Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

HUBUNGAN SPESIALISASI SEL DENGAN KANDUNGAN IAA PADA KULTUR SEL Catharanthus roseus DENGAN PENAMBAHAN TRIPTOFAN Pandiangan, Dingse; Tilaar, Wenny; Nainggolan, Nelson
EUGENIA Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/eug.18.2.2012.3952

Abstract

ABSTRACT The corelation cell specialization with IAA (indole acetic acid) content  of Catharanthus roseus cell culture by the addition of tryptophan has been done. This research is part of a strategy to increased the catharanthine content. One strategy used is the addition of tryptophan as a precursor treatment. IAA was other compound of the effect of the addition of tryptophan. Research was conducted in the laboratory using MS medium with tryptophan 50-250 mg/L. The cell morphology observations made by Halogen Nikon microscope and documented with a digital camera Nikon DXM 1200F. The results showed that cell morphology is essentially the same for each treatment. The differences seen is the presence of more the long cells in the treatment of tryptophan. The longest ratio is the treatment of 150 mg/L tryptophan at day 14 of culture. Changes in cell morphology relationship more long (run specialization) has something to do with the IAA content after treatment tryptophan. The highest IAA content equal 214,79±0,90  µg/g dw  was occurred at day 14th after being treated tryptophan 150 mg/L with 75% long cells or cells specialization. The relationship between the content of IAA specialized cells showed a positive correlation of 0.80 or 80% of each other. Key words: Cell specialization, IAA content, catharanthine, tryptophan, Catharanthus roseus ABSTRAK   Hubungan antara spesialisasi sel dengan kandungan IAA (asam indol asetat) kultur sel Catharanthus roseus dengan perlakuan triptofan telah dilakukan. Penelitian ini merupakan bagian dari strategi peningkatan kandungan katarantin. Salah satu strategi yang digunakan adalah penambahan perlakuan triptofan sebagai prekursor. IAA merupakan hasil sampingan sebagai pengaruh penambahan triptofan. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan media MS dengan triptofan 50-250 mg/L. Pengamatan spesialisasi sel dilakukan dengan mikroskop Nikon Halogen  dan didokumentasikan dengan kamera digital Nikon DXM 1200F. Bentuk sel pada dasarnya sama untuk setiap perlakuan. Perbedaan yang terlihat nyata adalah adanya sel-sel panjang lebih banyak pada perlakukan triptofan. Perlakuan yang paling panjang rationya adalah pada perlakuan 150 mg/L triptofan pada hari ke-14 kultur. Hubungan perubahan bentuk sel yang lebih banyak panjang (mengalami spesialisasi) ada hubungannya dengan kandungan IAA dan katarantin yang meningkat selelah perlakuan triptofan. Kandungan IAA paling tinggi yaitu sebesar 214,79±0,90  µg/g bk  terjadi pada hari ke 14 selelah diberi perlakuan triptofan 150 mg/L dengan persentasi sel panjang atau sel mengalami spesialisasi 75%. Hubungan antara spesialisasi sel dengan kandungan IAA menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0,80 atau 80% saling menunjang. Kata kunci: Spesialisasi sel, IAA, katarantin, triptofan, Catharanthus roseus
Perubahan Morfologi dan Anatomi Kalus Catharanthus roseus dengan Perlakuan Triptofan (The morphological and anatomical changes on tryptophan-treated callus of Catharanthus roseus) Pandiangan, Dingse
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Bioslogos
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.1.2012.379

