Elizar Elizar
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH TEKNOLOGI DALAM PENCIPTAAN KOMPOSISI MUSIK “NOMOPHOBIA” Hamzaini Hamzaini; Ediwar Ediwar; Elizar Elizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.395 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.567

Abstract

ABSTRACT Music composition “Nomophobia” is a music inspired by a psychological aberra-tion influenced by someone’s dependency toward gadget or smart-phone in tech-nological development.            Nowadays, wherever and whenever the situation is, it will be found many people that are engrossed with their own gadgets. Playing with hand-phone seems to be more fun than having a discussion with other people. As if hand-phone has become the style or the taste that attracts all their awareness. This nomophobia phenomenon is one of the bad impacts given by technological advancement.            The magnitude of the lifestyle influence requires people to follow globalization and consume new things related to the advancement and development of today technology, particularly in modern society, there are no more boundaries in socializing, communicating, and so on. Therefore, it emerges a change of behavioral pattern from social behavior to asocial behavior because of that impact. This phenomenon also results on the narrowness of space and time. The differences between real things and illusions have become very thin. As if they live in the real imaginary space. Keywords: Nomophobia, Composition, Social, Asocial, Gadget, Technology
JALUAR GANJIAL MUSIK DENGAN PENDEKATAN RE- INTERPRETASI TRADISI Dio Puja Sukma; Yurnalis Yurnalis; Elizar Elizar
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 7, No 2 (2021): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v7i2.2080

Abstract

Karya komposisi musik ini bersumber dari Repertoar Kendidi yang terdapat pada Kesenian Celempong Rarak Godang di Kabupaten Kuantan Singingi, setelah pengkarya melakukan analisa terhadap Repertoar Kendidi tersebut pengkarya menemukan adanya perbedaan dua birama atau dissebut dengan Poly meter yang terdapat pada frase pertama pada repertoar Kendidi. Perbedaan birama itu lah yang menjadi ketertarikan pengkarya untuk ditafsirkan kembali ke dalam bentuk komposisi musik dengan judul “Jaluar Ganjial”, dalam penggarapannya pengkarya lebih cenderung menggunakan beberapa teknik garap seperti : permainan tempo, call and repons, unisoso, hocketting, sehingga terjadi permainan poly meter
Dzikrullah Sebagai Sumber Kreativitas Musik Genre Melayu Bernuasa Islam Mustika Utari Agustin; Elizar Elizar; Desmawardi Desmawardi
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.372 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2011

