Agatha Trisari Swastikanthi
Indonesian Literature Study Program, FISIB, Pakuan University Jln. Pakuan No 1, Ciheuleut Bogor, 082111112781

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

TRADISI MERANTAU DALAM CERITA RAKYAT SUNDA NYI MAS KANTI Kajian Strukturalisme Naratif Levis-Strauss Trisari S, Agatha; Harashani, Hanny
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 24, No 2 (2018): Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.857 KB)

Abstract

Abstract The structures of Levi-Strauss Naratif  were used to study the intrinsic aspect of Folktales. Folktale Nyi Mas Kanti were studied using the manners of Levi-Strauss Naratif. The flow scheme of the plot is achieved in this order, including: parting, moving, and encountering.The flow of the story that leads into Moving is actually inline with the basic concept of Merantau which is known as an act of going away from home for a long time to persue success,glory,knowledge,or wealth.From the explanation above we can conclude that Merantau is a social foundation in the specific culture which is Indonesia and it is already been done since centuries ago. These folktales is part of the Indonesian Written Legacy that passed down to the next generation collectively using methods of Merantau as the flow of the story inside the Folktales, intentional or not. Key words : strukturalisme naratif, mytheme, scheme, moving, merantau
SIMBOLISME TRANSFORMASI MAKNA PADA HIKAYAT KALILAH DAN DIMNAH Kajian Strukturalisme Levi-Strauss Agatha Trisari S; Yuyus Rustandi
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 26, No 1 (2020): Volume 26 Nomor 1 Tahun 2020
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.368 KB) | DOI: 10.33751/wahana.v26i1.2099

Abstract

Abstrak Hikayat Kalilah dan Dimnah yang akan diteliti adalah kitab dalam versi Melayu. Versi ini merupakan salinan dari versi berbahasa Arab. Disalin oleh Ismail Djamil. Walaupun masuk dalam karya sastra lama, namun keberadaan hikayat ini masih relevan untuk dikaji. Dengan mempergunakan strukturalisme Levi-Strauss,  penelitian ini bertujuan untuk mengetahui   sejauh mana simbolisme  transformasi dari struktur luar tidak akan berpengaruh pada struktur dalam dari miteme ( unit tataran satuan dongeng). Struktur dalam yang akhirnya ditemukan di sini adalah nilai-nilai karakter yang meliputi : dapat dipercaya (trustwonrthiness), rasa hormat dan perhatian (respect), peduli (caring), jujur (fairness), tanggung jawab (responsibility), ketulusan(honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan integritas. Kata kunci : struktur luar, struktur dalam, simbolisme transformasi
TRADISI MERANTAU DALAM CERITA RAKYAT SUNDA NYI MAS KANTI Kajian Strukturalisme Naratif Levis-Strauss Agatha Trisari S; Hanny Harashani
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 24, No 2 (2018): Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.857 KB) | DOI: 10.33751/wahana.v24i2.943

Abstract

AbstractThe structures of Levi-Strauss Naratif were used to study the intrinsic aspect of Folktales. Folktale Nyi Mas Kanti were studied using the manners of Levi-Strauss Naratif. The flow scheme of the plot is achieved in this order, including: parting, moving, and encountering.The flow of the story that leads into Moving is actually inline with the basic concept of Merantauwhich is known as an act of going away from home for a long timeto persue success,glory,knowledge,or wealth.From the explanation above we can conclude that Merantau is a social foundation in the specific culture which is Indonesia and it is already been done since centuries ago.These folktales is part of the Indonesian Written Legacy that passed down to the next generation collectively using methods of Merantau as the flow of the story inside the Folktales, intentional or not.Key words : strukturalisme naratif, mytheme, scheme, moving, merantau
TEKS NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” KARYA AHMAD TOHARI DALAM KAJIAN PENCIPTAAN SENI TARI Atang Supriatna; Prapto Waluyo; Agatha Trisari S
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 25, No 1 (2019): Volume 25 Nomor 1 Tahun 2019
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.172 KB) | DOI: 10.33751/wahana.v25i1.1215

Abstract

ABSTRAK             Penelitian ini mengangkat masalah apakah teks novel dapat dijadikan sumber inspirasi penciptaan seni tari. Berkaitan dengan masalah tersebut maka novel yang dijadikan materi penelitian adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk (Sebuah Catatan untuk Emak). Novel ini merupakan buku pertama dari trilogi Ahmad Tohari, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemuskus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang kehidupan seorang ronggeng atau penari.            Teks Ronggeng Dukuh Paruk dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan intrinsik secara khsusu yang dipergunakan adalah teori fiksi dari Robert Stanton. Teori ini fokus pada tiga hal, yaitu karakter, alur, dan latar belakang. Karakter dalam hal ini antara lain adalah bagaimana deskripsi tokoh utama dalam kegiatan sehari-hari berkaitan dengan kehidupannya. Srinthil adalah seorang penari, oleh karena itu deskripsi kegiatan Srinthil tersebut dipaparkan secara jelas dalam teks novel tersebut.            Dari hasil kajian dapat dilihat bahwa gerakan dalam tarian yang ditarikan oleh Srinthil ternyata berkaitan erat dengan beberapa konsep penciptaan seni tari, yaitu ada rangsang visual, rangsang audio, dan rangsang ide. Berkaitan dengan struktur, terdapat pembukaan, isi tarian, dan penutup. Teks sebuah novel dapat dikaji dan menjadi inspirasi dalam penciptaan seni tari. Kata kunci: kajian tari, penciptaan tari, Ronggeng Dukuh Paruk
ANALISIS GENDER DAN KESADARAN PEREMPUAN DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI Gina Purwanti; Agatha Trisari; Dadan Suwarna
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.563 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v2i2.2540

