Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI DALAM FESES KUCING (FELIS DOMESTICA) YANG DITUMBUHKAN PADA DE MANN ROGOSA SHARPE AGAR (MRSA) Mende, Pingkan S.; Pelealu, Johanis; Kolondam, Beivy
PHARMACON Vol 8, No 1 (2019): Pharmacon
Publisher : PHARMACON

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI DALAM FESES KUCING (Felis domestica) YANG DITUMBUHKAN PADA DE MANN ROGOSA SHARPE AGAR (MRSA)MOLECULAR IDENTIFICATION OF BACTERIA IN CAT (Felis domestica) FECES GROWN ON DE MANN ROGOSA SHARPE AGAR (MRSA)Pingkan Stela Mende1), Johanis Pelealu1), Beivy Kolondam1)1)Jurusan Biologi, FMIPA Unsrat Manado, 95115ABSTRACTBacteria has many important role in the digestive tract of animals. Beneficial bacteria in the digestive tract are thought to be able to inhibit the growth of pathogenic bacteria, while pathogenic bacteria can cause diseases and infections. This research aimed to grow bacteria living in cat feces and to identify it with molecular method. This study used moleculer identification based on 16S rRNA gene as marker. There were three isolate if bacteria taken from the culture. Two isolates were identified as Enterococcus faecalis (with 99% and 100% in similarity compared with GenBank database). One isolate was identified as Kurthia gibsonii (100% in similarity).Keywords: Bacteria, cat feces, MRS Agar, gen 16s rRNAABSTRAKBakteri memiliki peran penting dalam saluran pencernaan hewan. Bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan dianggap mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sedangkan bakteri yang merugikan dalam saluran pencernaan hewan dianggap mampu menyebabkan penyakit dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan bakteri-bakteri yang ada dalam feses kucing dan mengidentifikasikannya dengan metode molekuler. Penelitian ini menggunakan identifikasi molekuler berdasarkan gen 16S rRNA sebagai penanda. Hasil penelitian ini mendapatkan tiga isolat bakteri. Dua diantaranya teridentifikasi sebagai Enterococcus faecalis (kemiripan 99% dan 100% dengan yang ada di GenBank). Satu isolat teridentifikasi sebagai Kurthia gibsonii (kemiripan 100%).Kata kunci: Bakteri, feses kucing, Agar MRS, gen 16S rRNA 
IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI DALAM FESES KUCING (Felis domestica) YANG DITUMBUHKAN PADA DE MANN ROGOSA SHARPE AGAR (MRSA) Mende, Pingkan Stela; Pelealu, Johanis; Kolondam, Beivy
PHARMACON Vol 8, No 1 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29239

Abstract

ABSTRACTBacteria has many important role in the digestive tract of animals. Beneficial bacteria in the digestive tract are thought to be able to inhibit the growth of pathogenic bacteria, while pathogenic bacteria can cause diseases and infections. This research aimed to grow bacteria living in cat feces and to identify it with molecular method. This study used moleculer identification based on 16S rRNA gene as marker. There were three isolate if bacteria taken from the culture. Two isolates were identified as Enterococcus faecalis (with 99% and 100% in similarity compared with GenBank database). One isolate was identified as Kurthia gibsonii (100% in similarity). Keywords: Bacteria, cat feces, MRS Agar, gen 16s rRNA ABSTRAKBakteri memiliki peran penting dalam saluran pencernaan hewan. Bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan dianggap mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sedangkan bakteri yang merugikan dalam saluran pencernaan hewan dianggap mampu menyebabkan penyakit dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan bakteri-bakteri yang ada dalam feses kucing dan mengidentifikasikannya dengan metode molekuler. Penelitian ini menggunakan identifikasi molekuler berdasarkan gen 16S rRNA sebagai penanda. Hasil penelitian ini mendapatkan tiga isolat bakteri. Dua diantaranya teridentifikasi sebagai Enterococcus faecalis (kemiripan 99% dan 100% dengan yang ada di GenBank). Satu isolat teridentifikasi sebagai Kurthia gibsonii (kemiripan 100%).
Uji Toksisitas Beberapa Fungisida Nabati terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) secara In Vitro (Toxicity Test of several Biofungicides in controlling Fusarium wilt (Fusarium oxysporum) in Potato Plants (Solanum tuberosum L.) by In Vitro) Dotulong, Ghea; Umboh, Stella; Pelealu, Johanis
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24746