Abstract

Dzikrullah merupakan karya yang terinspirasi dari ritual keagamaan Ratik Togak yang terdapat di daerah Kuantan Singingi Provinsi Riau. Ratik togak merupakan kesenian ritual bernuansa Islami yang gunanya untuk mengingat kebesaran Allah SWT dengan cara  Zikir bersama. Amalan zikir dan tahlil ini dilakukan masyarakat sambil berdiri yang pembacaannya dilakukan bersama dengan cara berulang-ulang yang terlebih dahulu diawali oleh Mursyid dengan tempo yang lambat kemudian dilakukan bersama-sama dengan tempo yang semakin lama semakin cepat dan kembali berubah kepada tempo yang lambat. Ratik Togak memiliki dua bentuk irama atau melodi yang dimainkan secara berulang ulang dari awal sampai akhir pertunjuka. Berdasarkan pengamatan, terhadap melodi Ratik Togak pengkarya menemukan bentuk tangga nada minor harmonis, tangga nada minor harmonis ini adalah salah satu skala minor, yang tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam skala minor harmonis adalah 1- ½,-1-1- ½- 1 ½, -½. Sebagai contoh skala minor harmonis adalah A-B-C-D-E-F-GIS-A. Modus ini akan menjadi ide utama bagi pengkarya untuk menciptakan sebuah bentuk garapan komposisi baru yang akan digarap dengan menggunakan  pendekatan Populer dengan Genre Melayu, tanpa menghilangkan unsur spiritual tradisi tersebut sehingga memenuhi standar sebuah seni pertunjukan sesuai dengan selera masa kini.Kata Kunci: Ritual; Ratik Togak; Agama Islam; Zikir     ABSTRACTDzikrullah is a work inspired by the religious ritual of Ratik Togak located in the Kuantan Singingi area of Riau Province. Ratik togak is a ritual art with Islamic nuances which is useful for remembering the greatness of Allah SWT by means of dhikr together. The practice of remembrance and tahlil is done by the community while standing, whose readings are carried out together in a repetitive way which is first initiated by the Mursyid at a slow tempo then carried out together with a tempo that is getting faster and faster and returns to a slow tempo. Ratik Togak has two forms of rhythm or melody that are played repeatedly from the beginning to the end of the performance. Based on observations, the composer found the Ratik Togak melody in the form of a harmonic minor scale, this harmonic minor scale is one of the minor scales, which is composed of eight notes. The interval between successive notes in the harmonic minor scale is 1- ,-1-1- - 1 , -½. An example of a harmonic minor scale is A-B-C-D-E-F-GIS-A. This mode will be the main idea for the artist to create a new form of composition that will be worked on using the Popular approach with the Malay Genre, without losing the spiritual element of the tradition so that it meets the standards of a performing art according to today's tastes.Keywords : Ritual; Ratik Togak; Islam; dhikr 
“Five Of Quin” Eksplorasi Nada Pada Pola Ritme Pengantar Lagu Randai Kuantan Di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Yoga Ardiyanto; Elizar Elizar; Ediwar Ediwar
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.366 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2014

Abstract

Five Of Quin” ini adalah sebuah karya komposisi musik yang terinspirasi dari pola ritme pengantar lagu musik Randai Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Pengkarya melakukan analisa dan eksplorasi nada dari pola Tersebut sehingga menghasilkan sebuah interval nada baru yaitu A,B,Cis,E,Fis, dan nterval nada baru inilah yang menjadi fokus pengkarya Dalam penggarapan karya ini. Tujuan dari pembuatan karya ini adalah Untuk Melakukan sebuah inovasi (pembaruan) yang berawal dari sebuah Kesenian tradisional di berbagai aspek garap kedalam sebuah komposisi musik yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan. Dalam penciptaannya, Pengkarya menggunakan beberapa metode penciptaan, yaitu Observasi, Eksplorasi, Diskusi, Kerja Studio, dan Perwujudan. Komposisi musik ini digarap dengan menggunakan pendekatan popular dengan genre EDM (Electronic Dance Music) dan subgenre house music. Kata Kunci: house music; EDM; five of quin; quin, five ABSTRACT"Five Of Quin" is a music composition works that was inspired by the rhythm pattern of the introduction to the Randai Kuantan music song, Kuantan Singingi Regency, Riau Province. The artist analyzes and explores the tone of the pattern so as to produce a new tone interval, namely A, B, Cis, E, Fis, and it is this new tone interval that is the focus of the author in the making of this work. the purpose of making this work is to carry out an innovation (update) that starts from a traditional art in various aspects of working into a musical composition that is in accordance with the concept offered. In its creation, the creator uses several methods of creation, namely Observation, Exploration, Discussion, Studio Work, and Embodiment. This musical composition was composed using a popular approach with the EDM (Electronic Dance Music) genre and house music subgenre.Keywords: house music;  EDM; five of quin; quin; five
Satangah Tiang’ Re-interpretasi Prinsip Musikal Dendang Satangah Tiang pada Kesenian Bagurau Saluang Dendang Minangkabau Muhammad Hadi Habib; Elizar Elizar; Andar Indra Sastra
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3087