Abstract

AbstrakPenelitian tentang perubahan morfologi dan anatomi kalus Catharanthus roseus dengan pemberian perlakuan triptofan telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informasi tentang perubahan yang terjadi pada kalus khususnya struktur anatomi dan morfologi sel kalus Catharanthus roseus setelah diberi perlakuan prekursor triptofan 175 mg/L. Pengamatan anatomi kalus dilakukan dengan metoda Parafin yang didokumentasikan dengan mikroskop Nikon Halogen 100 W perbesaran 10X10 dan difoto dengan camera Nikon DXM 1200F. Penampakan morfologi kalus didokumentasikan dengan camera digital Cannon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kalus yang diberi perlakuan triptofan lebih lambat pada awalnya, namun bertahan hidup sampai 40 hari kultur. Kalus tanpa triptofan cepat bertumbuh pada awalnya sampai hari ke 18 kultur, setelah itu tidak ada pertumbuhan lagi. Setelah kultur 40 hari kultur, kalus dengan perlakuan triptofan tetap bertumbuh dengan baik sedangkan kontrol sudah rusak atau lisis. Struktur sel kalus perlakuan triptofan setelah 28 kali subkultur menunjukkan adanya penebalan dinding sel, sedangkan sel kalus kontrol mengalami lisis atau kerusakan sel.Kata kunci: anatomi, Catharanthus roseus, kalus, morfologi, triptofanAbstractA research on the morphological and anatomical changes on tryptophan-treated callus of Catharanthus roseus was conducted. This study aimed to complete the information about the changes, particularly on anatomical and morphological structure of Catharanthus roseus callus cells after treatment of 175 mg/L precursor tryptophan. Anatomical observations was conducted using paraffin method, documented using a Nikon microscope with a 10x10 magnification and the photograph was taken using the Nikon DXM 100 W Halogen 1200F camera. The appearance of callus morphology was documented by Cannon digital camera. The results showed that the growth of tryptophan-treated callus was slower at the beginning, but it survived by 40-day culture. Non-tryptophan callus grew rapidly by 18-day culture and did not grow later on. Tryptophan-treated callus for 40 days grew well, whereas control callus was damaged or lysis. The tryptophan-treated callus after 28 times subcultures showed cell wall thickening, whereas the control callus cells are lysis or damaged.Keywords: anatomy, callus, Catharanthus roseus, morphology, tryptophan
Respons Morfologis Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kekeringan pada Fase Perkecambahan (Morphological Response of Some Rice (Oryza sativa L.) Cultivars to Water Deficit at the Seedling Stage) Ballo, Maria; Nio, Song Ai; Mantiri, Feky R; Pandiangan, Dingse
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 2 (2012): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.2.2012.1045

Abstract

Abstrak Biji memerlukan sejumlah besar air yang harus diserap sebelum perkecambahan bisa terjadi, yaitu sekitar dua atau tiga kali dari berat keringnya. Penelitian ini menguji konsistensi respons morfologis padi terhadap kekeringan pada fase perkecambahan dengan perlakuan larutan polietilen glikol (PEG) sebagai larutan osmotikum. Penelitian ini dilakukan dengan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan PEG 8000 mencakup PEG 0, -0,25, -0,5, -0,75 dan -1,0 MPa terhadap 7 varietas padi, yaitu Beras Merah, IR 64, Burungan, Superwin, Serayu, Aries, dan Cigeulis. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan respons morfologis terhadap kekeringan yang diinduksi dengan PEG 8000 pada fase perkecambahan di antara ketujuh varietas padi. Panjang akar seminal, panjang tunas, rasio panjang akar seminal : panjang tunas, persentase perkecambahan dan indeks vigor benih dapat dipakai sebagai indikator toleransi kekeringan yang potensial pada fase perkecambahan padi. Toleransi varietas Superwin terhadap kekeringan yang diinduksi dengan PEG 8000 pada fase perkecambahan lebih tinggi daripada varietas padi lainnya. Kata kunci: indikator, PEG, toleransi, kekeringan Abstract The seeds required a large amount of water, i.e. two or three times of their dry weight, to be absorbed before the germination. This study evaluated the consistency of morphological response of rice to water deficit at the seedling stage. The research was conducted as factorial experiment in Randomized Block Design. The treatments of PEG-8000-induced-water deficit were PEG 0, -0,25, -0,5, -0,75 and -1,0 MPa. Those treatments were applied to 7 rice cultivars, i.e. Beras Merah, IR 64, Burungan, Superwin, Serayu, Aries, and Cigeulis. The results showed the difference of morphological response to PEG-8000-induced-water deficit among 7 rice cultivars at the seedling stage. The seminal root length, shoot length, ratio seminal root length: shoot length, seedling percentage and seed vigor index were able to be used as potential water-deficit-tolerant indicators at the seedling stage. Cultivar Superwin was more tolerant to PEG 8000-induced- water deficit than 6 other rice cultivars. Keywords: PEG, indicator, water- deficit tolerant
Uji Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Pasote (Dysphania ambrosioides L.) Anticancer and Antioxidant Test of Methanol Extract of Epazote leaves (Dysphania ambrosioides L.) Maningkas, Praise; Pandiangan, Dingse; Kandou, Febby
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24556