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan unsur instrinsik, hasil analisis gender perempuan, dan kesadaran perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah novel Tempurung karya Oka Rusmini. Artikel ini berfokus pada permasalahan yang berkaitan dengan ketidakadilan perempuan dan kesadaran perempuan yang dikaji dengan analisis gender. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) struktur novel berupa unsur intrinsik yang difokuskan pada tema yaitu kehidupan perkawinan yang tidak sempurna juga peran perempuan yang tidak mudah, plot yang terbagi menjadi tahap awal , tahap tengah, dan tahap akhir, penokohan yaitu tokoh “Aku” tambahan dan tokoh utama cerita, dan latar yang terbagi menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial-budaya; (2) analisis gender yang dibagi menjadi tiga fokus, yaitu subordinasi perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan ketidakadilan gender perempuan; (3) bentuk kesadaran perempuan berupa kesadaran akan tubuh, kemandirian, dan lepasnya perempuan dari tradisi yang mengekang mereka.Kata Kunci: gender; kesadaran perempuan; Oka Rusmini; Tempurung.
LATAR SOSIAL DALAM NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI Geo Fanny Jacklin Padoma Nova; Agatha Trisari s; Dedi Yusar
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.118 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v2i1.1835

Abstract

ABSTRAKKarya sastra merupakan gambaran kehidupan sosial yang dituangkan ke dalam cerita dan dapat dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulis   tertarik dengan latar sosial yang digambarkan oleh Ahmad Tohari di dalam salah satu keryanya berjudul Bekisar Merah. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan latar sosial yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Penulis berusaha mendeskripsikan latar sosial yang di alami oleh tokoh utama. Dalam memperoleh data, penulis mendapatkan dengan cara studi pustaka menggunakan berbagai buku yang memiliki kaitan dengan latar sosial. Penelitian ini mendeskripsikan latar sosial yang dialami oleh tokoh utama dengan cara memaparkan unsur intrinsik dan memaparkan latar sosial yang muncul sehingga memudahkan langkah selanjutnya  untuk  mengetahui  latar  sosial  terhadap  tokoh  utama.   Kajian  ini  pun dilakukan mengunakan analisis unsur-unsur pembagunan cerita berupa unsur intrisik yang meliputi alur, tokoh, dan latar. Kesimpulannya, terdapat  enam  latar  sosial  yang  muncul dalam kajian ini: latar sosial tokoh utama kedua,  latar  sosial  penjual  nira  ketiga,  latar kehidupan masyarakat Karangsoga keempat, latar mitos atau kepercayaan kelima, latar asal- usul Lasi keenam, latar perilaku masyarakat. Latar sosial tersebut berpengaruh  terhadap tokoh utama terhadap keputusan yang Lasi ambil. Latar sosial yang muncul lebih banyak membuat Lasi lebih banyak menderita dari pada mendapatkan kebahagaian menjadi seorang perempuan simpanan. Latar pendidikan yang sangat rendah membuat pola pikir Lasi menjadi mudah di kendalikan orang lain bahkan orang-orang yang baru ia kenal. Kata Kunci: Latar Sosial, Bekisar Merah, Kajian Intrinsik.
STRUKTUR NARATIF VLADIMIR PROPP (TINJAUAN KONSEPTUAL) Agatha Trisari
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.897 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v3i1.3315

Abstract

Artikel ini bertujuan menguraikan pokok pemikiran konseptual teori struktur naratif Vladimir Propp. Pokok pemikiran Propp dituangkan dalam bukunya yang berjudul Morfology of the Folktale. Analisis yang dilakukan menitikberatkan pada fungsi pelaku. Menurut Propp, suatu fungsi adalah tindakan seorang tokoh yang dibatasi dari segi maknanya. Dari teori Propp ini, diketahui terdapat unsur yang tetap dan unsur yang berubah.  Unsur yang tetap adalah perbuatan atau tindakan, sedangkan Unsur yang berubah adalah pelaku atau penderita.  Unsur yang tetap tersebut merupakan unsur yang penting dalam teori Propp.  Terdapat empat hal yang panting dalam teori ini.  Pertama, Fungsi Pelaku merupakan unsur-unsur yang tetap, Konstan dalam cerita, tanpa menghiraukan bagaimana dan oleh siapa fungsi-fungsi tersebut dipenuhi.   Kedua, jumlah fungsi dalam cerita adalah tetap (31 fungsi).   Ketiga, urutan fungsi pelaku senantiasa sama. Keempat, cerita dongeng  dipandang  dari  sudut  struktur  adalah  satu  tipe.   Melalui   analisis fungsi pelaku pada lima cerita  rakyat  Jambi  dapat  diketahui  beberapa  hal, (1)  Jumlah  fungsi  pelaku;  (2)  urutan  fungsi  pelaku  dan  kerangka  urutan  fungsi  pelaku;  (3) penyebaran  fungsi-fungsi  di antara  pelaku; (4)  skema  pergerakan  ceritaKata kunci: fungsi pelaku; penyebaran fungsi pelaku; Propp; skemapergerakan cerita; struktur naratif.
RESISTENSI DALAM NOVEL HULUBALANG RAJA KARYA NUR SUTAN ISKANDAR: KAJIAN POSKOLONIAL Abi Dapit; Prapto Waluyo; Agatha Trisari
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.034 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v2i2.2485

