Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bangkalan Wahyudi, Hendra
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 7, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.963 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v7i1.2742

Abstract

Kabupaten Bangkalan sebagai Kabupaten yang terletak disebelah Barat Pulau Madura merupakan pintu masuk arus lalu lintas dari Pulau Jawa apalagi dengan akan selesainya jembatan yang menghubungkan pulau madura dengan Pulau Jawa pada tahun 2009 ini maka berbagai potensi perlu dikembangkan antara lain masalah air. Air tanah telah lama dikembangkan di kabupaten Bangkalan oleh pemerintah khususnya lewat proyek pengembangan air tanah untuk mengatasi kekeringan dan kelangkaan air. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi air tanah dan kemungkinannya untuk dikembangkan  guna mendukung kebutuhan air di kabupaten Bangkalan yang akan semakin meningkat. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan air tanah yang terdapat di Kabupaten Bangkalan sebesar 152.566.91 m3/hr Sedangkan potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan mencapai 48.700 m3/hari atau 17.775.000 m3/tahun, besarnya recharge 252.990 m3/hari atau 92.341.000 m3/tahun tanpa mengakibatkan intrusi air laut dan letak pengembangan sumur agar tidak menyebabkan intrusi  sejarak 2 kilometer dari garis pantai. 
Studi Potensi Air Tanah Untuk Penanggulangan Krisis Air Baku Di Kabupaten Gunung Mas Hendra Wahyudi
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.159 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v16i1.3102

Abstract

Kabupaten Gunung Mas Propinsi Kalimantan Tengah merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas berdasarkan Undang undang nomor 5 tahun 2002 memiliki luas wilayah 10.804 Km2.Kabupaten Gunung Mas ini mempunyai topografi bagian Utara berupa perbukitan dengan puncak di pegunungan Muller dan pegunungan Schwanner sedangkan sebelah selatan berupa daerah datar dan rawa yang dilewati empat sungai.Kabupaten Gunung Mas mempunyai potensi tambang yang sangat besar namun masih dikelola secara tradisonal sehingga menimbulkan pencemaran yang merusak lingkunganStudi ini melihat potensi air tanah yang ada di Kabupaten Gunung Mas untuk mengatasi masalah kekurangan air bersih dengan melakukan penyelidikan geolistrik.Berdasarkan pemetaan geolistrik yang dilakukan di Kabupaten Gunung Mas pada daerah Tanjung Riu mempunyai potensi 3.27 l/dt, Petak Bahandang mempunyai potensi sebesar 0.605 l/dt, Tumbang Danau mempunyai potensi sebesar 1.175 l/dt, Kampuri mempunyai potensi sebesar 4.571 l/dt, Tewai Baru mempunyai potensi sebesar 5,821 l/dt, sedangkan Sepang Kota mempunyai potensi sebesar 4.661 l/dt. 
Studi Potensi Air Tanah untuk Penanggulangan Bencana Asap di Kabupaten Kapuas Hendra Wahyudi
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.774 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v14i1.3043

Abstract

Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, pada saat musim kemarau sering terjadi bencana asap dan kekeringan, hal ini disebabkan banyak dilakukan pembukaan lahan dan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Salah satu daerah yang sering terjadi kebakaran hutan adalah daerah kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah.Kabupaten Kapuas yang ada saat ini berdasarkan Undang undang nomer 5 tahun 2002 merupakan kabupaten hasil pemekaran dengan Kabupaten Gunung Mas dengan luas wilayah sebesar 14.999 km2 mempunyai kondisi topografi sebelah utara berupa daerah perbukitan dengan kemiringan 8º-15º sedangkan bagian selatan merupakan daerah rawa.Kabupaten Kapuas ini merupakan salah satu daerah andalan sektor pertanian karena hampir 65% produksi beras Kalimantan Tengah dipasok dari Kabupaten Kapuas, potensi lahan pertanian yang ada seluas 76,80 ribu hektar dan masih ada 277 ribu hektar lagi lahan yang potensial untuk dikembangkan, sehingga setiap tahun sering muncul bencana asap akibat pembukaan lahan.Studi ini melihat potensi air tanah yang ada di Kabupaten Kapuas untuk mengatasi masalah kabut asap dengan melakukan penyelidikan geolistrik untuk melihat potensi air tanah yang ada. Penyelidikan geolisrik yang dipergunakan untuk melihat potensi air tanah yang ada di Kabupaten Kapuas dengan metode geolistrik resistivitas.Berdasarkan pemetaan geolistrik yang dilakukan di Kabupaten Kapuas pada daerah Batuah, Lamunti, Dadahup, Bungai Jaya, dan Palingkau, maka hasilnya dapat dipergunakan untuk mengatasi kabut asap walaupun potensinya sangat kecil antara 0.3 l/dt sampai dengan 3 l/dt.
Penggunaan Metode Kagan-Rodda Untuk Mengevaluasi Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan di DAS Ngrowo Pada Aliran Kali Brantas Hafiizh Muhammad Imaaduddiin; Siti Kamilia Azis; Hendra Wahyudi; Edy Sumirman
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1004.725 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v20i2.12493