Abstract

Uji Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Pasote (Dysphania ambrosioides L.)Anticancer and Antioxidant Test of Pasote  (Dysphania ambrosioides L.) Leaves Methanol Extract Praise Frena Maningkas1*), Dingse Pandiangan1), Febby Ester Fany Kandou1) 1)Jurusan Biologi, FMIPA, UNSRAT, Manado*E-mail: praisefrena@gmail.com Diterima 10 Juli 2019, diterima untuk dipublikasi 10 Agustus 2019 AbstrakUji antikanker dan antioksidan ekstrak metanol daun Pasote (Dysphania ambrosioides L.) telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai potensi antikanker dan antioksidan ektrak metanol serbuk daun Pasote. Pengujian antikanker dilakukan dengan metoda uji MTT   pada sel leukemia P388.Uji antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan ditentukan dengan Spektro UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil pengamatan dan pengukuran diuji dengan program Origin Lab untuk antikanker, dan program Excel untuk analisis data antioksidan. Ekstak metanol Pasote memiliki aktivitas antikanker kategori kuat sebagai antikanker dengan IC50 sebesar 53,37µg/mL. Hasil pengujian antioksidan ekstrak metanol daun Pasote termasuk kategori kuat dengan nilai IC50 sebesar 50,131 µg / mL. Hal ini menunjukkan bahwa ektrak metanol daun Pasote potensial untuk dijadikan antioksidan dan tidak berbeda nyata dengan antioksidan vitamin C. Kesimpulannya bahwa ektrak metanol daun Pasote potensial untuk dijadikan antikanker dan antioksidan.Kata Kunci: Antikanker; Antioksidan; Leukemia P388; MTT assay; DPPH AbstractAnticancer and antioxidant test of Pasote (Dysphania ambrosioides L.) leaf methanol extract  have been done. The purpose of this study was to obtain scientific information about the potential anticancer and antioxidant of Pasote methanol leaf extract. Anticancer testing was carried out by the MTT assay method on P388 leukemia cells. The antioxidant test was carried out using the DPPH method and determined by UV-Vis spectra at a wavelength of 517 nm. The results of observations and measurements were tested with the Origin Lab program for anticancer, and the Excel program for analysis of antioxidant data. The methanol Pasote extract has a strong anticancer activity as an anticancer with IC50 value 53.37 µg / mL. The results of the antioxidant test of the Pasote leaf methanol extract included a strong category with IC50 values 50,131 µg / mL. This shows that Pasote leaf methanol extract is potential to be used as an antioxidant and not significantly different from antioxidant vitamin C. In conclusion, Pasote leaf methanol extract is potential to be used as an anticancer and antioxidant.Keywords: Anti-cancer; Anti-oxida;, Leukemia P388; MTT assay; DPPH 
Pemberdayaan Kaum Bapa Masyarakat Pesisir Amurang Lopana Satu Untuk Mengembangkan Wisata Pantai dengan Pendekatan Holistik Nainggolan, Nelson; Pandiangan, Dingse
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 1, No 2 (2019): VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.1.2.2019.24979

Abstract

Program kemitraan masyarakat sangat penting untuk mendukung terlaksananya tugas pokok seorang Dosen yaitu pegabdian pada masyarakat. Analisis situasi pada tahun 2017 melalui kegiatan KKT118 diperoleh data bahwa desa Lopana Satu merupakan desa yang berada di tepi pantai yang potensial untuk dikembangkan menjadi daerah pariwisata. Desa ini masangat tertinggal dari segi penataan, pendidikan dan SDM. Oleh sebab itu perlu kemitraan untuk membina Desa ini untuk pengembangan potensi yang telah ada. Analisis situasi lainnya menunjukkan bahwa permasalahan keluarga kebanyakan karena Pendidikan, kesehatan jasmani dan rohani atau mental para Kaum Bapak di desa tersebut tidak maksimal untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sampai diperoleh suatu Desa Sejahtera dan percontohan di Sulawesi Utara. Masyarakat diharapkan berkontribusi kepada pembangunan Desa dalam hal pendirian pantai indah dan sehat di Lopana Satu untuk mereka menyerahkan lahannya di daerah pantai yang terabaikan atau kepada pemerintah untuk di hias pantainya dengan menanam bibit buah buahan dan pohon yang bernilai ekonomis tinggi disertai tanaman hias. Tanaman hias dan obat tapak dara (Catharanthus roseus) sebagai tanaman penghias pantai dan sekaligus pendidikan obat herbal bagi masyarakat yang ada. Target kegiatan PKM ini adalah memberikan motivasi dan inovasi yang baru kepada masyarakat. Luarannya diitargetkan melalui kegiatan PKM ini ternyata bisa meningkatkan semangat para Kaum Bapa untuk memiliki pola hidup sehat mengurangi kemabukan dan minum minuman keras seperti cap tikus menjadi gaya hidup yang trampil dengan memperoleh beberapa keahlian sehingga rumah tangganya bahagia yang diawali dengan seorang ayah yang bijaksana. Target lainnya diharapkan menjadikan cikal bakal tradisi di masyarakat Lopada Satu Amurang Timur untuk membuka usaha wisata di pantai yang dibarengi dengan keindahannya. Luaran sampai tulisan ini masih sedang dilakukan pemeliharaan tanaman dan sudah diperoleh hasil pertandingan taman yang sangat menggembirakan semangat dan kebersamaan para apparat dan masyarakat yang ada.
PKM PELWAP Desa Sea Mitra Untuk Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dan Tanaman Hias Pandiangan, Dingse; Nainggolan, Nelson
JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia Vol 2, No 2 (2020): JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/jpai.2.2.2020.30605

