep ekologis. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual. Pemilihan tapak dilakukan pada 2 alternatif lokasi dengan menggunakan matriks pembobotan. Sebagai kesimpulan, uraian program ruang yang diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain.
HUNIAN BERTINGKAT LANSIA MODERN DI JAKARTA SELATAN DENGAN PENEKANAN UNIVERSAL DESIGN amardan, LESTA yananda; pandelaki, edward; purwanto, edi
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1127.113 KB)

Abstract

Lifestyle changes in society began to change both in terms of social, economic, and cultural. Nowadays society are certainly adopt a modern lifestyle, especially in large cities, where by the time the child reaching adulthood and married of course they will stay separated from his parents, is because they want to live independently and not dependent for her family, in contrast to an earlier era, a family living together, that and consisting of grandparents, children, and grandchildren morphed into a nuclear family consisting of (father, mother, and child). Judging from the phenomenon, their parents (Elderly) also have less time with their children, caused by the rush and the many demands of work to be done, from the other side, their parents (Elderly) would need attention, care, and health facilities of children they are, therefore, based on the above issues, this study draft design of housing for elderly residents.The increase in the total number of population is certainly influenced by several factors: the frequency increase in the birth rate, migration of both immigration and resettlement, and communities Elderly. It’s because life expectancy (UHH) increasing population will result in the number of elderly will also increase from year to year. Metropolitan city like Jakarta has the potential to provide decent housing facilities Elderly in addition to the field of property or housing, otherwise Jakarta is the center of activity and industry in Indonesia and has a relatively high population density starting from the number of migration, birth rate, and increasing Elderly.The concept of planning dwelling elderly is the middle rise dwelling which using the form of leasing system and property rights, and also in accordance with the provisions has agreed, this dwelling can only be occupied by elderly people who have reached the age of 55-60 years and over with facilities that supports 24-hour security system, handicapped facilities, laundry, good hygiene, as well as other supporting such gathering space, café, garden, jogging track, lounge, and so forth.This residence can help young families to meet the needs of their parents, both in terms of facilities, health care, social interaction, and comfort especially for the disabled. Type design emphasis to be applied to the planning Elderly Residential uses Universal Design, the reason is this concept will facilitate the elderly in living everyday life with the support elements, such as the size of the users convenience in terms of both physical and material, adaptive, simple, easy to understand, safe, and comfortable, although the shape of the housing is middle-rise residential.Lifestyle changes in society began to change both in terms of social, economic, and cultural. Nowadays society are certainly adopt a modern lifestyle, especially in large cities, where by the time the child reaching adulthood and married of course they will stay separated from his parents, is because they want to live independently and not dependent for her family, in contrast to an earlier era, a family living together, that and consisting of grandparents, children, and grandchildren morphed into a nuclear family consisting of (father, mother, and child). Judging from the phenomenon, their parents (Elderly) also have less time with their children, caused by the rush and the many demands of work to be done, from the other side, their parents (Elderly) would need attention, care, and health facilities of children they are, therefore, based on the above issues, this study draft design of housing for elderly residents.The increase in the total number of population is certainly influenced by several factors: the frequency increase in the birth rate, migration of both immigration and resettlement, and communities Elderly. It’s because life expectancy (UHH) increasing population will result in the number of elderly will also increase from year to year. Metropolitan city like Jakarta has the potential to provide decent housing facilities Elderly in addition to the field of property or housing, otherwise Jakarta is the center of activity and industry in Indonesia and has a relatively high population density starting from the number of migration, birth rate, and increasing Elderly.The concept of planning dwelling elderly is the middle rise dwelling which using the form of leasing system and property rights, and also in accordance with the provisions has agreed, this dwelling can only be occupied by elderly people who have reached the age of 55-60 years and over with facilities that supports 24-hour security system, handicapped facilities, laundry, good hygiene, as well as other supporting such gathering space, café, garden, jogging track, lounge, and so forth.This residence can help young families to meet the needs of their parents, both in terms of facilities, health care, social interaction, and comfort especially for the disabled. Type design emphasis to be applied to the planning Elderly Residential uses Universal Design, the reason is this concept will facilitate the elderly in living everyday life with the support elements, such as the size of the users convenience in terms of both physical and material, adaptive, simple, easy to understand, safe, and comfortable, although the shape of the housing is middle-rise residential.
Prinsip-prinsip taman ramah anak berdasarkan sudut pandang pengguna Maria, Catalina Rosari; Pandelaki, Edward; Suprapti, Atiek
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v16i2.37913