Abstract

Uji Toksisitas Beberapa Fungisida Nabati terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) secara In Vitro (Toxicity Test of several Biofungicides in controlling Fusarium wilt (Fusarium oxysporum) in Potato Plants (Solanum tuberosum L.) by In Vitro) Ghea Dotulong1*), Stella Umboh1), Johanis Pelealu1), 1) Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: dotulong.ghea@gmail.com Diterima 9 Juli 2019, diterima untuk dipublikasi 10 Agustus 2019 Abstrak Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu tanaman hortikultura yang sering mengalami penurunan dari segi produksi dan produktivitasnya, akibat adanya serangan penyakit layu yang salah satunya disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi toksisitas beberapa fungisida nabati dalam mengendalikan penyakit Layu Fusarium (F. oxysporum) pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) secara In Vitro. Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode umpan beracun. Data dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Analisis Varian (ANAVA) yang dilanjutkan dengan menggunakan metode BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil Penelitian, diperoleh nilai toksisitas fungisida nabati tertinggi yaitu pada ekstrak daun sirsak dengan nilai HR (69,44%), kategori berpengaruh, ditandai dengan diameter koloni 2,75 cm (100ppm) dan yang terendah toksisitasnya yaitu pada ekstrak daun jeruk purut dengan nilai HR (49,81%), kategori cukup berpengaruh ditandai dengan diameter koloni 3,75 cm (25ppm). Semakin tinggi konsentrasi yang diujikan maka semakin tinggi toksisitas dari fungisida nabati yang diberikan.Kata Kunci: fungisida nabati, Fusarium oxysporum, tanaman kentang, In Vitro Abstract Potato plants (Solanum tuberosum L.) is one of the horticulture plants which often decreases in terms of production and productivity, due to the attack of wilt, one of which is caused by Fusarium oxysporum. The purpose of this study was to determine the toxicity of several biofungicides in controlling Fusarium wilt (F. oxysporum) in potato plants (Solanum tuberosum L.) in Vitro. The research method used was the In Vitro method with the poison bait method. Data were analyzed by Completely Randomized Design with Variant Analysis (ANAVA), followed by the BNT method. The results showed that the highest biofungicide toxicity value was soursop leaf extract with HR values (69.44%), influential categories, characterized by colony diameter 2.75 cm (100ppm) and the lowest toxicity, namely in kaffir lime leaf extract with a value of HR (49.81%), quite influential category was characterized by colony diameter of 3.75 cm (25ppm). The higher the concentration tested, the higher the toxicity of the biofungicide given.Keywords: biofungicides, Fusarium oxysporum, Potato Plants, In Vitro. 
Kajian Morfologi Daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Study on the morphology of daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) in Sangihe Archipelago, North Sulawesi) Julianti, Eka; Simbala, Herny E.I.; Koneri, Roni; Pelealu, Johanis
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 2 (2012): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.2.2012.1043

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi daluga di Kepulauan Sangihe dan korelasinya dengan kondisi iklim setempat. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu Tamako, Manganitu Selatan dan Tatoareng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daluga tumbuh pada ketinggian 3-24 m di atas permukaan laut dengan suhu udara 26 – 38 oC, suhu air 25 – 30 oC, kelembaban relatif 33 – 70 %, pH 5-7 dan salinitas 5-10 ppm. Morfologi daluga berbeda di ketiga lokasi pengamatan. Perbedaan yang dimaksud mencakup panjang dan berat helaian daun, panjang tulang daun utama, basal kiri dan kanan, tebal tulang daun bagian pangkal, jarak tulang daun lateral dan lebar celah daun, panjang dan diameter tangkai daun, jumlah duri, lebar spatha, diameter spadix, panjang bunga betina, bunga jantan dan bunga mandul, serta diameter dan berat kormus. Suhu udara dan air berkorelasi negatif dengan diameter kormus, tetapi kelembaban berkorelasi positif dengan diameter kormus. pH berkorelasi negatif dengan berat helaian daun, salinitas berkorelasi negatif dengan lebar spatha, tetapi elevasi berkorelasi positif dengan lebar spatha. Kata kunci: daluga, kondisi iklim, morfologi ABSTRACT This research aimed to study daluga morphology in Sangihe Archipelago and the correlation of morphology and climate conditions. The research was conducted in  three different locations, i.e. Tamako, South Manganitu and Tatoareng. The result showed that daluga grew at 3 – 24 m above the sea level with the air temperature 26 – 38 oC, water temperature 25 – 30 oC, relative humidity 33 – 70 %, pH 5-7 and salinity 5 – 10 ppm. There are some morphological differences of daluga in Tamako district, South Manganitu and Tatoareng. These differences  included the length and weight of leaf blade, the length of the main leaf blade, left and right basal, the thickness of base blade, the distance between lateral blade and leaf sinus denuding, the length and diameter of petiole, number of spines, spatha width, spadix diameter, flowers length, diameter and weight of cormus. The temperature of air and water were negatively correlated with diameter cormus, but the humidity was positively correlated with the cormus diameter. pH was negatively correlated with the weight of leaf blade, the salinity was negatively correlated with the spatha width, but the elevation was positively correlated with the spatha width. Keywords: daluga, climate condition, morphology
PKM Kelompok Tani Cabai di Desa Sea Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara Tentang Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria Dan Mikoriza Untuk Meningkatkan Produksi Cabai pada Lahan Sub-Optimal Mambu, Susan Marlein; Pelealu, Johanis
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 2, No 3 (2020): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.2.3.2020.31183