Abstract

ABSTRAK            Karya komposisi karawitan yang berjudul Satangah Tiang ini bersumber dari kesenian saluang dendang atau sering disebut dengan bagurau. Terdapat tiga jenis yaitu dendang ratok, dendang hoyak dan satangah tiang. Satu jenis dendang yang menjadi landasan dalam penggarapan karya adalah dendang jenis satangah tiang, spesifiknya dalam repertoar dendang Ratok Taram dan Sabai Nan Aluih. Karakter melodi yang menarik dalam dendang ini yaitu terdapat unsur musikal ritmis dan non-ritmis. Rumusan penciptaan yang diajukan dalam penciptaan karya seni ini yaitu: Bagaimana mewujudkan karya komposisi karawitan yang bersumber dari prinsip musikal dendang satangah tiang yang mana struktur melodi pada dendang tersebut pengkarya tafsirkan kembali menjadi bentuk di luar kaidah tradisinya, dan dilahirkan dengan karakter musikal yang serba ‘tangguang’ (tanggung). Pelahiran karya re-interpretasi ini adalah upaya mewujudkan tawaran baru dalam bentuk garap yang bersumber dari kesenian tradisi bagurau saluang dendang yang mana di dalam penggarapan karya ini terdapat penggabungan idiom-idiom tradisi dengan bentuk musikal inovatif yang dikemas dalam bentuk karya komposisi karawitan menggunakan pendekatan garap re-interpretasi tradisi. Berdasarkan rumusan penciptaan di atas, karya yang dihasikan berupa: Bagian satu menyajikan unsur ritmis dan non-ritmis yang telah ditafsirkan kembali, akan tetapi masih memuat idiom tradisi. Bagian dua menghadirkan karakteristik musikal yang bersifat ‘tangguang’ atas interpretasi kembali terhadap dendang Ratok Taram. Kata kunci: Satangah Tiang; Bagurau Saluang Dendang; Ritmis; Non-ritmis; Tangguang.       ABSTRACTKarawitan composition work entitled Satangah Tiang is sourced from the art of saluang dendang or often called bagurau. There are three types, namely Dendang Ratok, Dendang Hoyak and Satangah Tiang. One type of kick that becomes the basis in the production of works is the satangah tiang type, specifically in the repertoire of Ratok Taram and Sabai Nan Aluih. Interesting melodic characters in this dendang that there are musical elements rhythmical and non-rhythmic. The formulation of creation proposed in the creation of this artwork is: How to realize the work of karawitan composition derived from the musical principle of satangah tiang where the melodic structure on the dendang is reinterpreted into a form outside the rules of its tradition, and born with musical characters that are all 'tangguang' (in between/not minimized/not maximized). The completion of this re-interpretation work is an effort to realize a new offer in the form of work derived from the art tradition bagurau saluang dendang which in the production of this work there is a combination of idioms of tradition with innovative musical forms packaged in the form of karawitan composition works using a traditional re-interpretation approach. Based on the formulation of creation above, the work is in the form of: Part one presents rhythmic and non-rhythmic elements that have been reinterpreted, but still contain idioms of tradition. Part two presents musical characteristics that are 'tangguang' for the reinterpretation of Ratok Taram. Keywords : Satangah Tiang; Bagurau Saluang Dendang; Rhythmic; Non-rhythmic; Tangguang. 
Barzanji Natsar dalam Konteks Kematian di Nagari Batipuah Ateh Kabupaten Tanah Datar Mayaminu Hamra; Misda Elina; Syafniati Syafniati; Elizar Elizar
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3201

