MISDA ELINA
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KELINTANG MANNA: MUSIK PENGIRING TARI ANDUN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT SERAWAI IDANG SERAWAI; ASRIL ASRIL; MISDA ELINA
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6, No 1 (2020): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v6i1.852

Abstract

Kelintang Manna adalah seperangkat alat musik yang berasal dari daerah Bengkulu Selatan yang digunakan sebagai pengiring tari Andun dalam upacara perkawinan masyarakat Serawai. Kelintang Manna merupakan ansambel musik tradisi, yang terdiri dari 6 unit kelintang dan satu redap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur musik yang berkaitan dengan melodi, ritme, dan bentuk lagu Kelintang manna yang ada di Kelurahan Kota Medan Kecamatan Kota Manna Bengkulu Selatan, serta peran Kelintang Manna sebagai musik pengiring tari Andun dalam upacara perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif  dengan kerja pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan, bahwa bentuk penyajian Kelintang Manna terdiri dari beberapa unsur musik, yaitu ritme, melodi, bentuk lagu, adapun hubungan Kelintang Manna dengan tari Andun adalah sebagai pengiring tari yang membentuk suasana tenang dan sakral pada tari andun dalam upacara perkawinan masyarakat Serawai. ABSTRACT Kelintang Manna is a set of musical instruments originating from the South Bengkulu area which is used as an accompaniment to the Andun dance in the marriage ceremony of the Serawai community. Kelintang Manna is a traditional music ensemble, which consists of 6 units of transverse and one dimmer. The purpose of this study is to describe the shape and structure of music related to melodies, rhythms, and forms of the song Kelintang manna in the Medan City Sub-District, Manna City South Bengkulu District, and the role of Kelintang Manna as the accompanying music of the Andun dance in a marriage ceremony. This research uses a descriptive research method with a qualitative approach to the work of collecting data using observation, interviews, and documentation techniques. The results showed that the form of the presentation of Kelintang Manna consisted of several musical elements, namely rhythm, melody, song form, while the relationship between Kelintang Manna and Andun dance was as a dance accompaniment that formed a calm and sacred atmosphere in the danun dance in the marriage ceremony of the Serawai community.
Fungsi Dikia Baruda pada Acara Sunat Rasul (Khitanan) di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Chairunnisa Salsabillah Salsabillah; Desmawardi Desmawardi; Misda Elina; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.989 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2016

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan fungsi dikia baruda pada acara sunat rasul di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sunagayang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Pertunjukan kesenian dikia baruda sebagai produk budaya masyarakat ditampilkan pada acara arak-arakan dan dalam posisi duduk dalam masjid, mushallah dan rumah penduduk. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dengan mendata langsung kelapangan. Teori yang digunakan adalah teori fungsi yang di kemukakan oleh Allan P. Merriam dan RM. Soedarsono, adapun teori bentuk yang digunakan adalah teori yang dikemukakan ole Djelantik.  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa bentuk pertunjukan kesenian dikia baruda ditinjau dari segi penyajiannya menggunakan, instrument rabano dan vocal yang melantukan syair puji-pujian kepada Allah SWT dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Selajutnya fungsi pertunjukan dikia baruda pada acara sunat rasul adalah, menyangkut emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunkasi, sebagai sarana upacara, sebagai hiburan, dan sebagai sarana tontonan.Kata kunci: Dikia Baruda, Sunat Rasul, Fungsi, BentukABSTRACT This study aims to describe the function of dikia baruda at the apostle circumcision event in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sunagayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. The art performances of Dikia Baruda as a cultural product of the community are displayed at processions and in a sitting position in mosques, prayer rooms and people's homes. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach by collecting data directly from the field. The theory used is the function theory proposed by Allan P. Merriam and RM. Soedarsono, the theory of form used is the theory proposed by Djelantik. Data collection techniques were carried out by literature study, observation, interviews and documentation. The results of the study indicate that the art form of Dikia Baruda in terms of presentation uses rabano and vocal instruments that sing praises to Allah SWT and glorify the Prophet Muhammad SAW. Furthermore, the function of the dikia baruda performance at the circumcision of the apostle is related to emotional, aesthetic appreciation, entertainment, communication, as a means of ceremony, as entertainment, and as a means of spectacle.Keywords: Dikia Baruda, Apostle Circumcision, Function, Form
Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Saluang Panjang pada Masyarakat Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan Dori Saputra; Misda Elina; Firdaus Firdaus; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3090

