p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Panggah Ardiyansyah
Borobudur Vol. 4 No. 1 (2010): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v4i1.74

Abstract

-
Pengelolaan Lansekap Budaya dalam Kerangka Warisan Dunia: Studi Kasus Management Plan Lansekap Budaya Provinsi Bali Panggah Ardiyansyah
Borobudur Vol. 8 No. 2 (2014): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v8i2.134

Abstract

Lansekap Budaya Provinsi Bali telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2012. Situs ini dianggap memenuhi 3 kriteria, yaitu kriteria (iii) karena tradisi budaya yang membentuk lansekap Bali, paling tidak sejak abad ke-12, merupakan konsep filosofi kuno Tri Hita Kirana, kriteria (v) karena keempat situs didalamnya merupakan bukti eksepsional dari sistem subak, sebuah sistem yang demokratis dan egaliter yang berpusat di pura tirta dan pengelolaan irigasi yang telah membentuk lansekap selama lebih dari ribuan tahun, dan kriteria (vi) karena pura tirta di Bali merupakan institusi yang khas, yang selama lebih dari ribuan tahun telah terinspirasi oleh beberapa tradisi religius kuno. Kurang lebih setahun setelah ditetapkan, Lansekap Budaya Provinsi Bali mendapatkan catatan negatif dari World Heritage Committee karena dianggap bahwa situs ini tidak dikelola dengan baik. Rencana pengelolaan yang telah disusun tidak dilaksanakan dan badan pengelola yang dibentuk pun tidak berjalan. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan dalam implementasi rencana pengelolaan sehingga World Heritage Committee sampai memberikan komentar bahwa badan pengelola yang telah dibentuk tidak berjalan sebagai mestinya. Setelah hambatan berhasil diidentifikasi, saran akan dirumuskan untuk menjalankan rencana pengelolaan dengan baik. Data diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan beberapa stakeholders terkait. Ruang lingkup kajian hanya pada faktor internal yang menonjol dan tidak mengidentifikasi faktor eksternal yang mungkin berpengaruh. Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan, diketahui beberapa hambatan yang muncul, yaitu: ego sektoral yang masih besar, aleniasi masyarakat lokal, kegagapan pengelola, dan wewenang dari Balai Pelestarian Cagar Budaya yang terbatas pada pelestarian fisik. Untuk itu perlu adanya penegasan kembali akan komitmen bersama semua stakeholders yang terlibat, tentu saja dengan memberikan peran utama dalam pengelolaan kepada masyarakat masyarakat lokal.
Analisis Nilai Penting Situs-Situs di Kawasan Cagar Budaya Borobudur Panggah Ardiyansyah
Borobudur Vol. 13 No. 1 (2019): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v13i1.211

Abstract

Penetapan kawasan Borobudur sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 286/M/2014 tentang Satuan Ruang Geografis Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional sayangnya masih belum didahului dengan kajian yang mendalam tentang situs-situs selain Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon yang termasuk didalam zonasi yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB) Borobudur. Tujuan tulisan ini adalah untuk mendiskusikan nilai penting situs-situs di KCB dengan ruang lingkupnya adalah Lokasi Yoni Brongsongan, Lokasi Candi Dipan, Lokasi Candi Bowongan, Lokasi Candi Samberan, Lokasi Yoni di Plandi, dan Lokasi Makam Belanda (Kerkhoff) Bojong di Mendut. Metode pengkajian dilakukan melalui pengumpulan data historis dan arkeologis, penempatan data-data tersebut dalam konteksnya masing-masing, dan komparasi dengan situs serupa apabila diperlukan. Hasil analisis menunjukan kehadiran nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama dan kebudayaan. Keberadaan nilai penting ini memberikan keterkaitan antara nilai penting kawasan Borobudur dalam level internasioal, nasional dan lokal, sehingga pelestariannya perlu memperhatikan suara masyarakat lokal di kawasan Borobudur. The designation of Borobudur landscape as a National Cultural Area by the Decree of Minister of Education and Culture Number 286/M/2014 regarding Geographical Boundaries of Borobudur as National Cultural Area (hereafter KCB Borobudur) was not preceded by in-depth study on sites other than Borobudur Temple, Mendut Temple and Pawon Temple. The objective of this paper is to discuss and analyze the significance of each site within KCB Borobudur. The paper’s scope includes Yoni Brongsongan, Dipan Temple, Bowongan Temple, Samberan Temple, Yoni Plandi, and Dutch Cemeteries (Kerkhoff) Bojong in Mendut, which are included in KCB Borobudur. The methodology includes collecting data, giving contexts to each data set, and comparing to other similar sites if required. The analysis shows the significance of the sites for history, sciences, religions, and culture. These statements correlate the significance of Borobudur area in international, national, dan local levels, thus giving emphasis on the need to include local voices in the preservation of KCB Borobudur.
INTERPRETASI RELIEF GANDAWYUHA DI CANDI BOROBUDUR: (Studi Kasus Relief Gandawyuha Dinding Lorong II) Hari setyawan; Panggah Ardiyansyah; Dhanny Indra Permana; Mura Aristina; Irawan Setiyawan
Borobudur Vol. 14 No. 2 (2020): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v14i2.243