Abstract

Para Perempuan dan Ibu rumah tangga yang tergabung dalam suatu organisasi PELWAP GPdI Sea Mitra perlu penerapan Program Kemitraan bagi Masyarakat untuk mengatasi masalah kehidupan rumah tangga dan kesehatan serta kebugaran secara fisik. Melalui penerapan sosialisasi pemanfaatan tumbuahn obat dan tanaman hias serta diberikan minuman teh herbal minuman fungsional tentu menambah kebugaran fisik dan mental secara berkesinambungan. Metoda penerapan PKM dilakukan secara bertahap mulai dari pemberian panduan secara digital tentang pemanfaatan tumbuhan obat dan hias disekitar rumah dipadukan dengan gerakan senam jantung serta dilakukan pelatihan bagi UKM Biovina dan dibuatkan model taman percontohan tumbuhan obat sekaligus tanaman hias yang bermanfaat sebagai pangan juga meningkatkan pendapatan keluarga dimasa pandemik covid 19 ini. Target dan luaran kegiatan PKM ini adalah memberikan motivasi dan inovasi yang baru kepada masyarakat terutama kepada Ibu-Ibu rumah tangga yang tergabung dalam Pelayanan Wanita (PELWAP) GPdI Sea Mitra untuk mampu mengelola waktu dan kebugaran fisiknya di rumah saja (WFH) yang dapat mendukung kesejahteraan bekerja dan rumah tangga serta sekaligus kesejahtraan dan keamanan lingkungan. Hasil sosialisasi dimasa Pandemi Covid 19 ini dilakukan melalui kegiatan Vidio Conference dengan Google Meet seperti yang ditayangkan pada youtube https://youtu.be/o6Sq_sex9z0, diperoleh melalui kegiatan PKM ini dapat meningkatkan semangat ibu-ibu rumah tangga untuk memiliki pola hidup sehat dengan menggunakan tumbuhan sekitar sebagai tumbuhan obat sekaligus tanaman hias dan suka bersenam kebugaran yang menjadi gaya hidup sehingga rumah tangganya bahagia yang diawali dengan ibu rumah tangga yang bijaksana dan sehat. Hasil lainnya menciptakan tradisi baru di Desa Sea Mitra untuk menggunakan tumbuhan obat dan hias disekitar rumah serta berolah raga senam 1 kali setiap minggunya (minimal) dirumah masing-masing dengan memberikan rekaman senam jantung sehat bagi ibu-ibu di rumah saja.
Deskripsi Jenis-Jenis Kontaminan Dari Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Donnaman Oratmangun, Kristina M.; Pandiangan, Dingse; Kandou, Febby E.
Jurnal MIPA Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.1.2017.16154

