ETIH HENRIYANI
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Sumber Daya Manusia Pustakawan Dan Kearsipan : Tantangan Di Era Disrupsi Etih Henriyani; Eet Saeful Hidayat
Jurnal Penelitian Administrasi Publik Vol 1 No 4 (2019): Public Administration Journal of Research
Publisher : Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/paj.v1i4.31

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Pustakawan dan kearsipan baik secara kualitas maupun kuantitas. Sementara SDM yang dibutuhkan di era disrupsi ini yaitu memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi dengan cepat, adaptif dan respon terhadap perubahan dengan integritas dan daya saing yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang besar untuk bidang perpustakaan dan kearsipan di Indonesia, karena dalam realitasnya bukan hanya persoalan kualitas namun juga terkait kuantitas atau jumlah SDM Pustakawan dan kearsipan masih jauh dari rasio ideal. Kekuarangan tenaga ahli di bidang perpustakaan dan kearsipan ini dirasakan oleh berbagai daerah di Indonesia. Di mana data secara nasional di tahun 2017, jumlah arsiparis yang ada baru 3.241 (2,25%) dari total kebutuhan 143.630 tenaga arsiparis (https://www.ugm.ac.id). Begitu pula dengan tenaga pustakawan di tahun 2018, dari 154.359 perpustakaan baru ada 3.179 pustakawan. Jadi rasionya 1 pustakawan mengelola 200 perpustakaan. Sementara idealnya 1 pustakawan mengelola 1 perpustakaan (https://www.perpusnas.go.id). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan (observasi dan wawancara).Adapun tahapan analisis data yang dilakukan yaitu Kodifikasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu penyebab kurangnya SDM Pustakawan dan Kearsipan adalah minimnya minat masyarakat untuk menekuni pekerjaan sebagai Pustakawan dan Arsiparis .Citra negatif dan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat menjadi tantangan eksternal bagi Pustakawan dan arsiparis dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu perlu penguatan SDM Pustakawan dan kearsipan melalui pengajuan penambahan jumlah SDM Pustakawan dan Kearsipan, pendidikan baik formal maupun non formal, kolaborasi dengan berbagai pihak seperti Kemendagri, PUSDIKLAT ANRI, serta lembaga-lembaga pendidikan yang membuka program di bidang perpustakaan dan kearsipan.
Sumber Daya Manusia Pustakawan Dan Kearsipan : Tantangan Di Era Disrupsi Etih Henriyani; Eet Saeful Hidayat
Jurnal Penelitian Administrasi Publik Vol 1 No 4 (2019): Public Administration Journal of Research
Publisher : Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/paj.v1i4.31

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Pustakawan dan kearsipan baik secara kualitas maupun kuantitas. Sementara SDM yang dibutuhkan di era disrupsi ini yaitu memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi dengan cepat, adaptif dan respon terhadap perubahan dengan integritas dan daya saing yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang besar untuk bidang perpustakaan dan kearsipan di Indonesia, karena dalam realitasnya bukan hanya persoalan kualitas namun juga terkait kuantitas atau jumlah SDM Pustakawan dan kearsipan masih jauh dari rasio ideal. Kekuarangan tenaga ahli di bidang perpustakaan dan kearsipan ini dirasakan oleh berbagai daerah di Indonesia. Di mana data secara nasional di tahun 2017, jumlah arsiparis yang ada baru 3.241 (2,25%) dari total kebutuhan 143.630 tenaga arsiparis (https://www.ugm.ac.id). Begitu pula dengan tenaga pustakawan di tahun 2018, dari 154.359 perpustakaan baru ada 3.179 pustakawan. Jadi rasionya 1 pustakawan mengelola 200 perpustakaan. Sementara idealnya 1 pustakawan mengelola 1 perpustakaan (https://www.perpusnas.go.id). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan (observasi dan wawancara).Adapun tahapan analisis data yang dilakukan yaitu Kodifikasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu penyebab kurangnya SDM Pustakawan dan Kearsipan adalah minimnya minat masyarakat untuk menekuni pekerjaan sebagai Pustakawan dan Arsiparis .Citra negatif dan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat menjadi tantangan eksternal bagi Pustakawan dan arsiparis dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu perlu penguatan SDM Pustakawan dan kearsipan melalui pengajuan penambahan jumlah SDM Pustakawan dan Kearsipan, pendidikan baik formal maupun non formal, kolaborasi dengan berbagai pihak seperti Kemendagri, PUSDIKLAT ANRI, serta lembaga-lembaga pendidikan yang membuka program di bidang perpustakaan dan kearsipan.
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI WILAYAH UTARA KABUPATEN CIAMIS etih henriyani
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Vol 4, No 4 (2017): Dinamika
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/dinamika.v4i4.878