Abstract

-Barzanji Natsar adalah sebuah tradisi membaca kitab sastra arab “Majmu’atul Mawalid”, yang berisikan tentang kisah kelahiran dan kemuliaan sifat Nabi Muhammad SAW dengan cara bernyanyi. Pembacaan satra arab ini dilakukan pada kegiatan keagamaan dan ritual kematian, yang di dalamnya mengandung unsur seni seperti irama dan melodi. Kegiatan barzanji natsar dalam masyarakat Jorong Subarang pada umumnya hampir selalu dilaksanakan saat peristiwa kematian. Pelaksanaan barzanji natsar menjadi suatu hal yang lazim dilakukan sebagai ritual tradisi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian dan pandangan masyarakat mengenai “Barzanji Natsar dalam konteks kematian pada masyarakat Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, seperti: studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis data, dengan menggunakan teori bentuk dan teori persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk penyajian Barzanji Natsar dilakukan dengan teknik Canon (pembacaan dengan cara susul menyusul/bergantian oleh masing-masing pelaku kegiatan Barzanji). Pandangan tokoh masyarakat terhadap ritual Barzanji Natsar adalah mendukung kegiatan tersebut, karena memiliki nilai positif dalam pelaksanaannya dan sebagai identitas tradisi dari daerah Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh.
KOMPOSISI MUSIK KONTEMPORER “STUBBORN SHUNT” TERISNPIRASI DARIKESENIAN GANDANG TIGO KABUPATEN AGAM Faisal Faridh Adhyaksa; Elizar Elizar; Sriyanto Sriyanto
Jurnal Musik Etnik Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v3i1.3791

Abstract

Karya komposisi musik karawitan yang berjudul Stubborn Shunt ini terinspirasi dari kesenian Gandang tigo di Kabupaten Agam. Terdapat empat lagu yaitu Tigo-tigo, Panjang, Pararakan dan Cindangkuang. Satu jenis lagu yang menjadi pemicu ide dalam penggarapan karya adalah Pararakan, spesifikasinya pada fenomena musikal anak mintak ka induak, sehingga munculnya ide terhadap dua elemen listrik yang berbeda. Rumusan penciptaan yang diajukan dalam penciptaan karya seni ini yaitu; bagaimana pencapaian ide karya “Stubborn Shunt” bisa terwujud dalam bentuk komposisi musik yang bersumber dari tabrakan dua elemen listrik yang diungkapkan melalui musik elektronik dengan pendekatan kontemporer. Pelahiran karya kontemporer ini adalah upaya mewujudkan tawaran baru dalam bentuk garap yang bersumber dari kesenian Gandang tigo yang mana dalam penggarapan karya ini memakai komponen perangkat elektro yang diungkapkan dalam bentuk karya komposisi musik elektronik. Berdasarkan rumusan penciptaan diatas karya yang dihasilkan berupa: Bagian satu menyajikan ‘tabrakan’ dua elemen listrik yang berdeba yang telah digabungkan dengan visual art. Bagian dua menghadirkan karakteristik musikal yang bersifat “bertabrakan” hasil ide tabrakan arus listrik.
PELESTARIAN TARI GALOMBANG DUO BALEH MELALUI PENCIPTAAN TARI TATAGOK Pamela Mikaresti; Herlinda Mansyur; Elizar Elizar
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.43258