Abstract

Cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting. Hal ini disebabkan banyaknya manfaat yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan rumah tangga maupun untuk keperluan lain seperti untuk bahan ramuan obat tradisional, bahan makanan dan minuman serta industri. Tidak hanya itu, secara umum tanaman cabai memiliki kandungan gizi dan vitamin di antaranya, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C. Usaha peningkatan produksi cabai dapat dilakukan dengan cara perbaikan teknik budidaya yang meliputi pemupukan dengan pupuk organik, mikoriza dan penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR mampu mempercepat proses pertumbuhan tanaman melalui percepatan penyerapan unsur hara, memacu  pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon dan sebagai bioprotektan, PGPR melindungi tanaman dari patogen. Program kemitraan ini bertujuan untuk memanfaatkan mikoriza dan PGPR sebagi pemicu pertumbuhan tanaman, yang memicu meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman khususnya tanaman cabai. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu metode berbasis kelompok yang dilakukan secara komprehensif meliputi penyuluhan, demonstrasi serta tutorial untuk meningkatkan pengetahuan tentang aplikasi mikoriza dan PGPR. Kegiatan tim PKM dilakukan secara terukur disertai proses monitoring evaluasi untuk mengukur ketercapaian target. Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan para petani cabai, yang awalnya sebagian besar petani tersebut kurang mengenal tentang teknik budidaya menggunakan pupuk organik, mikoriza dan penggunaan PGPR. Peningkatan keterampilan juga ditunjukkan oleh para petani cabai, melalui kemampuan membuat formulasi pupuk organik.
Kelompok Tani Terong di Desa Sea Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa Tentang Efektivitas Aplikasi Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan Terong Pelealu, Johanis; Mambu, Susan Marlein
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 2, No 3 (2020): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.2.3.2020.31182

Abstract

Kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat, telah mendorong perubahan cara budidaya sayuran. Pupuk merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam dunia pertanian yang berfungsi untuk membantu menyuburkan tanaman budi daya. Ada banyak jenis pupuk yang sering digunakan oleh petani, misalnya saja kompos dan pupuk urea. Pupuk urea sering kali disalahartikan sebagai satu-satunya pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Petani beranggapan bahwa tanaman yang sehat adalah tanaman yang memiliki daun hijau berlebihan, sehingga mereka akanberlomba-lomba menggunakan pupuk urea dengan porsi yang banyak. Padahal, penggunaan urea dalam jumlah yang berlebihan justru akan menyebabkan tanaman mudah layu dan membangun konsentrasi garam beracun dalam tanah, sehingga terjadi ketidakseimbangan kimia tanah dan dapat mengubah pH alami tanah. Jika pemupukan urea terlalu banyak akan menjadikan tanaman sukulen sehingga tanaman akan menjadi mudah terserang hama maupun penyakit. Pengggunaan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi terung melalui perbaikan sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Perbaikan dari tekstur tanah, bahan organik, mikroorganisme didalam tanah. Program kemitraan ini bertujuan untuk memanfaatkan sisa-sisa tanaman panen untuk dijadikan pupuk hijau yang berguna untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifatfisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terung sebagai peluang bisnis yang bisa menjadi alternatif penghasilan tambahan bagi para petani di Desa Sea, Kecamatan Pineleng, Minahasa. Metodepelaksanaan kegiatan yaitu metode berbasis kelompok yang dilakukan secara komprehensif meliputi penyuluhan, demonstrasi serta tutorial untuk meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk hijau, dan meningkatkan keterampilan menghasilkan produk. Kegiatan tim PKM dilakukan secara terukurdisertai proses monitoring evaluasi untuk mengukur ketercapaian target. Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan para petani terong, yang awalnya sebagian besar petani tersebut kurang mengenal tentang teknik budidaya menggunakan pupuk organic limbah sisa panen. Peningkatan keterampilan juga ditunjukkan oleh para petani terung, melalui kemampuan membuat formulasi pupuk organik berbasis limbah hasil panen.