Abstract

Penelitian deskripsi jenis-jenis kontaminan dari kultur kalus Catharanthus roseus telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kontaminan yang terdapat pada kultur kalus C.roseus. Penelitian ini dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama dilakukan kultur kalus C. roseus. Kultur kalus menggunakan media MS (Murashige dan Skoog) dengan zpt 2,4 D 2 mg/L dan kinetin 0,2 mg/L. Tahap kedua dilakukan pengamatan kultur kalus yang mengalami kontaminasi. Kontaminan-kontaminan yang sama secara kasat mata dikelompokan menjadi satu kelompok. Setiap kelompok yang sama diamati lebih lanjut dibawah mikroskop. Penentuan jenis kontaminan dibandingkan dengan morfologi dari Pustaka (rujukan). Pengamatan kontaminan dilakukan mulai dari pembuatan media, inokulasi, subkultur kalus C.roseus. Pengamatan dilakukan dengan 3 botol kontaminan dari setiap kelompok. Hasil yang diperoleh adalah kontaminan kultur kalus C. roseus sekitar 40 %. Jenis kontaminan yang diamati umumnya golongan jamur. Jenis-jenis kontaminan kultur kalus C. roseus adalah Rhizopus, Mucor, Aspergillus, dan Sacharomyces.Research description of the types of contaminant for cultured callus Catharanthus roseus  has been done. This research aimed describe the types of contaminant found in the cultured kalus C. roseus. This research is carried out in two stages. The first stage in callus culture C. roseus using media MS (Murashige and Skoog) with zpt 2,4 D mg/L and kinetin 0,2 mg/L. The second stage in the observation of contaminated callus culture. The same of contaminants are visible into one group. Each of the same group was observed further under a microscope. Determining the types of contaminant in comparison with reference from the literature. Observation are starting from media or inoculation, subcallus culture C. roseus. Observation  done by taking 3 bottles of contaminat from each group then observed for 7 days. The result  obtained are culture contaminants C. roseus about 40 %. The types of contaminant observed are generally of fungi. The types of contaminant callus culture C. roseus are Rhizopus, Mucor, Aspergillus, and Sacharomyces.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Tumbuhan Paku diantum capillus-veneris dan Asplenium nidus Terhadap Bakteri Gram Negatif Escherichia coli Dengan Metode Difusi Agar Kandou, Febby E.F; Pandiangan, Dingse
Jurnal MIPA Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.7.1.2018.19010

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak metanol tumbuhan paku Adiantum capillus-veneris dan Asplenium nidus terhadap pertumbuhan bakteri Gram negatif Escherichia coli. Pengujian aktivitas ekstrak menggunakan Metode Difusi Agar (tes Kirby Bauer), yaitu metode difusi dengan kertas cakram untuk menentukan aktivitas antimikroba. Hasil penelitian diperoleh ekstrak metanol Adiantum capillus-veneris memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli pada konsentrasi ekstrak 30%, 60% dan 90% dengan diameter zona hambat berturut-turut 0.00 mm, 0,00 mm dan 6,80 mm. Ekstrak Asplenium nidus menghambat pertumbuhan Escherichia coli pada konsentrasi 30%, 60% dan 90% dengan diameter zona hambat berturut-turut 3,60 mm, 7,20 mm dan 12,50 mm.  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak Adiantum capillus-veneris pada konsentrasi 90% menghambat Escherichia coli pada kategori sedang. Ekstrak Asplenium nidus tergolong dalam kategori sedang dan kuat dalam menghambat bakteri Gram negatif Escherichia coli sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar antibakteri.The aim of this research to test the methanol extract activity of Adiantum capillus-veneris and Asplenium nidus on the growth of Gram negative bacteria Escherichia coli. Testing activity of the extracts to bacterial using the Kirby-Bauer method, is the paper disk diffusion method. The results are Adiantum capillus-veneris extract inhibit the growth of E. coliat concentrations of extract 30%, 60% and 90% with inhibition zone diameter respectively 0.00 mm, 0.00. mm and 6.80 mm; and Asplenium nidus extract inhibit the growth of E. coli with inhibition zone diameter respectively 3.60 mm, 7.20 mm and 12.50 mm. Based on the results obtained that the extract of Adiantum capillus-veneris classified in medium category and Asplenium nidus extract in medium and strong category activity toward Gram negative bacteria Escherichia coli, so that has potential as a base material antibacterial.
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tanaman Pekarangan di Desa Taripa, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tobondo, Vanda Evanglin; Koneri, Roni; Pandiangan, Dingse
JURNAL BIOS LOGOS Vol 11, No 1 (2021): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.11.1.2021.32135