Abstract

Dalam perencanaan bangunan air, komponen hidrologi merupakan komponen yang penting. Salah satu komponen utama dalam hidrologi adalah data hujan yang dicatat oleh setiap stasiun hujan, baik kualitas maupun kuantitas pencatatan pada setiap pos hujan. Sehingga dibutuhkan kajian rasionalisasi dan evaluasi jaringan stasiun hujan agar mendapatkan jaringan pos stasiun hujan efektif dan efisien. Studi ini dilakukan di DAS Ngrowo yang memiliki luas wilayah 1.512,20 km2 dengan 21 stasiun hujan yang tersebar di DAS tersebut. Analisis rasionalisasi dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode WMO (World Meteorogical Organization) dan Kagan-Rodda. Dari hasil analisis menggunakan standard WMO, didapati 2 dari 21 pos hujan yang memiliki kerapatan normal. Sedangkan dari hasil analisis menggunakan metode Kagan-Rodda dengan kesalahan perataan 0,8%  merekomendasikan 15 dari 21 pos stasiun hujan terpilih.
Pengembangan Kolam Retensi Dalam Upaya Mereduksi Banjir Kali Jeroan Kabupaten Madiun Alfath Tawakkal; Hendra Wahyudi; Dwi Indriyani; Akhmad Yusuf Zuhdy
Jurnal Teknologi dan Manajemen Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITATS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jtm.2022.v3i2.3161

Abstract

Banjir merupakan kondisi dimana air tidak dapat ditampung di sebuah saluran atau sumbatan aliran air di saluran pembuangan. Tingginya curah hujan dan disertai perubahan sIstem tataguna lahan dapat meningkatkan permukaan air limpasan yang mengalir dengan cepat, sehingga menyebabkan banjir. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeroan, termasuk dalam wilayah Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Sungai Jeroan merupakan anak dari Sungai Bengawan Solo, hulu Sungai Jeroan terletak di Kecamatan Saradan dan hilirnya terletak di Desa Balerejo, yang bertemu dengan Sungai Bengawan Solo. Panjang Sungai Jeroan ± 34,84 km dan mempunyai luas DAS 314,34 km2. Debit yang dapat ditampung sungai adalah sebesar 179,73 m3/dt. Selanjutnya direncanakan normalisasi, sepanjang STA 276–232 dengan b = 15 m, h = 8 m dan m = 1 serta normalisasi sepanjang STA 228–0 dengan b = 20 m, h = 8 m dan m = 1 dengan debit yang mampu ditampung sungai sebesar 226,82 m3/dt. Setelah dilakukan normalisasi, debit yang melewati sungai tersebut masih belum tertampung seluruhnya ke dalam sungai, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode HSS Nakayashu, didapatkan debit dengan kala ulang 25 tahun sebesar 461,20 m3 untuk DAS Jeroan. Selanjutnya dilakukan penanganan dengan 2 buah kolam retensi, direncanakan kolam retensi dengan kapasitas sebesar 839.310,12 m3 untuk kolam retensi 1 dan 535.096,03 m3 untuk kolam retensi 2, dengan luas area kolam retensi sebesar 111.908 m2 untuk kolam retensi 1 dan 76.442 m2 untuk kolam retensi 2. Sedangkan untuk pintu air yang direncanakan menggunakan pintu bendung sebanyak 2-unit pada tiap kolam retensi dengan debit   yang tereduksi dengan penanganan kolam retensi adalah sebesar 80,16 m3/dt atau sekitar 17%.
Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep Hendra Wahyudi
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 6, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1134.361 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v6i1.2753

Abstract

Kabupaten Sumenep adalah Kabupaten yang terletak paling Timur yang ada di Pulau Madura merupakan Kabupaten penghasil minyak bumi sehingga anggaran untuk pembangunannya relative lebih tinggi dibandingkan dengan tiga kabupaten yang ada di Pulau Madura. Kemajuan pesat yang dicapai Kabupaten Sumenep perlu didukung oleh sumber daya air yang sangat memadai oleh sebab itu Pemerintah melalui Proyek Pengembangan Air Tanah Jawa Timur telah lama mengembangkan potensi air tanah di Kabupaten Sumenep dengan membuat sumur sumur dalam untuk mengatasi kekeringan dan kekurangan air irigasi.Agar pemanfaatan air tanah tersebut tidak berlebihan sehingga dapat merusak lingkungan (intrusi air laut ) maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat potensi air tanah dan dampak pemanfaatan air tanah di kabupaten Sumenep sehingga dapat dikembangkan  guna mendukung kebutuhan air dipulau Madura yang akan semakin meningkat.Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan air tanah yang terdapat di Kabupaten Sumenep sebesar 201.598,21 m3/hr Sedangkan potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan diKabupaten Sumenep meliputi Cekungan Ambunten mencapai 60.690 m3/hari atau 22.151.000 m3/tahun, besarnya recharge 166.030 m3/hari atau 60.600.000 m3/tahun. Cekungan Sumenep mencapai 150.550 m3/hari atau 54.950.000 m3/tahun, besarnya recharge 281.360 m3/hari atau 102.690.000 m3/tahun. Cekungan Toranggo mencapai 13.060 m3/hari atau 4.766.000 m3/tahun, besarnya recharge 50.210 m3/hari atau 19.016.000 m3/tahun  tanpa mengakibatkan intrusi air laut dan letak pengembangan sumur agar tidak menyebabkan intrusi  sejarak 2 kilometer dari garis pantai.