Abstract

Artikel ini merupakan sebuah kajian poskolonial yang mendeskripsikan resistensi di dalam novel Hulubalang Raja karya Nur Sutan Iskandar. Artikel ini menggunakan metode analisis deskriptif dan dekonstruksi. Artikel ini menggunakan pendekatan unsur intrinsik. Penelitian ini berfokus pada perlawanan dan mimikri yang terjadi di dalam novel Hulubalang Raja. Untuk menggambarkan perlawanan dan mimikri tersebut, perilaku orientalisme dalam novel ini dianalisis. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, di dalam novel Hulubalang Raja, perilaku orientalisme merupakan dikotomi yang dikonstruksi oleh Belanda. Hal ini dilakukan agar Belanda dapat mengeksploitasi masyarakat Minangkabau dan memengeruhi perilaku orientalisme juga dilakukan oleh anak negeri. Kedua, resistensi yang terjadi di dalam novel Hulubalang Raja adalah perlawanan tokoh Raja Adil atas represi dari pihak yang berserikat dengan kompeni. Di dalam kajian poskolonial, hal itu disebut reristensi radikal. Ketiga, mimikri yang dilakukan oleh tokoh Hulubalang Raja dan berada di pihak yang berserikat dengan kompeni merupakan mimikri untuk mempertahankan eksistensi diri. Di dalam kajian poskolonial, hal itu disebut resistensi pasif. Kata Kunci: konflik orientalisme; poskolonial; resistensi.
Dongeng sebagai Media Pencitraan Perempuan dalam Budaya Patriarkat Karunia Fitriarti; Agatha Trisari
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 4, No 1 (2022): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jsalaka.v4i1.5671

Abstract

Stigma negatif sudah melekat dalam diri perempuan. Hal ini tergambar dalam dongeng. Perempuan harus mengikuti stereotipe agar bisa dapat dianggap normal dan diakui oleh masyarakat. Perempuan diharuskan untuk pasrah dan tidak berdaya. Namun, jika perempuan berpendirian, ia dianggap manipulatif dan jahat. Padahal, perempuan adalah sosok penting dan berpengaruh dalam pewarisan dongeng dari satu generasi ke generasi. Hal tersebut terjadi karena budaya patriarkat yang terdapat di masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis citra perempuan di dalam dongeng Grimm Bersuadara dan dongen nusantara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggambaran seorang perempuan di dalam dongeng merepresentasikan ketidakberdayaan dirinya atas dominasi yang dilakukan oleh laki-laki.
SIMBOLISME KERIS SEBAGAI REPRESENTASI PERLAWANAN DALAM “PEREMPUAN YANG MENGAWINI KERIS” KARYA WAYAN SUNARTA Dadan Suwarna; Agatha Trisari Swastikanthi
Triangulasi: Jurnal Pendidikan Kebahasaan, Kesastraan, Dan Pembelajaran Vol 2, No 2 (2022): Volume 02 Nomor 02, November 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNPAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55215/triangulasi.v2i2.6736

Abstract

Abstrak. Perlawanan manusia tidak selalu dilangsungkan secara langsung melainkan juga tidak langsung. Simbolisme adalah perlawanan tidak langsung melalui seperangkat tanda. Gambar atau banda adalah suatu cara manusia mengekspresikan sikap di balik perlawanannya. Dalam tradisi Bali, keris bukan hanya simbolisme status, juga adalah harkat dan harga diri manusia. Keris kemudian jadi cara merperesantsikan bahwa seseorang itu ada atau dipaksa ada. Semiotik mempelajari simbol sebagai cara menjelaskan maksud sesuatu.Kata kunci: simbolisme, keris, semiotika Abstract. Human resistance is not always carried out directly but also indirectly. Symbolism is indirect resistance through a set of signs. Pictures or bands are a way for humans to express the attitude behind their resistance. In Balinese tradition, a keris is not only a symbol of status, it is also human dignity and worth. The keris then becomes a way of conveying that someone exists or is forced to exist. Semiotics studies symbols as a way of explaining the meaning of something.Keywords: simbolism, keris, semiotika