Abstract

Penyediaan taman yang ramah anak sebagai sarana anak beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan merupakan salah satu indikator keberhasilan Kota Layak Anak (KLA).  Penelitian ini dilakukan di Taman Citra Satwa yang merupakan salah satu taman terluas di Kota Semarang dengan berbagai fasilitas permainan dan olahraga. Sebagai taman yang baru beroperasi, taman ini telah banyak diminati oleh anak dan remaja dan memiliki potensi untuk dimaksimalkan sebagai taman ramah anak. Beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai taman ramah anak membahas apa saja prinsip dalam taman ramah anak dan evaluasi penerapan prinsip tersebut pada beberapa taman di Indonesia. Namun belum ada penelitian tentang pendapat pengguna taman terhadap prinsip-prinsip tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pendapat pengguna terhadap prinsip yang dianggap paling mutlak dan prinsip mana yang masih dapat dikompromikan dalam taman ramah anak. Demi mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif rasionalisitik dalam menggali dan menganalisa pendapat pengguna terhadap prinsip-prinsip taman ramah anak yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan teori dan temuan dari penelitian sebelumnya. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa menurut pengguna taman, prinsip yang terpenting adalah kesehatan. Prinsip yang dianggap penting selanjutnya adalah prinsip daya tarik taman, keamanan dan keselamatan, kenyamanan, kebutuhan sosial, pembelajaran dan terkahir adalah prinsip kemudahan akses pada taman.
FRAGRANCE GARDEN CITY HOTEL DI KOTA SURAKARTA galing charisma; edward pandelaki; atiek suprapti
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2288.017 KB)

Abstract

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menjadi barometer di Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari, yang terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. Sebagian besar lahan dipakai sebagai permukiman sebesar 65%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi memakan ruang yang cukup besar pula yakni berkisar antara 16% dari luas lahan yang ada. (Bappeda, 2013) Kota Surakarta pada tahun 2012 memiliki penduduk sebanyak 578.892 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 13.144 jiwa/km2. Dengan penduduk yang sebanyak itu, maka Kota Surakarta memerlukan banyak lapangan kerja. Sedangkan Kota Surakarta sendiri tidak memiliki lahan pertanian sehingga sebagian besar penduduk di kota ini menggantungkan pendapatan dari sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang pariwisata, seperti hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di Surakarta mulai mengalami peningkatan setelah tahun 2010 seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. (Biro Pusat Statistik Kota Surakarta, 2013).
SHOPPING MALL DI KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP TAMAN puspa ayu; edi purwanto; edward pandelaki
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2363.974 KB)

Abstract

Beberapa Shopping Mall yang telah ada di Kota Semarang merupakan bangunan komersial yang lebih mengutamakan fungsi bangunan sebagai tempat untuk berbelanja saja. Pada saat ini tampak adanya perkembangan ketertarikan konsumen akan tempat-tempat hang-out untuk refreshing yang lebih diminati daripada sekedar tempat berbelanja. Penggabungan fungsi shopping mall sebagai fasilitas perdagangan serta fenomena globalisasi yang ada dengan berkembangnya tempat-tempat untuk refreshing adalah suatu alternative tempat tujuan masyarakat Kota Semarang yang membutuhkan refreshing dan ingin memenuhi kebutuhan dalam satu waktu. Di Kota Semarang belum ada sebuah fasilitas komersial sebagai tempat berbelanja sekaligus refreshing yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tempat hiburan dan taman hijau. Shopping mall berkonsep taman dengan mengefisiensikan lahan yang ada. Tujuan shopping mall dengan konsep taman adalah memberi keleluasaan pada pengunjung untuk menikmati suasana outdoor yang lebih nyaman. Selain itu, mall dengan penambahan konsep taman dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK teguh budianto; edward pandelaki; edi purwanto
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.772 KB)

Abstract

Pusat perbelanjaan merupakan suatu wadah pemenuh kebutuhan gaya hidup masyarakat di kota besar. Pada awalnya pusat perbelanjaan diperuntukan untuk berbelanja. Namun seiring perkembangan zaman, fungsi pusat perbelanjaan tidak lagi sebagai tempat berbelanja, tetapi sudah merupakan tempat rekreasi. Pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas lengkap untuk melakukan kegiatan berbelanja sekaligus berekreasi tidak lagi disebut dengan pusat perbelanjaan, saat ini masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Mall. Selama populasi di kota besar tumbuh, maka pembangunan mall akan mengikuti pertumbuhan populasi tersebut. Saat ini banyak mall-mall yang bersaing untuk memberikan pelayanan yang maksimal untuk memanjakan pengunjungnya. Pengelola mall memberikan konsep-konsep yang menarik agar dapat menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Maka pembangunan suatu pusat perbelanjaan saat ini tidak hanya menyediakan unit toko yang lengkap, melainkan juga harus dapat memberi kesan yang menyenangkan dan menarik dari segi arsitektur interior dan eksteriornya. Mall dengan konsep city walk merupakan sebuah konsep baru yang belum banyak diaplikasikan pada mall di Indonesia. Dengan terdapatnya mall yang berkonsep city walk membuat kesan baru pada pengunjung dimana pengunjung akan merasakan hal berbeda karena pengunjung dapat berbelanja sekaligus berekreasi di taman yang terdapat di tengah kota.