Abstract

Relief naratif pada Dinding dan Pagar Langkan Candi Borobudur merupakan salah satu atribut dari Warisan Dunia Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound). Relief tersebut adalah implementasi dari naskah keagamaan Buddha yang berasal dari India dan dipelajari oleh pendukung budaya Candi Borobudur untuk selanjutnya dipahatkan pada bidang candi. Kandungan keilmuan dalam relief naratif Candi Borobudur salah satunya adalah sebagai alat interpretasi kondisi alam dan budaya pada masa Jawa Kuna Abad VIII – X M. Relief Gandawyuha dipahatkan mulai lorong II hingga lorong IV dengan jumlah keseluruhan sebanyak 460 panil. Adapun Sutra Gandawyuha yang menjadi acuannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, bagian pertama adalah adegan pembuka (Nidanaparivarta). Bagian kedua adalah perjalanan mengunjungi mitra-mitra handal. Selanjutnya adalah mengenai sepak terjang Maitreya (Maitreya-vimoksha). Sedangkan yang terakhir adalah tekad Samantabhadra dan Bhadracari yang dapat dijumpai pada dinding lorong IV Candi Borobudur. Sudhana merupakan tokoh utama pada relief Gandawyuha di lorong II Candi Borobudur. Perjalanan Sudhana yang dipahatkan pada Candi Borobudur digambarkan dengan menunggang kuda, berjalan kaki, naik gajah, naik perahu untuk menjelajah ke berbagai tempat untuk berguru. Dalam Berbagai adegan Sudhana digambarkan sebagai sosok laki-laki dengan pakaian, perhiasan, lengkap dengan mahkota yang mewah, duduk menghadap guru dan orang-orang bijaksana. Metode interpretasi relief Gandawyuha dalam kajian ini dimulai dari mengumpulkan data reproduksi foto relief Gandawyuha pada lorong II Candi Borobudur. Penggunaan data sekunder berupa reproduksi foto akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk melakukan identifikasi relief. Identifikasi relief dilakukan pada 128 panil relief Gandawyuha pada lorong II Candi Borobudur. Sudhana dan Kalyanamitra merupakan tokoh utama yang diidentifikasi untuk melakukan interpretasi relief. Dari hasil interpretasi relief dapat disampaikan berbagai temuan dari penggambaran Sudhana dan para mitra handal (kalyanamitra) yang dapat dimanfaatkan sebagai nilai pendidikan karakter. Beberapa nilai pendidikan karakter yang didapatkan dari interpretasi relief Gandawyuha di antaranya adalah cinta tuhan dan alam semesta, tanggung jawab, kemandirian, kejujuran, hormat dan santun, kasih sayang, kepedulian, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan, kepemimpinan, baik, rendah hati, dan toleransi.