Abstract

ABSTRAKSaluang Panjang adalah salah satu kesenian tradisi yang pada dahulunya sering ditampilkan pada acara pesta perkawinan, kajo uwak lambai (pengangkatan raja), sukuran panen, hiburan anak muda dan hiburan pribadi di Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Saat ini kesenian Saluang Panjang  mulai  dilupakan karena masyarakat lebih tertarik menampilkan musik modern. Sebagai upaya pelestarian kesenian, Saluang Panjang ditampilkan sebagai pengiring musik tari, musik randai,  hiburan pada kegiatan gotong royong dan pada acara festival Seribu Rumah Gadang. Tujuan  penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang di Nagari Luak Kapau. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi pertunjukan Saluang Panjang di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan Saluang Panjang memiliki tiga karekter warna bunyi yaitu, tinggi, sedang dan rendah, dari ke tiga karakter warna bunyi Saluang Panjang tersebut, seiring dengan melodi pantun yang juga memiliki tinggi, sedang dan rendah. fungsi Saluang Panjang adalah sebagai hiburan, fungsi ekspresi, fungsi penghayatan, fungsi komonikasi, fungsi kesenambungan dari norma-norma lain. Pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang oleh kaum adat, kaum ulama, seniman tradisi, kaum tua, kaum muda-mudi dan masyarakat pada umumnya memberikan dampak yang positif terhadap kesenian Saluang Panjang, karena dapat membangkitkan atau memelihara nilai-nilai budaya sebagai indentitas suatu daerah yang terpelihara dan dijaga keberadaannya. Kata kunci: Bentuk; Fungsi; Saluang Panjang; Luak kapau   ABSTRACTSaluang Panjang is one of the traditional arts that used to be often performend at weddings, kajo uwak lambai (appointment of king), harvest celebrations, youth entertainment and personal entertainment in Nagari Luak Kapau, Pauh Duo sub-district, South Solok Regency. Currently Saluang Panjang art is starting to be forgotten because people are more interested in performing modern music. As an effort to preserve the arts, Saluang Panjang is performed as an accompaniment to dance music, randai music, entertainment at mutual cooperation activities and at the Thousand Houses Gandang festival. The purpose of this study is to describe the form, function and public viem of the Saluang Panjang art in Nagari Luak Kapau. The study used qualitative methods with data collection carried out by means of observation, interviews and documentation of Saluang Panjang performances in the field. The results showed that the form of the Saluang Panjang performance has three sound color characteristics, namely, high, medium and low, from the three characters of Saluang Panjang’s sound color, along with the melody of the rhyme which also has high, medium and low. Saluang Panjang function is as entertainment, expression function, appreciation function, communication function, continuity function from other norms. The public’s view of Saluang Panjang art by indigenous peoples, scholars, traditional artists, the elderly, young people and the community in general has a positive impact on Saluang Panjang art, because it can generate or maintain cultural values as the identity of an area that maintained and maintained.Keywords: Form; Function; Saluang Panjang; Luak Kapau       
Barzanji Natsar dalam Konteks Kematian di Nagari Batipuah Ateh Kabupaten Tanah Datar Mayaminu Hamra; Misda Elina; Syafniati Syafniati; Elizar Elizar
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3201

Abstract

-Barzanji Natsar adalah sebuah tradisi membaca kitab sastra arab “Majmu’atul Mawalid”, yang berisikan tentang kisah kelahiran dan kemuliaan sifat Nabi Muhammad SAW dengan cara bernyanyi. Pembacaan satra arab ini dilakukan pada kegiatan keagamaan dan ritual kematian, yang di dalamnya mengandung unsur seni seperti irama dan melodi. Kegiatan barzanji natsar dalam masyarakat Jorong Subarang pada umumnya hampir selalu dilaksanakan saat peristiwa kematian. Pelaksanaan barzanji natsar menjadi suatu hal yang lazim dilakukan sebagai ritual tradisi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian dan pandangan masyarakat mengenai “Barzanji Natsar dalam konteks kematian pada masyarakat Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, seperti: studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis data, dengan menggunakan teori bentuk dan teori persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk penyajian Barzanji Natsar dilakukan dengan teknik Canon (pembacaan dengan cara susul menyusul/bergantian oleh masing-masing pelaku kegiatan Barzanji). Pandangan tokoh masyarakat terhadap ritual Barzanji Natsar adalah mendukung kegiatan tersebut, karena memiliki nilai positif dalam pelaksanaannya dan sebagai identitas tradisi dari daerah Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh.