Nursyamsi Nursyamsi
STIT Syekhburhanuddin Pariaman

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MOTIVASI SANTRI MENGHAFAL AL-QUR’AN DI RUMAH TAHFIDZ AL IKHLAS KELURAHAN BATIPUH PANJANG KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG Nursyamsi Nursyamsi
Mau'izhah Vol 9 No 1 (2019): Volume IX No.1 Januari – Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh burhanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.843 KB) | DOI: 10.55936/mauizhah.v9i1.16

Abstract

Termasuk keistimewaan dari Al-Qur’an adalah menjadi satusatunya kitab suci yang dihafalkan oleh banyak manusia didunia ini. Tak satupun kitab suci yang dihafalkan bagian surat,kalimat, huruf dan bahkan harakatnya seperti Al-Qur’an. Iadiingat didalam hati dan pikiran para penghafalnya. Ini dapatdibuktikan sekaligus dimaklumi, karena Al-Qur’an adalah kitabyang terjaga bahasanya dan telah dijamin oleh Allah SWT akanselalu dijaga dan dipelihara. Jadi salah satu upaya untukmenjaga kelestarian Al-Qur’an adalah denganmenghafalkannya, karena memelihara kesucian denganmenghafalkannya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yangmulia, yang sangat dianjurkan Rasulullah. Dimana Rasulullahsendiri dan para sahabat banyak yang hafal Al-Qur’an. Hinggasekarang tradisi menghafal Al-Qur’an masih dilakukan olehumat islam di dunia ini. Menghafal Al-Qur’an bukanlah suatuhal yang mudah. Bisa jadi hal ini merupakan sesuatu yangtidak mungkin bagi sebagian orang. Ditambah dengan adanyabanyak kalimat yang mirip atau juga berulang, baik itu dalamsurat yang sama maupun dalam surat yang berbeda. Belumlagi, Al-Qur’an juga memiliki hukum – hukum bacaan danaturan – aturan tempat keluarnya huruf yang wajib untuk digunakan setiap kali membacanya. Sedikit saja kesalahan dalamhukum bacaan maupun tempat keluarnya huruf akan bisamengubah arti dari ayat tersebut. Tapi menghafal Al-Qur’anbukanlah suatu hal yang tidak mungkin, karena sudah banyakorang yang mampu menghafal Al-Qur’an. Untuk melestarikanhafalan diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yangtinggi. Seorang santri penghafal Al-Qur’an, harus meluangkanwaktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya, agarhafalannya tidak hilang.
Peranan Ayah dalam Pendidikan Anak Nursyamsi Nursyamsi; Novia Yanti
Mau'izhah Vol 9 No 2 (2019): Volume IX No. 2 Juli - Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh burhanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.847 KB) | DOI: 10.55936/mauizhah.v9i2.27

Abstract

Dalam Islam kedudukan seorang ayah sangatlah penting. Ayahmerupakan kepala rumah tangga yang memimpin seluruh anggota keluarga. Ayah memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh anggota keluarga dan ayah akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinanya oleh Allah Subḥanahu wa Ta’āla.1 Diantara hal yang akan dimintai pertanggung jawaban adalah tentang peran apa yang telah dilakukan seorang ayah dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya. Peran ayah adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh ayah dalam menjalankan perannya didalam keluarga sebagai seseorang yang bertugas memberikan Pendidikan yang baik bagi anak-anaknya.Ayah adalah pencari nafkah utama dalam keluarga. Peluh yang mengaliri tubuhnya menjadi garansi sepiring nasi legam di bahunya berbuah seragam sekolah bagi anaknya. Luka di telapak kakinya berganti uang belanja bagi istrinya. Semua tenaga dia kerahkan untuk kebutuhan keluargannya. Bisa menjamin keberlangsungan hidup rumah tangga merupakan sumber bahagia bagi seorang ayah.Dalam segala keadaan seorang ayah yang beriman harus selalu mengusahakan rezeki halal bagi keluargannya. Meskipun datang kepadanya saat yang sulit, sehingga mencari rezeki yang halal menjadi berat, dia tetap harus mengusahakan jalan halal. Tidak ada peluang sedikit pun untuk menghalalkan yang haram karena rezeki akan menjadi bahan pertanyaan di akhirat. Seseorang akan di tanya tentang rezekinya, darimana dia dapatkan dan bagaimana dia membelanjakannya.
PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH MENGENAI UU NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PP NO. 55 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN Novia Yanti; Nursyamsi Nursyamsi
Mau'izhah Vol 10 No 1 (2020): Volume X No. 1 Januari – Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh burhanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.93 KB) | DOI: 10.55936/mauizhah.v10i1.49

Abstract

Pendidikan Islam mendapat tempat strategis dalam undangundangSistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dan PP No55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.Meskipun dalam undang-undang tersebut tidak langsungmenyebutkan kata pendidikan Islam, tetapi secara substansiharapan besar tertumpu pada pendidikan Islam. Yakni dapat dilihat dalam tujuan pendidikan nasional yang bertujuan ...untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia....Di mana tujuan ini adalah tugas bagi pendidikan Islamagar mampu melahirkan generasi yang sesuai dengan risalah rasulyaitu انما
Metode Menghafal Al Qur’an di Rumah Tahfidz Al-Ikhlas Kelurahan Batipuh Panjang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Nursyamsi Nursyamsi
Mau'izhah Vol 8 No 2 (2018): Volume VIII No. 2 Juli - Desember 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh burhanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.554 KB) | DOI: 10.55936/mauizhah.v8i2.6

Abstract

Menghafal merupakan suatu kegiatan yang mengikut sertakan aktivitas ingatan di dalamnya. Menurut pakar Psikologi Anak, ingatan anak pada usia 8-15 tahun ini mencapai intensitas yang paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi (sama dengan sengaja memasukan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat, dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. Walaupun anak-anak belum dapat memahami al-Qur’an seutuhnya, namun banyak manfaat yang diperoleh dengan menghafal al-Qur’an sedari kecil. Yusuf Qardhawi menyatakan, “kami telah menghafal al-Qur’an dan menyimpannya dalam hati semenjak kanak-kanak itu, kemudian Allah SWT memberikan manfaat kepada kami saat dewasa. Sedangkan fenomena yang ada di masyarakat saat ini bahwa sudah banyak lembaga-lembaga serta sekolah-sekolah Islam atau instansi-instansi lainnya yang memasukan kegiatan tahfidz al-Qur’an sebagai salah satu kegiatan rutin, memberikan metode-metode yang dapat diterima sehingga kegiatan menghafal tidak lagi menjadi kegiatan yang membosankan.