Abstract

ABSTRAKKawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis adalah wilayah utara yang meliputi 5 Kecamatan (Kecamatan Cihaurbeuti, Kecamatan Lumbung, Kecamatan Panjalu, Kecamatan Panumbangan dan Kecamatan Sukamantri). Adapun komoditas unggulannya meliputi : Padi sawah, Jagung, Cabe, Teh, Kopi, Albasia, Rimba campuran, Ayam ras, Domba, Sapi, Udang galah, Ikan gurame, dan Ikan nila. Namun sayangnya kawasan agropolitan tersebut belum berkembang karena terhambat beberapa faktor seperti :koordinasi kelembagaan antar pelaksana belum berjalan dengan baik, kurangnya sosialisasi, kualitas SDM masyarakat belum mendukung, kurangnya fasilitas, dan rendahnya komitmen pelaksana yang tercermin dari masih kurangnya kesadaran serta kesungguhan pelaksana karena tingginya sikap egosektoral antar dinas/instansi terkait.Kata Kunci : Pengembangan Kawasan Agropolitan
MENUMBUHKAN BUDAYA BIROKRASI YANG INOVATIF DAN BERDAYA SAING GLOBAL Etih Henriyani
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Vol 6, No 2 (2019): Dinamika
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.406 KB) | DOI: 10.25157/dinamika.v6i2.2255

Abstract

Inovasi dalam sektor publik dapat diasumsikan sebagai upaya untuk menuju keadaan yang lebih baik. Dimana semakin inovatif suatu penyelenggaraan pemerintahan, maka semakin besar pula manfaat atau nilai tambah bagi masyarakat. Oleh karenanya, dalam mewujudkan inovasi diperlukan individu, kelompok dan organisasi yang memiliki keberanian mengambil resiko. Dengan kata lain, inovasi bukan sekedar “kebaruan” dan “keunikan”, akan tetapi berhubungan dengan tingkat kinerja dan dampak yang dipertemukan dengan kepentingan publik.Meningkatkan kapasitas inovasi sektor publik menjadi keharusan jika Indonesia tidak ingin ketinggalan dalam persaingan global. Apabila kapasitas inovasi dapat ditingkatkan, maka bukan hanya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik saja yang meningkat. Namun legitimasi pemerintah di mata warga juga dengan sendirinya akan menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, perlu adanya perubahan mindset dari budaya birokrasi lama yang cenderung Paternalistik, kaku, tertutup dan ingin dilayani ke budaya birokrasi baru yang lebih fleksibel, terbuka dan memiliki inovasi dan daya saing yang tinggi.
PROGRAM INOVASI DESA ; ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN Etih Henriyani
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Vol 5, No 4 (2018): Dinamika
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.294 KB) | DOI: 10.25157/dinamika.v5i4.1750

Abstract

Dalam rangka optimalisasi pembangunan desa melalui dana desa, Kementerian Desa PDTT meluncurkan Program Inovasi Desa (PID). Program ini lahir karena banyak desa dianggap belum memiliki kapasitas SDM terutama kapasitas aparatur desa yang belum mampu mengelola dana desa. Hadirnya Program Inovasi Desa (PID), diharapkan memberi banyak manfaat bagi pembangunan desa, antara lain : Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia dapat digali, Meningkatnya kesejahteraan masyarakat, meningkatnya Pendapatan Asli Desa.Namun realitasnya, baru sebagian kecil saja desa di Indonesia yang mampu melakukan inovasi dan merubah statusnya menjadi desa mandiri.Sehingga perlu adanya penguatan pada pola pengembangan SDM aparatur dan pemberdayaan masyarakat desa sehingga mendorong percepatan pembangunan desa yang inovatif.Perluasan akses informasi melalui bursa inovasi juga dapat terus dilakukan agar desa berlomba-lomba meningkatkan kreativitasnya dalam menyelesaikan persoalan dan menggali serta mengembangkan potensi yang ada di desanya.
PEMIMPIN DAN BUDAYA ORGANISASI DI ERA PERUBAHAN ETIH HENRIYANI
Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25147/moderat.v4i2.1487

Abstract

Memimpin berarti doing the right things atau melakukan sesuatu yang baik. Hal tersebut menyiratkan seorang pemimpin harus memikirkan dan melakukan apa yang dirasakan terbaik bagi organisasi. Salah satunya adalah bersedia dan berani melakukan perubahan organisasi jika diperlukan karena kondisi lingkungan yang sudah tidak sesuai. Namun dalam kenyataannya tidak dipungkiri, ada juga pemimpin yang tidak bersedia melakukan perubahan, yang mengakibatkan pegawainya juga kontra terhadap perubahan. Berbagai alasanpun muncul, yang ujung-ujungnya kembali ke bakat atau seni dan keterampilan memimpin. Sementara itu, pemimpin perubahan harus bersedia menghadapi tantangan dan rintangan serta melakukan inovasi. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk merespons tantangan internal maupun eksternal organisasi untuk melakukan perubahan, dengan tanpa mengesampingkan tata nilai atau kebiasaan yang rutin adalah: (1) Menciptakan Strategi, (2) Merancang ulang struktur organisasi, (3). Membentuk kembali budaya organisasi. Kata Kunci : Pemimpin, Budaya Organisasi.
PERAN PEMIMPIN VISIONER DALAM MEWUJUDKAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu) Etih Henriyani
Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/moderat.v6i2.3427