Abstract

(Article History: Received January 14, 2021; Revised February 15, 2021; Accepted February 28, 2021) ABSTRAK Pekarangan merupakan sebidang tanah yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan dapat dibudidayakan berbagai spesies tanaman. Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman dan pemanfaatan tanaman pekarangan di Desa Taripa, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Pengambilan sampel berdasarkan luas pekarangan yaitu kategori sempit (100-200 m2), sedang (300-400 m2) dan luas (500-600 m2). Pada setiap kategori diambil 10 sampel pekarangan dan dicatat seluruh spesies tanaman yang terdapat pada pekarangan tersebut. Pemanfaatan tanaman ditentukan berdasarkan alasan penanaman dengan wawancara langsung dengan pemilik pekarangan.  Analisis data meliputi kelimpahan, indek kekayaan, indek keanekaragaman dan indek kemerataan spesies tanaman. Hasil didapatkan sebanyak 64 famili yang terdiri dari 155 spesies dan 1265 individu. Famili yang banyak ditemukan jumlah spesiesnya adalah Araceae.  Spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu Garcinia mangostana dan Curcuma longa. Kelimpahan spesies tertinggi pada lahan pekarangan katagori luas. Keanekaragaman dan kekayaan spesies tanaman tertinggi pada lahan pekarangan kategori sempit, sedangkan kemerataan pada lahan kategori sedang. Habitus tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah herba. Organ tanaman yang dimanfaatkan umumnya daun, sedangkan pemanfaatan tanaman pekarangan banyak digunakan sebagai sumber pangan. Kata kunci: Keanekaragaman; Garcinia mangostoma; herba; daun. ABSTRACTYard is a plot of land on which there are residential buildings and various plant species can be cultivated. This research aims to analyze the diversity and utilization of garden plants in Taripa Village, East Pamona District, Poso Regency, Central Sulawesi. Sampling was based on the area of the yard, namely the narrow (100-200 m2), medium (300-400 m2) and broad (500-600 m2). In each category, 10 samples of the yard were taken and recorded all plant species found in the yard. The use of plants is determined based on the reasons for planting by direct interviews with the owners of the yards. Data analysis includes abundance, Richness index, diversity index and index evenness of plant species. The results obtained were 64 families consisting of 155 species and 1265 individuals. The family with the most number of species found is Araceae. The species that had the highest abundance were Garcinia mangostana and Curcuma longa. The highest species abundance was in the large yard area. The highest diversity and richness of plant species was in the narrow category land, while evenness was in the medium category. Plant habitus that is widely used is herbaceous. The plant organs that are used are generally leaves, while the use of garden plants is widely used as a food source.  Key words: Diversity; Garcinia mangostoma; herb; leaf.
PKM Pemberdayaan Perempuan di UMKM Biovina Herbal untuk Perbaikan Pengeringan Bahan Baku Herbal Standar BPOM Pandiangan, Dingse; Nainggolan, Nelson
JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia Vol 3, No 1 (2021): JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/jpai.3.1.2021.36745

Abstract

UMKM Biovina didirikan para perempuan dan ibu rumah tangga yang tergabung bersama untuk tujuan memproduksi tumbuhan obat tradisional yang masih dalam bentuk jamu. UMKM ini masih dalam tahap perintisan dan semua aspek pengelolaannya masih manual dan konvensional. Melalui program PKM (Program Kemitraan Masyarakat) yang dilakukan oleh LPPM Unsrat melalui program pengabdian dilakukan perbaikan pengeringan yang terkendala jika musim penghujan yang sering mengalami kerusakan yang tidak terstandar BPOM. Kegiatan atau program ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengeringan bahan baku di UMKM tersebut. Adapunmetodepelaksanaan yang akan  pada  program  iniyaitu  penyuluhan,  pelatihan,  pendampingan  dan evaluasi terhadapaspek-aspekyangmenyebabkanmasalahUMKM tersebut. Proses perbaikan yang dilakukan adalah melalui pembangunan area pengeringan yang higienis dan alat-alat pelengkapnya dengan membangun teras rumah produksi Biovina dengan atap seng tembus sinar matahari sebagian dan yang lainnya atap seng tertutup untuk pengeringan yang tidak kena sinar matahari. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa bahan baku obat yang bisa dikeringkan dapat meningkat sampai 5-10 Kg berat basah yang sebelumnya hanya 0,5 Kg.  Luarandari programini meliputiprodukBiovinadalambentukkapsulyangsudahdikemasdalambotol dan kotakdan alatpengeringan simplisiayang standar diterapkan diUMKM Biovina. Target dan luaran kegiatan PKM ini adalah memberikan motivasi dan inovasi yang baru kepada masyarakat terutama kepadai ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam UMKM Biovina Sea Mitra untuk memperbaiki proses pengeringan bahan baku sebelum digunakan atau dioleh jadi produk Biovina