Abstract

The existence of the "Galombang Duo Baleh" Dance among the young generation of cultural heirs in Nagari Pitalah is in an alarming condition. It is clear that the lack of interest of the younger generation in learning and preserving the "Galombang Duo Baleh" Dance is because many other interesting things can be played from home without having to gather at the Sasaran. It is evident that Sasaran has begun to be abandoned as a forum for learning various things including silat and the "Galombang Duo Baleh" Dance as games and entertainment for village children in the past. The reasons mentioned above are inseparable from developments in science, technology and art. It is evident that the younger generation prefers online games which are accessed from their respective devices, watching entertainment from YouTube, to being busy in establishing social relations through social media such as TikTok, Instagram, Twitter, Facebook and other social media because they are more interesting. To overcome this, it is necessary to have a new innovation that can attract the interest of the younger generation in learning traditional dance so that it continues to live and develop in the life of the people who inherit it. The dance creation method uses the theory of the stages of creating dance works referring to Alma M Hawkins' theory of motion exploration, motion improvisation, motion composition and motion evaluation. The result of the creation of the development of the "Galombang Duo Baleh" Dance is the "Tatagok" Dance. "Tatagok" dance is a newly created dance that develops the basic movements of the "Galombang Duo Baleh" dance. Learning the "Tatagok" Dance means participating in learning the basics of the "Galombang Duo Baleh" Dance, because the movements of the "Tatagok" Dance come from the basic movements of the "Galombang Duo Baleh" Dance which are packaged in a new form by considering the knowledge of dance composition to make it look more attractive.Kata Kunci: preservation, traditional dance, creation dance. AbstrakEksistensi Tari Galombang Duo Baleh diantara generasi muda pewaris budaya di Nagari Pitalah berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Terlihat jelas bahwa kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan Tari Galombang Duo Baleh karena banyak hal menarik lainnya bisa dimainkan dari rumah tanpa harus berkumpul di Sasaran. Terbukti bahwa Sasaran sudah mulai ditinggalkan sebagai wadah mempelajari berbagai hal termasuk silat dan  gerak Tari Galombang Duo Baleh sebagai permainan dan hiburan anak nagari dahulunya. Penyebab hal yang disebutkan di atas tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, terbukti bahwa generasi muda lebih menyukai permainan online yang diakses dari gawai masing-masing, menonton hiburan dari Youtube, hingga sibuk dalam menjalin hubungan sosial melalui media sosial seperti TikTok, Instagram, Twitter, Facebook dan media sosial lainnya karena lebih menarik. Untuk mengatasi hal demikian, maka perlu adanya sebuah inovasi baru yang bisa menarik minat generasi muda dalam mempelajari tari tradisional agar tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat pewarisnya. Metode penciptaan tari menggunakan teori Tahapan penciptaan karya tari merujuk teori Alma M Hawkins adalah eksplorasi gerak, improvisasi gerak, komposisi gerak dan evaluasi gerak, Hasil penciptaan pengembangan Tari Galombang Duo Baleh adalah Tari Tatagok. Tari Tatagok adalah tari kreasi baru pengembangan gerak dasar Tari Galombang Duo Baleh. Mempelajari Tari Tatagok, berarti ikut mempelajari pakem-pakem Tari Galombang Duo Baleh, sebab gerakan Tari Tatagok berasal dari gerak dasar Galombang Duo Baleh yang dikemas dalam bentuk baru dengan mempertimbangkan ilmu komposisi tari agar terlihat lebih menarik. Authors:Pamela Mikaresti : Universitas TerbukaHerlinda Mansyur : Universitas Negeri PadangElizar : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Dewi, F. S. P. (2022). Konsep Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dalam Implementasi Pembelajaran Menurut Teori Jeas Piaget (Telaah Buku Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget). Lampung: UIN Raden Intan Lampung.Hajizar, H. (2022). “Pewarisan Tari”. Hasil Wawancara Pribadi: 23 April 2022, Padangpanjang.Hidayat, R. (2022). “Pewarisan Tari”. Hasil Wawancara Pribadi: 24 April 2022, Padangpanjang.Mikaresti, P., Mikaris, Y., & Tamara, C. (2020). Symbolic Meaning of Dance with Masks People’s Life from Muaro/Jambi District. In Proceeding International Conference on Malay Identity (Vol. 1, pp. 162-174).Mikaresti, P., & Mansyur, H. (2022, April). Creating an Indonesian Archipelago Creation Dance for Elementary School-Aged Children. In International Conference on Elementary Education (Vol. 4, No. 1, pp. 542-552).Przybylski, A. K., & Weinstein, N. (2017). A Large-Scale Test of the Goldilocks Hypothesis: Quantifying the Relations Between Digital-Screen Use and the Mental Well-Being of Adolescents. Psychological Science, 28(2), 204-215.Ramlan, P. M., Bahar, M., & Gunawan, I. (2018). Tari Skin Sebagai Identitas Kehidupan Masyarakat Kabupaten Merangin. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(02), 253-268.Suharto, B. (1985). Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis. Yogyakarya: Ikalasti.Susanti, M., Erlinda, E., & Sastra, A. I. (2016). Estetika Main Bungo dalam Penyajian Galombang Duobaleh di Nagari Pitalah Kabupaten Tanah Datar. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 4(1), 13-28.Hadi, Y. S. (2014). Koreografi: Bentuk, Teknik, Isi. Yogyakarta: Cipta Media. Â