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang kepemimpinan visioner dalam mewujudkan inovasi pelayanan publik. Mengingat di era global saat ini tuntutan akan kualitas pelayanan publik semakin tinggi, sementara itu permasalahan yang muncul juga kian kompleks. Untuk itu, diperlukan peran pemimpin visioner yang mampu menciptakan peluang-peluang baru dalam menyelesaikan masalah serta mengelola potensi yang ada demi masa depan yang lebih baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Penulis menganalisa, salah satu figur pemimpin yang visioner adalah Kepala Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Kepala Desa Majasari (Wartono, S.Pd., M.Si), mampu merealisasikan visi yang dijabarkan melalui misi Panca Karya Hita Karana (lima kerja yang menjadikan sejahtera). Berbagai inovasi pelayanan publik telah dilakukan baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, kewilayahan, pertanian dan peternakan. Atas keberhasilan Desa Majasari meraih kejuaraan lomba desa baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun nasional, kini Desa Majasari menjadi salah satu labsite.
PENGAWASAN MASYARAKAT DAN KINERJA BIROKRASI PEMERINTAH Etih Henriyani
Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25147/moderat.v4i1.1081

Abstract

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi Pemerintah di Indonesia, dan menganalisis pentingnya fungsi pengawasan masyarakat bagi kinerja birokrasi Pemerintah di Indonesia. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literature atau studi kepustakaan. Dari hasil analisis penulis dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi pemerintah di Indonesia antara lain : Faktor budaya, faktor individu, faktor organisasi dan manajemen, serta faktor politik Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pengawasan jalannya pemerintahan dalam berbagai aspek sangat penting dan perlu media yang memadai. Sehingga cita-cita untuk mendorong tata kelola pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab segera terwujud. Kata Kunci : Pengawasan, Kinerja Birokrasi
PEMIMPIN DAN BUDAYA ORGANISASI DI ERA PERUBAHAN ETIH HENRIYANI
Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.641 KB) | DOI: 10.25147/moderat.v4i2.1487

Abstract

Memimpin berarti doing the right things atau melakukan sesuatu yang baik. Hal tersebut menyiratkan seorang pemimpin harus memikirkan dan melakukan apa yang dirasakan terbaik bagi organisasi. Salah satunya adalah bersedia dan berani melakukan perubahan organisasi jika diperlukan karena kondisi lingkungan yang sudah tidak sesuai. Namun dalam kenyataannya tidak dipungkiri, ada juga pemimpin yang tidak bersedia melakukan perubahan, yang mengakibatkan pegawainya juga kontra terhadap perubahan. Berbagai alasanpun muncul, yang ujung-ujungnya kembali ke bakat atau seni dan keterampilan memimpin. Sementara itu, pemimpin perubahan harus bersedia menghadapi tantangan dan rintangan serta melakukan inovasi. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk merespons tantangan internal maupun eksternal organisasi untuk melakukan perubahan, dengan tanpa mengesampingkan tata nilai atau kebiasaan yang rutin adalah: (1) Menciptakan Strategi, (2) Merancang ulang struktur organisasi, (3). Membentuk kembali budaya organisasi. Kata Kunci : Pemimpin, Budaya Organisasi.
PERAN PEMIMPIN VISIONER DALAM MEWUJUDKAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu) Etih Henriyani
Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/moderat.v6i2.3427

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang kepemimpinan visioner dalam mewujudkan inovasi pelayanan publik. Mengingat di era global saat ini tuntutan akan kualitas pelayanan publik semakin tinggi, sementara itu permasalahan yang muncul juga kian kompleks. Untuk itu, diperlukan peran pemimpin visioner yang mampu menciptakan peluang-peluang baru dalam menyelesaikan masalah serta mengelola potensi yang ada demi masa depan yang lebih baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Penulis menganalisa, salah satu figur pemimpin yang visioner adalah Kepala Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Kepala Desa Majasari (Wartono, S.Pd., M.Si), mampu merealisasikan visi yang dijabarkan melalui misi Panca Karya Hita Karana (lima kerja yang menjadikan sejahtera). Berbagai inovasi pelayanan publik telah dilakukan baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, kewilayahan, pertanian dan peternakan. Atas keberhasilan Desa Majasari meraih kejuaraan lomba desa baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun nasional, kini Desa Majasari menjadi salah satu labsite.